Internasional

Wanita ISIS Asal AS di Kamp Suriah Berharap Pulang dan Siap Masuk Penjara, Ini Kisah Gelapnya

Seorang wanita muda yang menjadi pengantin ISIS asal Alabama, Amerika Serikat (AS) berharap dapat pulang ke negaranya.

Editor: M Nur Pakar
AFP
Hoda Muthana, mantan pengantin ISIS di Kamp Suriah 

Pada tahun 2014, dia memberi tahu keluarganya akan melakukan perjalanan sekolah, tetapi terbang ke Turkiye dan menyeberang ke Suriah.

Dia mendanai perjalanan dengan uang sekolah yang diam-diam dia uangkan.

Pemerintahan Barack Obama membatalkan kewarganegaraannya pada tahun 2016.

Dikatakan, ayahnya seorang diplomat Yaman yang terakreditasi pada saat dia dilahirkan dan pencabutan kewarganegaraan hak kesulungan yang jarang terjadi.

Pengacaranya membantah langkah itu, dengan alasan akreditasi diplomatik sang ayah berakhir sebelum dia lahir.

Pemerintahan Donald Trump menyatakan dia bukan warga negara AS dan melarangnya untuk kembali.

Baca juga: ISIS Serang Penjara Kurdi, Targetkan Bebaskan Rekannya, Enam Pejuang dan Dua Militan Tewas

Sebaliknya, Turm menekan sekutu Uni Eropa untuk memulangkan warga negara mereka sendiri yang ditahan untuk mengurangi tekanan pada kamp-kamp penahanan.

Pengadilan AS telah memihak pemerintah dalam masalah kewarganegaraan Muthana, dan Januari lalu Mahkamah Agung menolak untuk mempertimbangkan gugatannya untuk masuk kembali ke AS.

Hal itu membuat dia dan putranya mendekam di kamp penahanan di Suriah utara yang menampung ribuan janda pejuang ISIS dan anak-anak mereka.

Sekitar 65.600 tersangka anggota ISIS dan keluarga mereka, baik warga Suriah maupun warga negara asing ditahan di kamp dan penjara timurlaut Suriah yang dikelola oleh Kurdi sekutu AS.

Wanita yang dituduh berafiliasi dengan ISIS dan anak-anak kecil, sebagian besar ditempatkan di kamp Al-Hol dan Roj.

Digambarkan oleh kelompok hak asasi manusia sebagai kondisi yang mengancam jiwa.

Tahanan kamp termasuk lebih dari 37.400 orang asing, di antaranya orang Eropa dan Amerika Utara.

Human Rights Watch dan pemantau lainnya menyebutkan kondisi kehidupan yang mengerikan di kamp.

Seperti makanan, air, dan perawatan medis yang tidak memadai, serta pelecehan fisik dan seksual terhadap narapidana oleh penjaga dan sesama tahanan.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved