Mihrab
Santri dan Generasi Pemimpin Masa Depan
Jika siswa lebih dominan dalam menuntut ilmu dalam ruang lingkup dunia, maka berbanding terbalik dengan santri yang menuntut ilmu
Tabligh (penyampaian) atau kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi.
Amanah (bertanggung jawab) dalam menjalankan tugasnya.
Dan Fathanah (cerdas), sifat ini sangat dibutuhkan dalam membuat perencanaan, visi, misi, strategi dan mengimplementasikannya.
“Terlepas dari karakteristik itu semua, dasar kepemimpinan yang paling utama dalam Islam ialah memiliki iman dan amal shaleh.
Selayaknya di dunia pesantren atau dayah, para santri dibina serta ditempa dengan pendidikan agama yang intensif,” ungkap Ustazah Cut.
Bukan hanya dibina untuk dipahami sendiri, lanjutnya, akan tetapi santri dituntut untuk bisa menyalurkannya dalam kehidupan bermasyarakat.
Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan di dunia pesantren atau kedayahan membentuk santri menjadi individu yang berkepribadian Islam dengan memiliki pemahaman keagamaan yang luas.
Sejatinya, untuk mendapatkan hasil yang maksimal, para santri harus terlebih dahulu menempuh perjalanan yang panjang.
Untuk melewati segala proses tersebut di dalam dunia pesantren tidaklah mudah untuk santri.
Berbagai tantangan yang harus mereka hadapi baik eksternal maupun internal.
“Para santri harus mampu melewati tantangan yang membuat mereka menahan kerinduan, mengorbankan hari-harinya bersama keluarga, kegundahan, kesedihan, kebahagiaan, keluh serta kesah yang dijalani demi mendapatkan jati diri yang di ridhai oleh Allah SWT,” pungkas lulusan Magister Fiqh Modern di UIN Ar-Raniry Banda Aceh ini. (ar)
Baca juga: Pemimpin Arab Antusias Hadiri KTT Arab-China di Riyadh, Dapat Bertemu Langsung Presiden Xi Jinping
Baca juga: Jokowi Sebut Ciri Pemimpin yang Pikirkan Rakyat, Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo Ubah Warna Rambut