Berita Lhokseumawe

Lhokseumawe Inflasi Pada Desember 2022, Ini Sebabnya

"Kenaikan harga komoditi perikanan disebabkan oleh tingginya gelombang laut yang disertai dengan angin kencang, sehingga mempengaruhi hasil tangkapan

Penulis: Saiful Bahri | Editor: Nurul Hayati
SERAMBINEWS/FOR SERAMBINEWS.COM
Kepala Perwakilan BI Lhokseumawe, Gunawan. 

"Kenaikan harga komoditi perikanan disebabkan oleh tingginya gelombang laut yang disertai dengan angin kencang, sehingga mempengaruhi hasil tangkapan nelayan. Harga Daging dan telur ayam ras mengalami peningkatan, seiring dengan peningkatan harga dan terbatasnya jumlah pasokan dari produsen. Sedangkan peningkatan harga beras, terutama disebabkan belum memasuki panen raya dan masih tingginya harga pupuk," paparnya.

Laporan Saiful Bahri I Lhokseumawe

SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Sesuai data yang dirilis Bank Indonesia (BI) Lhokseumawe, pada  Desember 2022 Lhokseumawe mengalami inflasi atau peningkatan harga barang dan jasa secara umum sebesar 1,51 persen (month-to-month/mtm).

Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan Bulan November 2022 yang mengalami deflasi sebesar 0,36 % (mtm). 

"Jika dibandingkan dengan dua kota lainnya yang menjadi perhitungan inflasi di Provinsi Aceh, inflasi Kota Lhokseumawe pada Bulan Desember 2022 lebih tinggi dibandingkan Kota Banda Aceh yang tercatat inflasi sebesar 0,64 % (mtm) dan Kota Meulaboh yang tercatat inflasi sebesar 0,98 % (mtm)," ujar Kepala Perwakilan BI Lhokseumawe, Gunawan, Kamis (12/1/2023).

Secara keseluruhan, Provinsi Aceh mengalami inflasi sebesar 0,93 % (mtm), nilai ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,12 % (mtm). 

"Secara nasional, pada Bulan Desember 2022 terjadi inflasi sebesar 0,66 % (mtm)," katanya.

Berdasarkan perkembangan tersebut, maka inflasi tahunan Kota Lhokseumawe pada Desember 2022 mencapai 5,37 % (year on year/yoy) atau lebih tinggi dari rentang sasaran inflasi Pemerintah tahun 2022 sebesar 3 % ±1 % (yoy).  

Adapun inflasi Kota Lhokseumawe pada Bulan Desember 2022 bersumber dari peningkatan harga pada kelompok pengeluaran yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil inflasi sebesar 1,32 % . 

Sedangkan secara komoditas, ada lima komoditas mengalami kenaikan harga dan memberikan andil terbesar terhadap inflasi.

Baca juga: Atasi Inflasi Aceh Tengah, Pj Bupati Mirzuan Jalin Kerjasama Dengan Aceh Besar

Masing-masing adalah udang basah sebesar 0,30 % , ikan tongkol sebesar 0,27 % , daging ayam ras sebesar 0,21 % , beras sebesar 0,08 % , dan telur ayam ras sebesar 0,07 % .

"Kenaikan harga komoditi perikanan disebabkan oleh tingginya gelombang laut yang disertai dengan angin kencang, sehingga mempengaruhi hasil tangkapan nelayan. Harga Daging dan telur ayam ras mengalami peningkatan, seiring dengan peningkatan harga dan terbatasnya jumlah pasokan dari produsen. Sedangkan peningkatan harga beras, terutama disebabkan belum memasuki panen raya dan masih tingginya harga pupuk," paparnya.

Disisi lain, terdapat beberapa komoditi yang mengalami penurunan harga dan memberikan andil terhadap deflasi (mtm), di antaranya adalah bawang merah sebesar 0,11 % , jeruk sebesar 0,04 % , jeruk nipis sebesar 0,03 % , pisang sebesar 0,02 % , dan pir sebesar 0,01 %.

Sedangkan harga bawang merah, tercatat mengalami penurunan seiring pasokan yang terjaga  dan mulai masuknya musim panen di beberapa daerah produsen. 

Penurunan harga juga terjadi pada komoditas buah-buahan seperti jeruk, jeruk nipis, pisang, dan pir seiring pasokan terjaga dari produksi dalam negeri dan impor luar negeri. 

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved