Kilas Balik Tsunami Aceh 2004
Gambaran Pilu Lebaran di Aceh Pasca Gempa dan Tsunami 2004, Diselimuti Trauma dan Diimpit Ekonomi
Dokumen Harian Serambi Indonesia di berbagai edisi pada bulan Januari 2005 telah menyimpan beberapa catatan bagaimana suasana lebaran yang berlangsung
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM - Tragedi bencana alam dahsyat, Gempa dan Tsunami Aceh 2004 tak pernah bisa lepas dari ingatan masyarakat Aceh.
18 tahun yang lalu, daratan Aceh diguncang gempa yang amat kuat.
Pada hari itu pula, hanya berselisih sekian menit, wilayah pesisir Aceh disapu bersih oleh gelombang tsunami setinggi 30 meter.
Dua bencana dahsyat itu telah menelan lebih dari 132.000 korban jiwa dan 37.000 jiwa dinyatakan hilang.
Diketahui gempa dan tsunami Aceh terjadi pada pagi Minggu, 26 Desember 2004 atau 18 tahun silam.
Awalnya gempa mahadahsyat berkekuatan 8,9 skala richter (SR) atau dalam versi lain ditulis magnitudo 9,3 mengguncang Aceh sekitar pukul 07.58 WIB.
Guncangan sekuat itu dengan durasi 10 menit sudah menewaskan sebagian korban, walau tsunami belum menyapu dataran berjuluk Serambi Mekkah ini.
Baca juga: Dampak Mengerikan Tsunami Aceh 2004 Lalu, Ledakannya Setara Bom 100 Gigaton
Kemudian dalam waktu 7 menit, air laut memuntahkan gelombang raksasa dengan ketinggian yang berbeda-beda.
Puncak tertinggi yakni 34,5 meter di pantai Lhoknga, Aceh Besar sebagaimana tercatat dalam buku Tsunami Aceh Getarkan Dunia (2006:5) yang diterbitkan Serambi Indonesia dan Japan - Aceh Net.
Minggu pagi itu, suasana cukup mencekam dan penuh kekacauan.
Akhir pekan yang semestinya digunakan masyarakat untuk beristirahat atau berkumpul dengan keluarga, justru malah dilanda ketakutan dan kepanikan.
Orang-orang berhamburan keluar rumah, bangunan yang menjulang tinggi sebagian roboh menyentuh tanah.
Teriakan dan tangis terdengar di seluruh sudut-sudut kota yang terdampak bencana gempa dan tsunami Aceh 2004.
Tak ada yang tersisa. Hanya sekian menit, kota-kota di sepanjang pesisir Aceh, termasuk Banda Aceh sebagai ibukota provinsi, menjadi lautan yang dihiasi mayat dan puing-puing bangunan.
Kondisi yang tak mungkin bisa pulih dalam waktu cepat, sementara hanya beberapa pekan lagi pasca bencana gempa dan tsunami, Hari Raya Idul Adha akan berlangsung.
Baca juga: Kisah Cut Putri, Sosok yang Membuka Mata Dunia tentang Betapa Dahsyatnya Bencana Tsunami Aceh
Tak ada pilihan lain, lebaran Idul Adha 1425 yang kala itu jatuh pada 21 Januari 2005 harus dirayakan dengan rundungan duka dan linangan air mata kesedihan.
Belum lagi perekonomian yang kacau pasca gempa dan tsunami, membuat masyarakat semakin tak bergairah untuk sekedar menikmati nuansa lebaran, termasuk di wilayah Aceh yang tidak terdampak bencana.
Dokumen Harian Serambi Indonesia di berbagai edisi pada bulan Januari 2005 telah menyimpan beberapa catatan bagaimana suasana lebaran yang berlangsung pasca gempa dan tsunami di Aceh 2004.
Salah satunya ialah kehadiran Presiden Republik Indonesia (RI) keenam, Susilo Bambang Yudhoyono ikut merayakan Hari Raya Idul Adha di Aceh, dengan melaksanakan shalat Ied di Masjid Raya Baiturrahman.
Berikut adalah beberapa catatan kondisi Aceh pasca tsunami ketika melangsungkan perayaan Hari Raya Idul Adha 1425 H, yang dirangkum Serambinews.com dari Harian Serambi Indonesia.
Permintaan hewan qurban turun drastis
Permintaan hewan qurban menjelang Idul Adha 1425 H menurun drastis dibanding tahun sebelumnya.
Di wilayah Kota Lhokseumawe misalnya, pada saat itu para pedagang mengaku tiap harinya hanya laku satu hingga dua ekor kambing.
Salah seorang pedagang kala itu sempat didatangi Wartawan Harian Serambi Indonesia.
Ia mengaku mengalami kemerosotan penjualan pasca gempa dan tsunami Aceh 2004.
Jika tahun sebelumnya dia bisa menjual hewan qurban sebanyak 150 ekor kambing dan 15 ekor kibas (biri-biri).
Namun menjelang lebaran Idul Adha pada 21 Januari 2005 lalu, yang laku hanya 15 ekor kambing dan 3 ekor kibas.
Baca juga: Sosok Delisa, Korban Selamat Tsunami Aceh yang Kehilangan Kaki, Begini Kabarnya Kini
Harga sembako melambung
Pasca tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004, harga pangan di Aceh juga sempat mengalami kenaikan.
Kenaikan ini bahkan terus terjadi seiring waktu.
Hingga menjelang lebaran Idul Adha 1425 H, harga kebutuhan sehari-hari seperti beras, gula pasir, minyak goreng, dan berbagai jenis barang primer lainnya di laporkan masih saja tinggi.
Padahal, beberapa minggu pasca tsunami, arus distribusi atau pasokan dan stok barang di tangan para pedagang grosir dan eceran sudah relatif banyak.
Kususnya gula pasir, yang awalnya sempat turun harga jual, tetapi menjelang Lebaran Idul Adha 1425 Hijriah, kembali naik.
Memang, kebutuhan primer ini menjadi barang langka di Aceh setelah terjadinya peristiwa tsunami.
Jika ada, harganya pun terus melambung hingga membuat beberapa pelaku usaha warung kopi terpaksa tutup.
Takbir keliling tetap ada di beberapa wilayah Aceh
Meskipun pelaksanaan Lebaran Idul Adha 1425 H dirundung duka setelah bencana tsunami yang memporak-porandakan Aceh, tapi tak membuat semarak peringatan besar umat Islam ini sepenuhnya menjadi lesu.
Takbir keliling tetap digelar di beberapa wilayah Aceh.
Salah satunya di Kota Lhokseumawe yang dikoordinir oleh Kantor Dinas Syariat Islam Kota Lhokseumawe.
Warga dari beberapa desa berkumpul di titik lokasi seputaran kota ba'da Shalat Isya, lalu memutar jalan untuk bertakbir keliling.
Setiap mobil truk atau Pick-Up, dilengkapi microphone terlihat menyusuri jalan kota, membawa warga untuk mengumandangkan takbir.
Jalan seputar kota macet sehingga sangat susah untuk dilalui.
Malam itu asma Allah SWT tetap menggema seantero kota Lhokseumawe, meski suasana hati masih berduka.
Baca juga: Tangis Haru Peringatan 18 Tahun Tsunami Aceh, Kisah Nasehat Pria Tua Berjubah Putih Sebelum Bencana
Presiden Shalat Id di Banda Aceh
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang saat itu baru saja menjabat sebagai presiden RI ikut merayakan Hari Idul Adha, yang berlangsung pada hari Jumat, 21 Januari 2005 di Banda Aceh.
Pada saat itu, SBY bersama ribuan masyarakat Aceh yang selamat dari gelombang tsunami ikut melaksanakan shalat Ied di Masjid Raya Baiturrahman, salah satu bangunan yang tersisa dari terjangan tsunami.

Kehadirannya di Aceh yang sedang berduka akibat dampak bencana alam tsunami sekaligus memberikan bantuan hewan kurban.
Selain bantuan hewan kurban, dalam kesempatan itu SBY beserta istrinya, alm. Hj Ani Susilo Bambang Yudhoyono yang turut hadir berlebaran di Aceh juga memberikan bantuan berupa peralatan sekolah pada anak yatim piatu korban gempa dan tsunami.
(Serambinews.com/Yeni Hardika)
BERITA KILAS BALIK TSUNAMI ACEH LAINNYA
BACA BERITA LAINNYA DI SINI
IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS