Konflik Rusia vs Ukraina

Jika AS dan Sekutu Tak Akui 4 Wilayah Baru Federasi Rusia, Vladimir Putin Tolak Damai dengan Ukraina

Presiden Rusia, Vladimir Putin menolak permintaan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden untuk damai dengan Ukraina,

Editor: Faisal Zamzami
AFP/ATTA KENARE
Presiden Rusia Vladimir Putin menggelar konferensi pers bersama dengan rekan-rekannya dari Iran dan Turki di Teheran, Selasa (19/2022) 

SERAMBINEWS.COM - Presiden Rusia, Vladimir Putin menolak permintaan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden untuk damai dengan Ukraina, jika syarat khusus dari Rusia tak terpenuhi.

Rusia mensyaratkan beberapa hal, termasuk mengakui empat wilayah baru Rusia yang dianeksasi selama perang di Ukraina.

Empat wilayah itu adalah Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia.

Sebelumnya, Vladimir Putin telah mendeklarasikan empat wilayah baru Rusia tersebut melalui siaran TV Rusia pada 30 September 2022, setelah mengadakan referendum.

Vladimir Putin mengklaim deklarasi itu ia lakukan karena kehendak jutaan orang dari keempat wilayah itu memiliki hak menentukan nasib sendiri untuk bergabung dengan Rusia, dikutip dari CNBC.

Menanggapi permintaan diplomasi AS, Juru Bicara Rusia Dmitry Peskov mengatakan, Vladimir Putin tetap terbuka untuk negosiasi selama AS juga dapat menjamin keamanan Rusia.

Dmitry Peskov mencatat permintaan Joe Biden agar Vladimir Putin menarik pasukannya dari Ukraina, yang tidak mungkin dilakukan karena AS tidak mengakui empat wilayah baru Rusia.

"AS masih belum mengakui wilayah baru Federasi Rusia," kata Dmitry Peskov, Jumat (2/12/2022), dikutip dari KBIA.

"Itu memperumit pencarian alasan untuk mengadakan diskusi bersama," lanjutnya.

Beberapa minggu sebelumnya, Vladimir Putin melancarkan serangan ke infrastruktur energi Ukraina, sebagai serangan balasan setelah Ukraina menyerang jembatan utama yang menghubungkan daratan Rusia dengan Semenanjung Krimea.

Karena konflik yang semakin parah, Kanselir Jerman Olaf Scholz menelepon Vladimir Putin.

Dalam pembicaraan itu, Vladimir Putin memberikan pembelaan yang kuat atas tindakannya ke Ukraina.

Vladimir Putin mengatakan, Barat mengejar kebijakan destruktifnya terhadap Ukraina melalui dukungan keuangan dan militernya.

Bantuan dari pihak Barat kepada Ukraina menjadi fakta bahwa Ukraina menolak gagasan negosiasi apa pun dengan Rusia, termasuk mengakui empat wilayah baru yang dianeksasi Rusia dari Ukraina.

Baca juga: Konflik Rusia-Ukraina Makin Panas, Inggris Kirim Rudal Mematikan ke Ukraina

Joe Biden ingin berdiskusi dengan Vladimir Putin

Presiden AS Joe Biden sebelumnya melakukan kunjungan ke Prancis untuk menemui Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kamis (1/12/2022).

Dalam kunjungannya itu, Joe Biden mengatakan dirinya terbuka untuk diplomasi dengan Vladimir Putin terkait perang Rusia dan Ukraina.

“Ada satu cara untuk mengakhiri perang dengan cara yang rasional, yaitu Putin harus menarik diri dari Ukraina,” kata Joe Biden saat konferensi pers bersama dengan Presiden Emmanuel Macron, dikutip dari VOX.

“Namun, sepertinya dia tidak akan melakukan itu. Dia membayar harga yang sangat mahal karena menolak melakukan itu, tetapi dia menimbulkan pembantaian yang luar biasa pada penduduk sipil Ukraina - membom pembibitan, rumah sakit, rumah anak-anak. Sungguh memuakkan apa yang dia lakukan.”

Sentimen itu juga sesuai dengan posisi Biden sebelumnya dalam perang Rusia dan Ukraina, terutama pembantaian warga sipil.

"Saya siap untuk berbicara dengan Tuan Putin jika memang ada kepentingan dia memutuskan mencari cara untuk mengakhiri perang," kata Joe Biden.

"(tapi) dia belum melakukannya."

Menanggapi hal ini, Rusia secara khusus belum menunjukkan keseriusan untuk terlibat dalam pembicaraan damai dengan Ukraina.

Rusia justru memberi beberapa syarat untuk berdamai dengan Ukraina, termasuk aneksasi empat wilayah Ukraina.

Ukraina Klaim Rusia Gunakan Rudal Jelajah Kh-55 untuk Lemahkan Pertahanan Udara

Militer Ukraina telah mengklaim Rusia menggunakan rudal berkemampuan nuklir dengan hulu ledak non-eksplosif terhadap pertahanan udara Ukraina.

Pejabat militer Mykola Danyliuk menunjukkan pecahan dari benda yang ia klaim sebagai rudal jelajah Kh-55 buatan Soviet yang dirancang untuk penggunaan nuklir.

“Ini adalah pengganti muatan terpandu termo-nuklir,” katanya, Jumat (2/12/2022).

Danyliuk mengatakan Kh-55 belum digunakan oleh Rusia di Ukraina sebelum 31 Oktober.

Ia menambahkan, potongan-potongan itu telah diuji dan tidak menunjukkan tingkat radioaktivitas yang tidak normal, seperti diberitakan WIO News.

Ukraina sebut Rusia mulai kehabisan persenjataan misil

Menurut para pakar militer di Ukraina, kemungkinan besar Rusia telah menghabiskan persenjataan misilnya yang luas dengan melakukan gelombang demi gelombang serangan besar-besaran terhadap infrastruktur energi kritis Ukraina.

Oleh karena itu, Rusia sekarang menggunakan proyektil tumpul yang masih menyebabkan kehancuran.

“Penggunaan rudal semacam itu dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian sistem pertahanan udara Ukraina dan membuatnya lelah,” kata Danyliuk, seperti diberitakan Times Now.

Danyliuk juga mengatakan,semua rudal Kh-55 yang telah ditemukan telah dicoret nomor serinya.

Sementara itu, Inggris mengatakan rudal itu dirancang secara eksklusif sebagai sistem pengiriman nuklir.

Namun, Ukraina mengatakan militer Rusia melepas hulu ledak nuklir dan menggantinya dengan sistem inert sebelum menembakkannya.

"Meskipun sistem lembam seperti itu masih akan menghasilkan beberapa kerusakan melalui energi kinetik rudal dan bahan bakar yang tidak terpakai, itu tidak mungkin mencapai efek yang dapat diandalkan terhadap target yang dimaksud."

Danyliuk mencatat, rudal tersebut dapat menyebabkan kerusakan yang parah karena energi kinetik dan residu bahan bakarnya, meski rudal ini memiliki hulu ledak non-ledakan.

"Ini dibuktikan dengan serangan terbaru ketika rudal Kh-55 menghantam sebuah bangunan tempat tinggal," katanya, dikutip dari BBC Internasional.


Rudal jelajah Kh-55

Rudal jelajah Kh-55 juga dikenal sebagai AS-15 oleh NATO.

Kh55 Rusia dirancang sebagai sistem strategis yang mampu mengirimkan hulu ledak nuklir sejauh 2.500 km. 

Pecahannya pernah ditemukan di wilayah Lviv dan Khmelnytsky.

Rudal ini dirancang selama masa Uni Soviet untuk mencapai sasaran strategis dengan koordinat yang telah ditentukan.

Peringatan Udara di Ukraina

Pada hari Kamis (1/12/2022), peringatan udara diberlakukan sebentar di seluruh Ukraina.

Peringatan itu dibunyikan setelah laporan pesawat perang Rusia mungkin bersiap untuk melakukan gelombang baru serangan rudal.

Walikota Kyiv pada Kamis (1/12/2022), memperingatkan penduduk tentang pemadaman listrik total yang disebabkan oleh serangan Rusia.

Pemerintah meminta warga untuk menimbun air, makanan, dan pakaian hangat selama satu minggu ke depan.

Vitali Klitschko mengatakan, dalam skenario seperti itu, suhu bisa turun drastis di ibu kota Ukraina, dan penduduk mungkin harus dievakuasi.

Unit daya di beberapa pembangkit listrik di seluruh Ukraina harus melakukan pemadaman darurat minggu ini setelah serentetan serangan rudal Rusia, dikutip dari The Week.

 

Baca juga: Istri Selingkuh dengan Bos Pasangannya saat Suami Dinas ke Luar Kota, Hubungan Haram Terbongkar

Baca juga: Aneh Tapi Nyata, Warga Hawaii Jadikan Aliran Lahar di Sungai Sebagai Tontonan Menarik

Baca juga: Inggris Vs Senegal Pukul 02.00 WIB Piala Dunia 2022, Ujian The Three Lions Hadapi Jawara Afrika

Tribunnews.com: Putin Tolak Damai dengan Ukraina jika AS dan Sekutu Tak Akui 4 Wilayah Baru Federasi Rusia

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved