Gempa Cianjur
Kisah Dede Sumiati, Ibu Hamil 9 Bulan yang Meninggal dalam Reruntuhan Gempa Cianjur
Kisah sedih salah satunya datang dari Dede Sumiati, ibu yang sedang hamil sembilan bulan ini meninggal dalam reruntuhan gempa di Cianjur, Jawa Barat.
Penulis: Sara Masroni | Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM - Kisah sedih salah satunya datang dari Dede Sumiati, ibu yang sedang hamil sembilan bulan ini meninggal dalam reruntuhan gempa di Cianjur, Jawa Barat.
Gempa yang terjadi pada Senin (21/11/2022) pukul 13:21 WIB itu mengakhiri perjalanan hidup Dede Sumiati bersama calon buah hati yang semestinya akan segera melihat dunia.
Ibu yang tengah mengandung sembilan bulan itu meninggal dalam reruntuhan gempa saat akan mengerjakan shalat dzuhur.
Setelah lebih dari satu hari pencarian, Tim SAR akhirnya berhasil mengevakuasi jasad Dede Sumiati.
Baca juga: Gempa di Cianjur: Warga Panik, Bangunan Roboh hingga Korban Terjepit Reruntuhan
Diketahui Dede merupakan warga Kampung Selaeurih, Desa Benjot, Kecamatan Cugenang, Cianjur yang terjebak dalam reruntuhan rumahnya.
"Mau shalat, kejadiannya kan langsung sekaligus jadi gak bisa lari," kata Dedi yang merupakan keluarga korban dilihat Serambinews.com dari tayangan Kompas TV, Rabu (23/11/2022).
Mirisnya, korban semestinya akan segera melahirkan dalam waktu dekat dan melihat wajah si buah hati.
"Ini di rumah mertuanya, (hamil) sembilan bulan mau melahirkan," tambah Dedi.
Baca juga: Lesti Kejora Ungkap Keluarganya Jadi Korban Gempa Cianjur, Akan Berkunjung ke Kampung Halaman
Data Korban Sementara Gempa Cianjur
Data sementara yang berhasil dihimpun BNPB hingga Selasa (22/11) pukul 17.00 WIB, sebanyak 268 orang meninggal dunia.
Dari data tersebut, sebanyak 122 jenazah sudah teridentifikasi.
"Masih ada korban hilang sejumlah 151 orang," kata Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto saat memberikan keterangan pers di Kantor Bupati Cianjur.
Kemudian data masyarakat yang mengungsi sejumlah 58.362 orang, luka-luka 1.083 orang, kerusakan infrastruktur seperti rumah rusak total berjumlah 22.198 unit.
"Pengungsi pada hari ini sudah mendapatkan fasilitas lebih baik, tenda besar telah didirikan baik dari BNPB, pemerintah, TNI/Polri dan bantuan lembaga lainnya," kata Letjen TNI Suharyanto.
"Dapur umum telah beroperasi, kalau masih ada yang kurang dan belum terlayani, lambat laun akan kami perbaiki," tambahnya.
Baca juga: 6 Instruksi Jokowi untuk Bantu Korban Gempa Cianjur: Janjikan Bantuan hingga Proses Evakuasi
Terkait banyaknya perbedaan data yang berkembang, pihaknya menyampaikan, pendataan masih terus dilakukan dan Posko telah didirikan.
Sehingga semua informasi tentang penanganan gempa Cianjur ini, secara resmi yang dikeluarkan dari posko.
"Setiap sore akan ada update penanganan bencana dari Posko Tanggap Darurat yang ada di Kantor Bupati Cianjur," imbuh Suharyanto
Merespon banyaknya kepedulian masyarakat untuk memberikan dukungan penanganan pascabencana, diharapkan semua berada dibawah pengelolaan posko.
"Bantuan kepada masyarakat terdampak baik yang datang dari pemerintah pusat, kementerian atau lembaga dan unsur swasta.
Semua akan dipusatkan di posko dan pendistribusiannya akan melalui posko," jelas Suharyanto.
Meskipun dua rumah sakit di Kabupaten Cianjur ikut terdampak gempa, penanganan kesehatan tetap dapat dilakukan.
Tenda-tenda lapangan telah digelar di sekitar rumah sakit untuk dijadikan rumah sakit darurat.
"RSUD Cianjur dan Rumah Sakit Sayang sudah beroperasi dan ditambah tenda lapangan termasuk tambahan tenaga kesehatan," imbuhnya.
"Sebagian dirujuk ke rumah sakit di luar Kabupaten Cianjur, 100 pasien telah dikirim ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung," tutup Suharyanto.
Baca juga: Korban Meninggal Gempa Cianjur Jadi 268 Orang, Presiden Jalan Kaki Pantau Lokasi Bencana
Presiden Joko Widodo telah meninjau lokasi terdampak pada siang kemarin dan menyampaikan soal bantuan.
Masyarakat yang rumahnya mengalami rusak berat akan mendapatkan bantuan 50 juta rupiah, rusak sedang 25 juta rupiah dan rusak ringan sebesar 10 juta rupiah.
Bikin Panik Warga hingga Korban Terjepit Reruntuhan
Gempa magnitudo 5,6 di Cianjur Jawa Barat cukup membuat warga panik, pasalnya sejumlah bangunan roboh hingga ada korban yang terjepit di reruntuhan.
Diketahui gempa di Cianjur ini terjadi pada Senin (21/11/2022) pukul 13:21 WIB dengan kedalaman 10 KM.
Sangking kuatnya, gempa tersebut dirasakan hingga Depok dan Jakarta.
Usai gempa mengguncang Cianjur, video kondisi di sana terus beredar di media sosial.
Mulai dari anak kecil yang terlihat lengan bajunya dilumuri darah, hingga orang dewasa yang terjepit reruntuhan bangunan.
"Ini korban anak pada sama material bangunan," ucap salah satu sumber dalam video yang diunggah Twitter @muridnaw dikutip Serambinews.com, Senin siang.
"Woi bantu woi, nonton-nonton wae. Bantu iyek," teriak salah seorang warga meminta tolong karena terjepit reruntuhan bangunan.
Sementara dalam video lainnya beredar, sebuah masjid di mana material di dalamnya runtuh menutupi lantai rumah ibadah tersebut.
"Masjid Al-Barokah di Kampung Ciharashas, Desa Sirnagalih, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur," sebut seseorang dalam video sambil menunjukkan kondisi dalam masjid tersebut dikutip dari Twitter @De_Liput Senin siang.
Selanjutnya dalam video lain menunjukkan rumah-rumah yang roboh usai guncangan gempa magnitudo 5,6 hingga warga panik memenuhi pinggiran jalan raya.
"Cianjur hancur semua nih rumah, ya Allah," kata sumber dalam video yang diunggah Twitter @mrchristwibowo Senin siang.
"Kita putar balik cari jalan alternatif karena di jalan utama sudah tertutup longsor, mau gak mau kita putar balik," tambahnya.
Diketahui sebelumnya Gempa terkini mengguncang Cianjur, Provinsi Jawa Barat pada Senin (21/11/2022).
Dikutip Serambinews.com dari situs BMKG, gempa bumi magnitudo 5,6 tersebut terjadi pada pukul 13:21:10 WIB.
Gempa bumi terjadi pada titik koordinat 6,84 lintang selatan (LS) dan 107,05 bujur timur (BT).
Pusat gempa berada di 10 kilometer (Km) barat daya Cianjur, Jabar.
Gempa tersebut pada kedalaman 10 Km.
Menurut penjelasan BMKG, gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.
Gempa tersebut dirasakan hingga MMI V Cianjur, IV-V Garut, IV-V Sukabumi, III Cimahi, III Lembang, III Kota Bandung, III Cikalong Wetan, III Rangkasbitung, III Bogor, III Bayar, I-III Rancaekek, II-III Tangerang Selatan, II-III DKI Jakarta, II-III Depok.
Memahami arti Skala MMI
MMI merupakan singkatan dari Modified Mercalli Intensity.
Dikutip dari laman resmi BMKG, skala Mercalli adalah satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi.
Satuan ini diciptakan oleh seorang vulkanologis dari Italia yang bernama Giuseppe Mercalli pada tahun 1902.
Skala Mercalli terbagi menjadi 12 pecahan berdasarkan informasi dari orang-orang yang selamat dari gempa tersebut dan juga dengan melihat serta membandingkan tingkat kerusakan akibat gempa bumi tersebut.
Skala Mercalli adalah sangat subjektif dan kurang tepat dibanding dengan perhitungan magnitudo gempa yang lain.
Oleh karena itu, saat ini penggunaan Skala Richter lebih luas digunakan untuk mengukur kekuatan gempa bumi.
Tetapi skala Mercalli yang dimodifikasi, pada tahun 1931 oleh ahli seismologi Harry Wood dan Frank Neumann masih sering digunakan.
Terutama apabila tidak terdapat peralatan seismometer yang dapat mengukur kekuatan gempa bumi di tempat kejadian.
Berikut arti dari Skala MMI mulai dari MMI I sampai MMI XII:
I MMI
Getaran tidak dirasakan kecuali dalam keadaan luar biasa oleh beberapa orang.
II MMI
Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
III MMI
Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.
IV MMI
Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi.
V MMI
Getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang besar tampak bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti.
VI MMI
Getaran dirasakan oleh semua penduduk. Kebanyakan semua terkejut dan lari keluar, plester dinding jatuh dan cerobong asap pada pabrik rusak, kerusakan ringan.
VII MMI
Tiap-tiap orang keluar rumah. Kerusakan ringan pada rumah-rumah dengan bangunan dan konstruksi yang baik. Sedangkan pada bangunan yang konstruksinya kurang baik terjadi retak-retak bahkan hancur, cerobong asap pecah. Terasa oleh orang yang naik kendaraan.
VIII MMI
Kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi yang kuat. Retak-retak pada bangunan dengan konstruksi kurang baik, dinding dapat lepas dari rangka rumah, cerobong asap pabrik dan monumen-monumen roboh, air menjadi keruh.
IX MMI
Kerusakan pada bangunan yang kuat, rangka-rangka rumah menjadi tidak lurus, banyak retak. Rumah tampak agak berpindah dari pondamennya. Pipa-pipa dalam rumah putus.
X MMI
Bangunan dari kayu yang kuat rusak,rangka rumah lepas dari pondamennya, tanah terbelah rel melengkung, tanah longsor di tiap-tiap sungai dan di tanah-tanah yang curam.
XI MMI
Bangunan-bangunan hanya sedikit yang tetap berdiri. Jembatan rusak, terjadi lembah. Pipa dalam tanah tidak dapat dipakai sama sekali, tanah terbelah, rel melengkung sekali.
XII MMI
Hancur sama sekali, Gelombang tampak pada permukaan tanah. Pemandangan menjadi gelap. Benda-benda terlempar ke udara.
(Serambinews.com/Sara Masroni)
BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS