Kupi Beungoh
Masa Bodoh dengan Ketokohan
“dicari tokoh seni dan budayawan Aceh” untuk dua kategori, Mahkota Alam dan Tajul Alam.
Kemudian, pada tahun 1998 Galeri Nasional Republik Indonesia melaksanakan sebuah hajatan besar yaitu pemeran seni rupa Indonesia bertajuk 'Melintas Garis Waktu dan Peristiwa'.
Karya yang dipamerkan adalah karya pilihan dari para seniman ulung alias karya para maestronya Indonesia yang berkiprah dari tahun 1807 (Raden Saleh) hingga tahun 1998 yang muncul dari tiap periode dari kemunculannya dalam rentang waktu hampir dua abad itu.
Pameran yang tergolong spesial itu diwarnai oleh karya dari 75 senirupawan Indonesia.
Rata-rata orang yang menghasilkan karya itu telah tiada.
Hasil karya mereka ini menjadi koleksi yang diabadikan negara melalui seleksi ketat lima dewan kurator nasional dari berbagai insitusi serta lembaga dan kota.
Menteri Pendidikan Indonesia waktu itu Bapak Wardiman Djojonegoro hadir untuk membuka acara.
Hadir juga beberapa menteri dan pejabat negara lain, selain para undangan berdasi dan bersepatu tumit tinggi dari berbagai kalangan.
Total ada sekira seribuan orang dari bermacam latar belakang yang hadir pada acara pembukaan pameran seni spektakuler ini.
Pameran tersebut tak luput dari pesona wajah kaligrafi yang terpajang indah dalam hitungan karya dari 75 senirupawan Indonesia.
Di event pameran inilah lukisan kaligrafi bergaya modern itu menjadi titik awal ditetapkan sebagai corak karya lukis terbaru dalam kemunculannya di abad kekinian yang sedang kita pijak ini.
Sekaligus wajah rupa baru dari apa yang telah ada dalam bingkai melintas garis waktu dan peristiwa senirupa, khususnya bab lukisan ala Indonesia sejak tahun 1807.
Dalam deretan bab lukisan kaligrafi yang muncul kepermukaan itu, adanya AD Pirous dan Amang Rahman sebagai pelopor atau disebut generasi pertama kaligrafi kontemporer Indonesia.
Kemudian disusul Syaiful Adnan, Hendra Buana, Yetmon Amir, Said Akram, Abay D Subarna, dan Sam Bimbo yang disebut generasi kedua, sebagaimana tertera dalam catatan tapak sejarah kaligrafi Indonesia yang kita hormati ini.
Untuk diketahui, semua karya yang diabadikan negara berada di bawah tangan managerial Galeri Nasional yang dipayungi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Tidaklah sempurna Galeri Nasional itu tanpa karya handal dari para legenda, semisal Raden saleh sebagai bapaknya seni lukis modern Indonesia (1807), Affandi sang maestro yang mendunia, juga Basuki Abdullah, Sujoyono, Henk Ngantung dan lainnya.