Piala Dunia 2022

Timnas Iran Kembali ke Negaranya, Mendapat Sambutan Hangat di Tengah-Tengah Ancaman Hukuman

Timnas Iran langsung mendapat sambutan hangat saat kembali pulang ke negaranya dari Qatar pada Rabu (30/11/2022) malam.

Editor: M Nur Pakar
AFP
Penggemar Iran mengibarkan bendera saat berkumpul di Bandara Imam Khomeini, Teheran untuk menyambut tim nasional Iran seusai berkompetisi di Piala Dunia 2022. 

SERAMBINEWS.COM, TEHERAN - Timnas Iran langsung mendapat sambutan hangat saat kembali pulang ke negaranya dari Qatar pada Rabu (30/11/2022) malam.

Walau menderita kekalahan di Piala Dunia 2022 mereka melawan Amerika Serikat, warga Iran tetap memberi sambutan luar biasa.

Para pemain kembali dari Qatar sehari setelah kekalahan 1-0 pada Selasa (29/11/2022).

Demonstran anti-pemerintah, menganggap tim itu sebagai simbol penguasa ulama Iran, merayakan kekalahan di beberapa kota dengan kembang api dan sorakan.

Seorang pria ditembak mati oleh pasukan keamanan Iran di barat laut Iran karena membunyikan klakson mobilnya untuk mendukung kemenangan AS.

Pemantau HAM Iran yang berbasis di Oslo, Kamis (1/12/2022) melaporkan perlakuan Iran terhadap para pemain timnas kemungkinan akan dicermati.

Baca juga: Rayakan Kekalahan dari Amerika Serikat di Piala Dunia 2022 Qatar, Warga Iran Ditembak Mati Aparat

Mereka menahan diri dari menyanyikan lagu kebangsaan Republik Islam selama pertandingan pembukaan Piala Dunia 2022 Qatar.

Banyak yang menganggap langkah itu menunjukkan solidaritas dengan protes.

Tim menyanyikan lagu kebangsaan di pertandingan berikutnya.

Beberapa lusin penggemar menyambut kembalinya tim nasional di bandara internasional Teheran Rabu malam, dengan orang-orang bersorak dan mengibarkan bendera Iran.

Namun para pemain telah menghadapi kritik tajam dari pengunjuk rasa anti-pemerintah yang menyalahkan tim karena tidak lebih vokal tentang kekerasan pasukan keamanan yang menghentikan demonstrasi.

Kelompok hak asasi manusia mengatakan lebih dari 400 pengunjuk rasa tewas dalam tindakan keras itu, dengan ribuan lainnya ditangkap.

Baca juga: Hasil Piala Dunia 2022: Inggris Juara Grup B, Amerika Serikat ke 16 Besar Usai Bungkam Iran

Gambar pemain membungkuk di hadapan Presiden Ebrahim Raisi sebelum berangkat ke turnamen dikritik secara luas oleh para aktivis di media sosial.

Seorang ulama garis keras, Raisi menyamakan demonstran dengan “terbang” dan menolak gerakan itu sebagai plot asing, tanpa memberikan bukti apa pun.

Mehran Samak (27) ditembak mati setelah membunyikan klakson mobilnya untuk mendukung kemenangan AS setelah pertandingan di kota Bandar Anzali di barat laut Iran.

Hak Asasi Manusia Iran yang berbasis di Oslo melaporkan dia ditembak di kepala oleh pasukan negara ketika dia keluar untuk merayakan kekalahan Republik Islam.

Samak juga merupakan teman masa kecil gelandang Iran Saeed Ezatollahi, yang berduka atas kematiannya di media sosialnya.

Namun lagi-lagi ia mendapat kecaman dari para aktivis karena tidak secara tegas menyatakan Samak dibunuh oleh pasukan pemerintah.

Baca juga: Seniman, Akademisi, Penulis dan Sutradara Iran Desak Dunia Hentikan Kerjasama Dengan Teheran

Namun, banyak selebritas Iran menjadi sasaran pemerintah dengan penangkapan atau tindakan lain karena berbicara atas nama para pengunjuk rasa.

Pejabat Iran mengakui tetapi meremehkan rekan senegaranya yang merayakan kemenangan AS.

Jenderal Hossein Salami, kepala paramiliter Pengawal Revolusi, mengatakan mereka yang merayakannya melakukannya atas nama musuh.

Dia menambahkan itu tidak penting, seperti dilansir kantor berita semi resmi Tasnim.

Seorang mantan menteri kebudayaan dan pemimpin redaksi surat kabar Ettelaat, Abbas Salehi menyebut kekalahan Iran melawan AS memang pahit.

Tetapi yang lebih pahit lagi, kebahagiaan warga Iran.

Iran tersingkir dari turnamen di Qatar menyusul kekalahan dari AS.

Baca juga: Menang dari Timnas Wales, Pemerintah Iran Bebaskan 709 Tahanan Dari Dalam Penjara

Striker Sardar Azmoun mengatakan kepada wartawan dia tidak puas dengan penampilannya di pertandingan terakhir.

Itu adalah keenam kalinya Iran berpartisipasi di Piala Dunia.

Protes anti-pemerintah pertama kali meletus pada September 2022, menyusul kematian Mahsa Amini berusia 22 tahun dalam tahanan polisi moralitas Iran.

Protes dengan cepat berkembang menjadi tantangan paling serius bagi teokrasi Iran sejak didirikan pada Revolusi Islam 1979.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved