Berita Banda Aceh
Aceh Business Forum Prioritaskan Investasi di Empat Kawasan Ekonomi Aceh, KEK Arun Hingga KIA Ladong
Aceh Business Forum atau ABF itu digelar untuk memacu pertumbuhan investasi melalui pengembangan Kawasan Ekonomi Aceh (KEA).
Penulis: Indra Wijaya | Editor: Mursal Ismail
Aceh Business Forum atau ABF itu digelar untuk memacu pertumbuhan investasi melalui pengembangan Kawasan Ekonomi Aceh (KEA).
Laporan Indra Wijaya | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu atau DPMPTSP Aceh menggelar Aceh Business Forum atau ABF di Mandarin Oriental Hotel Jakarta, Senin (28/11/2022).
Aceh Business Forum atau ABF itu digelar untuk memacu pertumbuhan investasi melalui pengembangan Kawasan Ekonomi Aceh (KEA).
Kepala DPMPTSP Aceh, Marthunis, ST, DEA mengatakan, ABF diadakan untuk memberikan informasi sebenar-benarnya mengenai opportunity investasi di Aceh yang bisa memberikan profitability yang sustainable untuk investor.
“Kita pingin attract intention, ada yang bukti dan minat tentang investasi di Aceh,” kata Marthunis.
Menurut dia, Aceh layak disokong investasi lantaran memiliki lokasi strategis, infrastruktur pendukung, komoditas unggulan, Sumber Daya Manusia (SDM) Kompeten dan iklim usaha kondusif.
Baca juga: Business Matching AGASID Sepakati Rencana Investasi di Aceh, Pabrik Minyak Goreng Hingga Pabrik Gula
Pasalnya, Aceh saat ini memiliki infrastruktur pendukung dengan 13 bandara, 11 pelabuhan laut, 8 pelabuhan penyeberangan, 23 perusahaan air bersih di 23 kabupaten/kota, jalan provinsi 1.781,72.
Ketersediaan energi listrik dengan daya mampu KIT sebesar 641,7 MW, sedangkan beban puncak 532,1 MW dan cadangan suplai sebesar 109,6 MW.
Untuk perbankan, seluruh lembaga keuangan dan nonkeuangan di Aceh saat ini sudah konversi (peralihan) dari konvensional ke syariah.
“Hal itu merujuk ke Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah,” ucap dia.
Ia mengatakan, fokus pengembangan investasi Aceh mengincar pada Pengembangan Kawasan Ekonomi Aceh atau KEA yang terdiri atas Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun Lhokseumawe, Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) Sabang.
Kemudian Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Samudera Kutaraja dan Kawasan Industri Aceh (KIA) Ladong.
Baca juga: India Tindaklanjuti Peluang Investasi di Aceh, Bahas Soal Tenaga Kerja hingga Impor Kelapa Sawit
"Jadi kita fokus investasi Aceh yang mengincar pengembangan Kawasan Ekonomi Aceh," pungkasnya.
Dalam forum yang berlangsung sehari penuh itu, menghadirkan tiga panelis dengan moderator yang dipandu oleh Nezar Patria.
Ketiga panelis itu, yakni Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal, Kementerian Investasi/BKPM, D. Indra Darmawan, M.Sc membahas tentang Strategi Pemasaran 4.0 dalam Menggaet Minat Investasi pada Kawasan Ekonomi di Aceh.
Dalam kesempatan itu, Indra Darmawan menyebut, pemasaran 4.0 adalah strategi promosi berbasis digital yang mengombinasikan pendekatan interaktif dan feedback secara realtime antara penjual dan pelanggan.
"Dalam konteks Aceh sebagai daerah tujuan investasi di Indonesia, diperlukan satu perencanaan yang strategis dan komprehensif untuk membangun positive image branding terhadap Aceh yang ramah terhadap investasi," kata alumni Executive Education di Harvard University itu.
"Pemasaran digital dapat membantu menghubungkan calon investor dengan otoritas dan lembaga terkait, memberikan layanan berharga yang dapat membantu memfasilitasi investasi di wilayah tersebut," sambungnya.
Baca juga: Investasi di Aceh Tumbuh Positif, Didominasi Sektor Energi dan Konstruksi
Kemudian, Wakil Ketua Tim Pelaksana Sekretariat Dewan Kawasan Nasional KEK, Ir Budi Santoso, yang berbicara tentang Insentif Pemerintah dalam Investasi Hilirisasi pada Kawasan Ekonomi Aceh.
Serta, penyampaian soal sinkronisasi kebijakan dalam pemanfaatan fasilitas investasi di Kawasan Ekonomi Aceh oleh narasumber, Direktur Fasilitasi Ekspor & Impor, Kementerian Perdagangan RI, Bambang Jaka Setiawan, S.H., M.M.
Bambang menyebutkan, keberadaan kawasan ekonomi di Aceh diperuntukkan bagi percepatan arus modal masuk dan mempromosikan pembangunan ekonomi serta lapangan kerja di kawasan.
"Kawasan ini menawarkan sejumlah insentif untuk bisnis, termasuk pembebasan pajak, impor bebas bea, dan regulasi khusus yang ramah investasi.
Kawasan ekonomi diharapkan dapat mendorong percepatan ekspor dalam rangka perbaikan neraca ekspor dan penguatan nilai tukar rupiah," sebut Bambang Jaka Setiawan.
Pemerintah telah meluncurkan program Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) merupakan perlakuan kepada barang impor atau barang rakitan yang akan diekspor dan dapat diberikan keringanan bea masuk.
KITE merupakan kebijakan dari Menteri Keuangan yang pelaksanaannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea Cukai.
Kegiatan Aceh Business Forum (ABF) di Mandarin Oriental Hotel Jakarta juga menggelar Mini Expo 4 kawasan, yakni Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (FTZ), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun Lhokseumawe.
Kemudian Kawasan Industri Aceh (KIA) Ladong dan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kutaraja, Lampulo, Banda Aceh. (*)