Gerhana Bulan Total
Niat dan Tata Cara Shalat Khusuf Gerhana Bulan Serta Waktu Melaksanakannya, Lengkap dengan Videonya
Umat Islam sangat dianjurkan (sunnah muakkadah) untuk melakukan shalat gerhana. Dapat dilakukan setelah shalat Maghrib sampai selesai gerhana Bulan
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
Niat dan Tata Cara Shalat Khusuf Gerhana Bulan Serta Waktu Melaksanakannya, Lengkap dengan Videonya
SERAMBINEWS.COM – Malam ini, Selasa (8/11/2022) akan terjadi fenomena Gerhana Bulan Total yang akan terlihat di seluruh Indonesia.
Sebagai umat Muslim, ketika terjadi Gerhana Bulan disunnahkan untuk mengerjakan Shalat Khusuf atau Shalat Gerhana.
Ibu hamil jangan percaya mitos harus sembunyi saat gerhana terjadi. Tapi lakukanlah shalat.
Sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW, umat Islam sangat dianjurkan (sunnah muakkadah) untuk melakukan shalat gerhana, walaupun dalam posisi gerhana bulan sebagian.
Mempertimbangkan waktu terbit Bulan di masing-masing daerah, maka Shalat Gerhana dilakukan setelah shalat Maghrib sampai selesai dengan waktu berakhirnya gerhana.
Baca juga: Gerhana Bulan Total di Aceh akan Terlihat Pertama di Tamiang, Ini Penjelasan Ahli Falak
Niat Shalat Gerhana Bulan
Sebelum shalat ada baiknya imam atau jamaah melafalkan niat terlebih dahulu sebagai berikut: أُ
صَلِّي سُنَّةَ الخُسُوفِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامًا/مَأمُومًا لله تَعَالَى
Ushallî sunnatal khusûf rak‘ataini imâman/makmûman lillâhi ta‘âlâ
Artinya: "Sahaja saya niat shalat sunah gerhana bulan dua rakaat sebagai imam/makmum karena Allah Ta’ala,"
Tata Cara Shalat Khusuf Gerhana Bulan
Adapun tatacara Shalat Gerhana Bulan adalah sebagai berikut:
1. Berniat di dalam hati;
2. Takbiratul ihram, yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa;
3. Membaca do’a iftitah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dilanjutkan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaharkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih).
Hal itu sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah: “Nabi SAW menjaharkan (mengeraskan) bacaannya ketika shalat gerhana.”(HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901);
4. Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya;
5. Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan “Sami’allahu Liman Hamidah, Rabbana Wa Lakal Hamd”;
6. Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama;
7. Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya;
8. Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal);
9. Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali;
10. Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya;
11. Salam.
Apabila berjamaah, setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jamaah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, bersedekah.
Baca juga: Putri Candrawathi Tertawa di Persidangan Brigadir J, Berawal Hakim Tanya Soal Suapi Kue Ulang Tahun
Penjelasan Shalat Gerhana
Shalat gerhana dilakukan sebanyak dua raka’at dan ini berdasarkan kesepakatan para ulama. Namun, para ulama berselisih mengenai tata caranya.
Ada yang mengatakan bahwa shalat gerhana dilakukan sebagaimana shalat sunnah biasa, dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada sekali ruku’, dua kali sujud.
Ada juga yang berpendapat bahwa shalat gerhana dilakukan dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada dua kali ruku’, dua kali sujud.
Pendapat yang terakhir inilah yang lebih kuat sebagaimana yang dipilih oleh mayoritas ulama. (Lihat Shohih Fiqh Sunnah, 1: 435-437)
Hal ini berdasarkan hadits-hadits tegas yang telah disebutkan:
“Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari.
Beliau lalu mengutus seseorang untuk menyeru ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah).
Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at. (HR. Muslim no. 901)
“Aisyah menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri.
Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya.
Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya.
Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama.
Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.” (HR. Bukhari, no. 1044)
(Serambinews.com/Agus Ramadhan)
Baca juga: Link Live Streaming Gerhana Bulan Total Hari Ini, Beberapa Daerah Bisa Dilihat Secara Langsung