Kupi Beungoh

Anies dan Omongan Kedai Kopi Aceh: “Batat”, “Lisek”, dan “Peurancut” (II-Habis)

Yang menjadi anomali justru Partai Aceh yang bekerja keras membawa nama Prabowo kehilangan 11 kursi, yang sebagiannya beralih ke Gerindra.

Editor: Zaenal
Dok Pribadi
Ahmad Humam Hamid, Sosiolog, Guru Besar Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. 

Kriteria “bumi” yang dipunyai Anies juga membuat kalangan menengah Aceh bangga.

Ia adalah sosok cendekiawan pemikir dengan prestasi “jithee le kaphe”.

Di kalangan bawah, Anies dianggap sebagai pribadi yang berani, konsisten, dan tegar “melawan” kekuasaan yang tidak fair dan curang.

Ia dianggap “pahlawan” karena mampu mengalahkan jagonya kekuasaan, Ahok pada Pilgub DKI 2017.

Sang petahana-Ahok pada masa itu ditengarai tidak hanya, angkuh, sombong dan petentengan, tetapi juga berani menyitir Alquran untuk kepentingan politiknya.

Ketika pilgub DKI terjadi, sama dengan di beberapa tempat lain, sebagian besar “jiwa” pemilih Aceh ada bersama Anies.

Jika ingin membuat penelitian dengan murah, datangi saja pemilik kedai kopi di banyak tempat di Aceh dan tanyakan apa topik dan emosi publik ketika Pilgub DKI  2017 berlangsung.

Tidak dapat dipungkiri, kedai kopi Aceh yang mungkin ratio per kapita penduduknya dengan kedai kopi tertinggi di dunia- hanya kalah dengan Latin Quarter di sebuah sudut kota Paris-,  adalah tempat di mana politik diperbincaingkan dengan logika lokal yang unik.

Sebelum ada berbagai media sosial digital, kedai kopi Aceh berfungsi sebagai stasiun penyedia caffein, sekaligus juga sebagai Facebook, twitter, WhatsApp, dan bahkan instagram nondigital.

Sampai hari ini fungsi itu masih terus berlanjut.

Pembicaraannya beragam, mulai dari krisis Ukraina, Cina Komunis, Pilpres, dana aspirasi wakil rakyat, kepala derah bebal, sampai kepada strategi menjatuhkan keusyik- kepala Desa.

Observasi pembicaraan kedai kopi di ibu kota kecamatan dan gampong-gampong, nama Anies sering dikaitkan dengan tiga ungkapan bahasa Aceh yang setiap ungkapan itu butuh kertas satu halaman untuk menjelaskannya.

Pertama, ada kata “batat”, yang secara terjemahan pukul rata bahasa Indonesia adalah tahan banting.

Kata “batat” yang melekat dengan Anies dalam konteks Aceh bukan hanya soal tahan banting, tetapi cukup luas yang berkaitan dengan komitmen, daya juang, dan tak pernah menyerah.

Batat mungkin hanya punya sinonim dengan kata ‘resilience” dalam bahasa Inggris.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved