Internasional

Perahu Pengangkut Migran Tenggelam di Pantai Tunisia dan Yaman, Ini Jumlah Korbannya

Sebuah kapal pengangkut 15 migran yang berusaha menyeberangi Laut Tengah menuju Italia tenggelam di lepas pantai Tunisia pada Selasa (8/11/2022).

Editor: M Nur Pakar
AFP/FETHI BELAID
Tumpukan kapal migran yang ditangkap di Pelabuhan kota Sfax, Tunisia tengah pada 4 Oktober 2022. 

SERAMBINEWS.COM, TUNIS - Sebuah kapal pengangkut 15 migran yang berusaha menyeberangi Laut Tengah menuju Italia tenggelam di lepas pantai Tunisia pada Selasa (8/11/2022).

Seorang pejabat keamanan Tunisia mengatakan sembilan orang berhasil diselamatkan.

Tetapi, pencarian terhadap orang hilang terus dilakukan, karena kemungkinan tenggelam di laut.

Insiden serupa, sebuah rakit yang membawa migran Afrika yang mencari kehidupan lebih baik di negara-negara Teluk Arab tenggelam di perairan Yaman akhir bulan lalu.

Dimana, menyebabkan tiga orang tewas dan 28 lainnya dinyatakan hilang, kata PBB pada Selasa (9/11/2022).

Badan migrasi PBB mengatakan dalam sebuah pernyataan kapal yang penuh sesak membawa sekitar 30 migran Afrika Timur berangkat dari Djibouti timur ke pantai barat Yaman pada 30 Oktober 2022.

Baca juga: Pasukan Penjaga Pantai Tunisia Cegat Kapal Migran, Akhiri Impian Menuju Eropa

Saksi mata yang berbicara dengan Organisasi Internasional untuk Migrasi mengatakan rakit kecil itu segera dikuasai air pasang dan air berbatu dan dengan cepat tenggelam.

Tiga mayat langsung ditemukan saat pencarian dilakukan.

Sejauh tahun ini sekitar 54.000 migran telah meninggalkan Tanduk Afrika ke negara-negara Teluk Arab, menurut statistik PBB.

Sebagian besar melintasi Bab-Al Mandab, selat 50 kilometer yang memisahkan Djibouti dan Yaman, dengan perahu kecil yang dikendalikan jaringan penyelundup manusia.

Banyak migran tenggelam saat mencoba menyeberang ke timur, dengan kelompok hak asasi menuduh penyelundup sebelumnya melemparkan orang ke laut untuk meringankan beban.

Hampir semua migran yang tiba di Yaman berasal dari Afrika Timur yang bertujuan menyeberangi perbatasan ke negara tetangga Arab Saudi.

Baca juga: Penjaga Pantai Yunani Selamatkan Puluhan Migran, Perahu Layar Dihantam Cuaca Buruk di Laut

Kemudian pindah ke negara-negara Teluk lainnya untuk mencari pekerjaan.

Namun, hanya sedikit yang menyelesaikan perjalanan.

Diperkirakan 43.800 migran terdampar di Yaman yang dilanda perang.

Di mana mereka sering ditahan, secara paksa terdaftar sebagai pejuang oleh faksi-faksi Yaman yang bertikai, atau bahkan terbunuh dalam baku tembak.

Konflik Yaman dimulai pada 2014 ketika milisi Houthi yang didukung Iran menyapu pegunungan dan merebut ibu kota Sanaa bersama dengan sebagian besar Yaman utara.

Koalisi pimpinan Arab Saudi yang mencakup Uni Emirat Arab melakukan intervensi dalam upaya untuk mengembalikan pemerintahan yang diakui secara internasional ke tampuk kekuasaan.

Semenrara, sebagian besar migran Afrika yang tiba di pantai barat Yaman melarikan diri dari konflik yang berkepanjangan, kelaparan, dan rezim otoriter.

Baca juga: Amnesty International Minta FIFA dan Qatar Beri Kompensasi ke Pekerja Migran Piala Dunia 2022

Banyak migran berasal dari Tanduk Afrika, termasuk Somalia, Eritrea, dan Ethiopia.

Draf massal di Somalia tengah telah memaksa sekitar 1 juta orang Somalia bermigrasi selama beberapa bulan terakhir.

Ethiopia telah diguncang konflik sejak November 2020, menyusul perselisihan antara pemerintah Ethiopia dan pasukan pemberontak Tigrayan atas kendali Tigray utara.

Kedua belah pihak sepakat untuk penghentian permusuhan pekan lalu.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved