Internasional
Kisah Pilu Ingin Cari Kehidupan Lebih Baik di Eropa, Pemuda Jalur Gaza Pulang Jadi Mayat
Salah satu keluarga di Jalur Gaza, Palestina ingin mencari kehidupan lebih baik di Uni Eropa
SERAMBINEWS.COM, KOTA GAZA - Salah satu keluarga di Jalur Gaza, Palestina ingin mencari kehidupan lebih baik di Uni Eropa.
Seperti Talal Al-Shaer menawari kedua putranya perjalanan yang aman saat berangkat dari Jalur Gaza melalui rute berliku yang mereka doakan akan membawa ke kehidupan baru di Eropa, bebas dari kemiskinan dan perang.
Tapi kapal yang membawa mereka menyeberangi Laut Mediterania dari Libya tenggelam segera setelah berangkat.
Satu anak tenggelam dan lainnya hilang.
Alih-alih menghibur teman-teman tentang keberhasilan migrasi mereka, Al-Shaer menerima belasungkawa pada hari Minggu (18/12/2022.
“Seluruh generasi hilang, menderita, blokade, pekerjaan langka, kesehatan mental buruk," katanya menjelang pemakaman putranya Mohammad, yang jenazahnya dikembalikan bersama tujuh warga Palestina lainnya.
"Itulah yang mendorong mereka untuk bermigrasi,” jelasnya.
Tiga lainnya, di antaranya putranya Maher, masih hilang.
Baca juga: Angkatan Laut Prancis Selamatkan 160 Migran dari Air Membeku di Selat Inggris
Sebanyak delapan pemuda Palestina yang tenggelam di lepas pantai Tunisia hampir dua bulan lalu mencoba berlayar ke kehidupan baru di Eropa.
Sebanyak 2,3 juta warga Jalur Gaza tidak asing dengan kesulitan, setelah beberapa dekade perang dengan Israel.
Ditambah pengekangan ekonomi oleh negara tetangga Mesir yang membuat kelaparan dan perpecahan antara faksi-faksi Palestina.
Menurut Bank Dunia, pengangguran di Jalur Gaza mencapai sekitar 50 persen dan lebih dari separuh penduduknya hidup dalam kemiskinan.
Namun di antara ribuan orang yang menghadiri pemakaman para migran, ada tambahan kemarahan dan keputusasaan atas kapal karam pada Oktober 2022 itu.
Migrasi berbahaya ke Eropa telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini dari seluruh Timur Tengah.
Seperti warga Palestina merasa sangat terdorong untuk membahayakan mereka dan rentan terhadap penyelundupan.
Baca juga: Ombudsman Gandeng Komnas HAM, BP3MI dan Rumoh Transparansi Awasi Pelayanan Awak Kapal Pekerja Migran
“Geng perdagangan manusia berada di balik perjalanan migrasi ilegal ini dan mengeksploitasi para pemuda ini, mengenakan biaya hingga $10.000 per orang,” kata pejabat Kementerian Luar Negeri Palestina Ahmad Al-Deek.
