Kupi Beungoh
Cerita Tiga Pemimpin Dunia, dan Takdir Anies Baswedan
Walaupun sudah 6 bulan, Tom belum menulis tentang Indonesia, padahal dia tahu negeri ini adalah demokrasi tiga besar dunia, setelah India dan AS.
Oleh: Ahmad Humam Hamid*)
ENAM bulan yang lalu, tepatnya tanggal 22 Maret 2022, kolumnis kondang The New York Times, Tom Friedman, menulis tentang tiga tokoh besar dunia, Vladimir Putin, Donald Trump, dan Xi Jinping.
Ketiga mereka berupaya keras memperanjang masa jabatannya.
Satu berhasil, Putin, satu lagi, dalam penantian-pada saat itu, Jin Ping, dan satunya lagi, Trump, gagal total.
Walaupun sudah 6 bulan, Tom belum menulis tentang Indonesia, padahal dia tahu negeri ini adalah demokrasi tiga besar dunia, setelah India dan AS.
Tom juga sangat tahu betapa prospek Indonesia di kawasan Indo-Pasifik saat ini dan di masa depan.
Ia bukan tidak mungkin juga familiar dengan prediksi Indonesia akan menjadi nomor empat ekonomi terbesar global pada tahun 2030, setelah Cina, India, dan AS, versi Standard Chartered Bank dan Price Water Coopers.
Mungkin dia sedang sibuk dengan pemilihan senat dan anggota kongres tengah Periode AS.
Atau mungkin juga dia sibuk mengamati gejala awal frutrasi dan kekalahan Putin di Ukraina.
Bukan tidak mungkin pula dia juga tertarik dengan fenomena PM baru Inggris jebolan MBA Stanford, Rishi Sinak.
Di tiga negara itu presidennya ngotot secara berlebihan untuk perpanjangan masa jabatan.
Di Indonesia keinginan itu juga ada, langsung atau tak langsung.
Pendukung petahana dan mungkin juga petahana, awalnya ngotot, tetapi ngototnya malu-malu.
Mungkin Tom tidak buru-buru harus menulis tentang Indonesia, karena hasil akhir pergantian jabatan Presiden RI masih cukup lama, yaitu awal 2024.
Yang pasti skor hari ini 2-1, dua berhasil, satu gagal.