Korban Gempa Cianjur

Warga Korban Gempa Cianjur Makan Wortel Busuk, Ada Logistik yang Dijarah

Selain bantuan makanan, warga di pengungsian juga berharap mendapatkan bantuan obat-obatan, selimut, dan tenda.

Dok warga
Sejumlah bangunan baik rumah warga maupun pertokoan runtuh akibat gempa dengan magnitudo 5,6 di berpusat di Cianjur, Jawa Barat, pada hari ini Senin (21/11/2022), tepatnya pukul 13.21 WIB 

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Kesedihan masih melanda pengungsi korban gempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Seminggu setelah gempa, kisah pilu di pengungsian pun terdengar seperti yang ditemukan di Desa Mekarsari, Kecamatan Cianjur, Jawa Barat. Sejumlah ibu rumah tangga terlihat sedang membersihkan wortel busuk untuk dijadikan bahan makanan, Sabtu (26/11/2022).

"Ini yang ada saja dimanfaatkan, kan masih panjang waktunya," kata Heni, seorang warga.


Meski telah mendapatkan bantuan logistik, tapi bantuan tersebut masih terbatas karena jumlah pengungsi mencapai 200 orang. Proses pengajuan bantuan juga dinilai terlalu lama.

"Lapor ke RT, ke desa, terus ke kecamatan, prosesnya lama. Sudah dikasih, cuma sedikit," sahut Sinta, pengungsi lain.

Selain berharap mendapatkan bantuan logistik makanan, warga di pengungsian juga berharap mendapatkan obat-obatan, selimut, dan tenda. "Pengungsi sudah mulai mengeluhkan sakit, terlebih anak-anak, batuk-batuk, demam," ujar Heni menimpali.

Sementara itu seorang pengungsi posko tenda darurat, Halimah (115), meninggal dunia karena sakit komplikasi yang dideritanya, Jumat (25/11) sekitar pukul 12.00 WIB.

Sempat beredar di media sosial jika Halimah warga Kampung Ciremis Wetan RT 02/04, Desa Ciwalen, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat meninggal karena kelaparan.

Namun hal tersebut dibantah pihak keluarga dan ketua RW. Keluarga menyebut bahwa Halimah sudah sakit selama empat tahun sebelumnya.

Ditemui di tenda posko darurat, Iis Khodijah (30), mengatakan bahwa ibu neneknya tersebut sebelumnya sudah disuapin makan. "Banyak saksinya di sini, nenek saya yang suapin makannya juga, jadi berita soal kelaparan itu tidak benar," ujar Iis.

Iis mengatakan, sebelumnya ibu dari neneknya tersebut menderita penyakit gula atau diabetes. Empat tahun lalu terjatuh dan kakinya patah.

Sejak saat itu Halimah hanya terbaring lemah dalam perawatan keluarga.

"Kakinya patah karena terjatuh, lalu ada penyakit gula juga, jadi terus terbaring sebelumnya di rumah dan kemarin di sini di tenda pojok sana meninggalnya," ujar Iis sambil menunjuk sudut tenda darurat.

Iis mengatakan, ibu dari neneknya tersebut sempat mengeluhkan suhu di dalam tenda yang panas.

Lalu neneknya memegang kipas dan memberikan udara ke arah Halimah. "Iya sebelum meninggal sempat mengeluh panas saja, gerah katanya," ujar Iis.


Hal senada dikatakan Ketua RW 04, Ali Usman.

Ali mengatakan, kabar yang beredar di media sosial soal meninggal karena kelaparan itu hoaks. "Banyak saksinya dari keluarga, jadi kabar tersebut adalah hoaks tidak benar," ujar Ali.

Ia juga akan melaporkan kronologis kejadian meninggalnya Halimah kepada kepala desa. "Saya hendak melaporkan juga untuk mengklarifikasi berita hoaks tersebut kepada pihak desa," ujar Ali.

Baca juga: Pj Wali Kota Banda Aceh Tinjau Pasar Murah di Kecamatan Meuraxa, Bakri Siddiq: Tingkatkan Daya Beli

Baca juga: Total Korban Meninggal Gempa Cianjur Bertambah 318 Orang, 14 Korban Belum Ditemukan

Penjarahan Logistik
Terpisah, di Kampung Pasir Ipis, Desa Sukamulya, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat masih minim bantuan, terutama di RW 01. RW yang terdiri dari 1800 jiwa ini masih sangat membutuhkan bantuan, mulai dari logistik obat-obatan hingga keperluan balita.

"Alhamdulillah untuk saat ini, bantuan sudah mulai mengalir kesini. Walaupun memang kami, sedikit terhambat di hari pertama hingga kedua. Di hari ketiga paskagempa, kami baru bisa merasakan bantuan logistik. Itu pun masih sangat minim," ujar Koordinator Bantuan Kampung Pasir Ipis RW 01, Aldi Saprudin.

Tak hanya bantuan logistik, tenaga medis pun sangat kurang di Kampung Pasir Ipis RW 01 ini. "Setiap hari ada saja warga di sini yang membutuhkan bantuan medis, soalnya di sini hanya ada 1 tenaga medis. Itupun tidak bekerja 24 jam, kasihan warga yang ingin berobat," tambahnya.

Pria berumur 24 tahun tersebut menjelaskan, Kampung Pasir Ipis RW 01 ini sempat mengalami penjarahan bantuan logistik. "Bantuan yang harusnya datang kesini, selalu dicegat dijalan, makanya kami baru merasakan bantuan menyeluruh itu baru-baru ini. Listrik saja baru bisa masuk hari Jumat sore, itu pun hanya beberapa rumah yang dapat," ujar Aldi.

RW yang berada di ujung Kampung Pasir Ipis ini sekarang dihuni mendirikan 48 posko di sepanjang daerahnya. Selain itu, satu poskonya pun bisa diisi oleh ratusan orang.

"Mau bagaimana lagi, di daerah sini tidak punya lahan yang luas. Jadi jika ada lahan sedikit, ya disitu bisa didirikan tenda sementara. Makanya sekarang kita membutuhkan banyak terpal untuk keperluan pembuatan tenda," pungkasnya.(Tribun Network/adi/fer/kps/wly)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved