Internasional
Perang Dingin Baru Dengan China tidak akan ada lagi, Janji Biden Kepada Jinping di Bali
Presiden AS Joe Biden berjanji tidak akan ada "Perang Dingin baru" dengan China
Tetapi dia juga mengatakan kepada Xi bahwa China memiliki "kewajiban" untuk mencegah Pyongyang melakukan uji coba senjata nuklir lainnya.
Selain itu, isu Taiwan juga menjadi fokus utama selama pertemuan tiga jam mereka di sebuah hotel mewah tak lama setelah kedatangan Xi.
Diklaim oleh Beijing, pulau yang diperintah sendiri itu menganggap AS sebagai sekutu, dan selalu menjadi masalah pelik dalam hubungan AS-China.
Ketegangan melonjak pada Agustus ketika Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan.
China menanggapi dengan latihan militer skala besar di sekitar pulau itu, memicu kekhawatiran akan kemungkinan konflik antara AS dan China.
Media pemerintah China pada hari Senin mengatakan bahwa Xi telah menekankan bahwa Taiwan tetap menjadi inti dari kepentingan inti China.
Baca juga: Iran Telah Kembangkan Rudal Hipersonik Baru, Mampu Tembus Semua Sistem Pertahanan anti-Rudal
Dan masalah Taiwan merupakan garis merah pertama dalam hubungan AS-China yang tidak dapat dilintasi.
Dalam beberapa minggu terakhir, para pejabat AS telah memperingatkan bahwa China mungkin meningkatkan rencana untuk menginvasi Taiwan.
Wartawan pada hari Senin bertanya kepada Biden apakah dia yakin ini benar, dan apakah menurutnya Perang Dingin baru sedang terjadi.
"Saya benar-benar percaya tidak perlu ada Perang Dingin baru. Saya telah bertemu berkali-kali dengan Xi Jinping dan kami terus terang dan jelas satu sama lain.
Saya tidak berpikir ada upaya segera dari pihak China untuk menginvasi Taiwan,” ujarnya.
Dia menambahkan, "Saya menjelaskan bahwa kami ingin melihat masalah lintas-selat diselesaikan secara damai sehingga tidak perlu sampai seperti itu.
Dan saya yakin dia mengerti apa yang saya katakan, saya mengerti apa yang dia katakan."
Baca juga: Dokumen Rahasia China Bocor, Terungkap Xi Jinping Perintahkan Amankan Kepulauan Senkaku Jepang
Mengutip Kontan.co.id, pertemuan kedua pemimpin negara tersebut berlangsung sekitar 3,5 jam sehari sebelum pertemuan KTT G20.
Hubungan kedua negara tersebut sering dibumbui dengan isu tak sedap, terutama terkait persaingan.