Internasional
Lebanon Bersikeras Pulangkan Pengungsi Suriah, Abaikan Kekhawatiran Keselamatan Saat Kembali
Pemerintah Lebanon akan mulai mengirim pengungsi Suriah kembali ke negara asal mereka mulai akhir pekan depan.
SERAMBINEWS.COM, BEIRUT - Pemerintah Lebanon akan mulai mengirim pengungsi Suriah kembali ke negara asal mereka mulai akhir pekan depan.
Hal itu disampaikan oleh Presiden Lebanon Michel Aoun pada Rabu (12/10/2022).
Aoun mengatakan negaranya tidak mampu lagi menampung para pengungsi Suriah yang berjumlah lebih dari 1 juta orang.
Dia juga mengabaikan kekhawatiran kelompok hak asasi manusia yang mengkhawatirkan keselamatan mereka saat kembali ke negaranya.
Lebanon menampung jumlah pengungsi per kapita tertinggi di dunia.
Pemerintah memperkirakan populasi negara lebih dari 6 juta termasuk sekitar 1,5 juta pengungsi dari negara tetangga Suriah, meskipun jauh di bawah 1 juta yang terdaftar di UNHCR.
Baca juga: KSRelief Arab Saudi Salurkan 8.000 Kotak Makanan ke Pakistan, Lebanon dan Bangladesh
Sebuah sumber resmi mengatakan pengembalian hanya akan mencakup mereka yang secara sukarela mendaftar untuk kembali dengan badan Keamanan Umum Lebanon.
Dimana, berkoordinasi dengan Kementerian Urusan Sosial Lebanon.
Pemerintah Lebanon juga tidak akan memaksa pengungsi Suriah untuk pergi.
Pejabat Kementerian Keamanan Umum dan urusan sosial tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Menteri Lebanon untuk orang-orang terlantar, Issam Charafeddine telah mengumumkan sebuah rencana untuk mengembalikan sekitar 15.000 pengungsi ke Suriah per bulan.
Dia mengklaim sebagian besar wilayah Suriah telah aman setelah lebih dari satu dekade perang.
Rencana tersebut tidak akan melibatkan UNHCR, yang menyatakan kondisi di Suriah tidak memungkinkan kembalinya pengungsi dalam skala besar.
Baca juga: Arab Saudi Salurkan Bantuan ke Pengungsi Suriah di Lebanon dan Akhiri Program Relawan di Jordania
UNHCR tidak segera menanggapi permintaan komentar, seperti dilansir AFP, Rabu (12/10/2022).
Kelompok advokasi Human Rights Watch (HRW) yang berbasis di New York mengatakan Suriah sama sekali belum aman bagi mereka yang kembali.