Kesehatan
Demam Hingga Pengecilan Pada Kaki Dialami Anak Penderita Polio di Pidie, Kenali Gejala Polio Lainnya
Virus polio mulai menginfeksi manusia dengan masuk melalui mulut dan hidung, kemudian berkembangbiak di dalam tenggorokan dan saluran pencernaan.
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM - Satu pasien anak berusia 7 tahun 2 bulan di Aceh, dinyatakan positif mengalami polio.
Diberitakan Serambinews.com, Jumat (18/11/2022), bocah tersebut berasal dari Kecamatan Mane, Kabupaten Pidie.
Sementara itu, menurut catatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) seperti dikutip dari laman resminya, ia terkonfirmasi mengidap polio tipe 2 pada Kamis (10/11/2022).
Menyusul temuan satu kasus polio ini, pemerintah pun secara resmi menetapkan Status Kejadian Luar Biasa atau KLB Polio.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Maxi Rein Rondonuwu mengungkapkan, pasien penderita polio tipe 2 di Pidie tidak memiliki riwayat imunisasi.
Disamping itu, pasien juga tidak memiliki riwayat perjalanan kontak dengan pelaku perjalanan.
Maxi menuturkan, sebelum dinyatakan positif, pasien sempat merasakan beberapa gejala polio.
Baca juga: Pemkab Pidie Tetapkan Status KLB Polio, Ditemukan 1 Kasus Menyerang Bocah Usia 7 Tahun di Mane
Gejala yang dialami mulai dari demam hingga tanda-tanda kelumpuhan di kaki bagian kirinya.
"Tapi anak ini saya lihat kondisinya kemarin bisa jalan meskipun tertatih-tatih, cuman tidak ada obat nanti tinggal difisioterapi untuk mempertahankan masa ototnya," ujarnya, dilansir dari laman Kemenkes, (19/11/2022).
Menurutnya, pasien mengalami demam pada Kamis (6/10/2022).
Kemudian dilarikan ke rumah sakit umum daerah (RSUD) TCD sigil pada 18 Oktober 2022.
Dokter anak di RSUD tersebut mencurigai bahwa pasien mengalami gejala polio.
Kemudian pada 21-22 Oktober dokter mengambil dua spesimen pasien yang dikirim ke provinsi.
Tak hanya itu, pasien juga mengalami pengecilan di kaki bagian kiri, terutama pada otot paha dan betisnya.
Selanjutnya, pada 7 November 2022, hasil RT-PCR menunjukkan bahwa pasien terkonfirmasi polio tipe 2.
Baca juga: Kemenkes akan Lakukan Vaksinasi Polio Massal di Aceh, Mulai di Pidie pada 28 November Mendatang
Gejala Polio
Polio adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus polio.
Penyakit yang juga dikenal dengan nama poliomyelitis tersebut biasanya menyerang saluran pencernaan dan juga sistem saraf manusia.
Virus polio atau poliovirus disebarkan melalui makanan, air minum, dan melalui tangan yang terkontaminasi oleh kotoran maupun dahak penderita.
Virus polio mulai menginfeksi manusia dengan masuk melalui mulut dan hidung, kemudian berkembangbiak di dalam tenggorokan dan saluran pencernaan.
Melansir Kompas.com 17 Maret 2020, dalam Buku Mengenali Keluhan Anda: Info Kesehatan Umum untuk Pasien (2013) karya Dr. Ayustawati, PhD, disebutkan bahwa gejala-gejala polio bervariasi.
Gejala yang muncul bisa ringan hingga berat. Bahkan bisa juga mengakibatkan kematian.
Adapun beberapa gejala polio ringan, diantaranya yaitu:
- Demam
- Perasaan capek dan lemas
- Sakit kepala
- Mual dan muntah
- Kaku pada otot-otot
Jika virus menyerang sistem saraf, virus tersebut dapat menyebabkan infeksi pada otak diikuti dengan kelumpuhan fungsi otot-otot.
Baca juga: Satu Kasus Polio Ditemukan di Aceh, Ini Gejala yang Dialami Pasien, Berawal Demam Hingga Lumpuh
Perkembangan gejala-gejala kelumpuhan berlangsung dalam waktu 3-4 hari, di mana gejalanya meliputi:
- Nyeri otot yang sangat berat
- Kekakuan pada daerah leher dan tulang belakang, dengan atau tanpa kelumpuhan
- Kesulitan menelan
- Kesulitan bernapas
- Kematian
Pada sekitar 2-3 persen penderita polio, virus polio menyerang sistem saraf sehingga menyebabkan kelumpuhan kaki, tangan, dan pernapasan.
Dari semua penderita yang mengalami kelumpuhan tersebut, 2-5 persen kasus bisa mematikan dan setengahnya bisa mengalami kelumpuhan permanen.
Pemeriksaan dan Penanganan Polio
Polio dapat diketahui dengan pemeriksaan lengkap terhadap seseorang yang diduga mengalami polio.
Selain itu, dokter pada umumnya akan mengambil swab dari tenggorokan, juga mengambil sampel dari kotoran penderita untuk di tes.
Apabila gejala-gejala kelainan saraf ditemukan, penderita perlu juga dites cairan otaknya.
Penyakit polio hingga kini belum ditemukan obatnya.
Oleh karena itu, pengobatan baru hanya ditujukan untuk mengobati gejala dan menghindari timbulnya komplikasi yang lebih berat akibat infeksi virus polio tersebut.
Masih dilansir dari sumber yang sama, Kompas.com, berikut ini beberapa hal yang bisa saja dilakukan untuk penanganan penyakit polio:
- Antibiotik diberikan untuk membunuh bakteri sekunder yang muncul setelah penderita terinfeksi firus polio
- Obat penghilang rasa sakit
- Penggunaan alat-alat bantuan pernapasan saat sistem pernapasan terganggu
- Obat-obat untuk mengurangi kekakuan pada otot-otot
- Olah gerak
- Urut otot
- Fisioterapi
- Pola makan yang sehat
415 Kabupaten Berisiko Tinggi Polio
Menurut catatan Kemenkes, 415 Kabupaten/Kota di 30 provinsi di Indonesia masuk dalam kriteria risiko tinggi polio.
Hal ini karena rendahnya imunisasi, termasuk di Provinsi Aceh.
Maxi mengatakan bahwa selama pandemi Covid-19, cakupan vaksinasi polio memang rendah.
"Kalau lihat cakupan oral polio virus OPV dan IPV memang seluruh Indonesia rendah terutama saat Pandemi Covid-19," terangnya, dilansir dari laman Kemenkes.
Baca juga: PMI Banda Aceh Sosialisasi Polio, Penyebabnya bukan Faktor Keturunan, Melainkan karena Ini
Selain cakupan imunisasi Polio yang rendah, berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi, ujar Maxi, didapati faktor perilaku hidup bersih dan sehat penduduk yang masih kurang.
"Masih ada penduduk yang menerapkan BAB terbuka di sungai. Meskipun tersedia toilet, lubang pembuangan langsung mengalir ke sungai, sementara air sungai dipakai sebagai sumber aktivitas penduduk termasuk tempat bermain anak-anak," ungkap Maxi.
Oleh sebab itu, menyusul temuan satu kasus polio di Pidie, pemerintah pun akan bergerak cepat.
Tim Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, Kementerian Kesehatan, WHO, dan Unicef sudah melakukan sejumlah tindakan penting, termasuk melakukan pelacakan untuk mencari kasus lumpuh layuh lain di sekitar tempat tinggal kasus.
Salah satunya dengan mengambil sampel tinja di wilayah terdampak untuk diperiksa.
Selain itu, dilakukan pula pemeriksaan sampel air di tempat pembuangan, serta survei cepat cakupan imunisasi.
Pemerintah pun akan melakukan pemberian imunisasi secara massal di seluruh wilayah Provinsi Aceh, yang direncanakan akan dimulai pada 28 November 2022 mendatang.
Pemberian imunisasi polio tambahan ini akan diberikan bagi anak usia 0-13 tahun sebanyak 2 putaran.
Maxi pun menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk dapat melengkapi imunisasi bagi anak-anak serta menjaga pola hidup bersih dan sehat.
"Penyakit Polio sangat berbahaya bagi anak karena menyebabkan kelumpuhan dan tidak ada obatnya, namun mudah dicegah dengan imunisasi polio lengkap dan imunisasi rutin. Pencegahan juga dilakukan dengan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat seperti BAB di jamban yang sesuai standar, cuci tangan pakai sabun dan menggunakan air matang untuk makan dan minum," jelas Maxi.
“Saya menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk segera melengkapi imunisasi rutin bagi anak-anak sesuai jadwal, dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat,” pungkas dia.
(Serambinews.com/Yeni Hardika)
BACA BERITA LAINNYA DI SINI
IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS