Internasional

Sopir Truk Jordania Mogok, Kenaikan Harga Barang dan Minyak Telah Menambah Kesengsaraan Penduduk

Sopir truk di Jordania selatan, sebuah kawasan termiskin sudah melakukan mogok selama beberapa malam.

Editor: M Nur Pakar
AFP
Sopir bus melanjutkan pemogokan yang dimulai lebih dari 10 hari sebelumnya untuk memprotes kenaikan harga bahan bakar di Provinsi Maan pada Jumat (16/12/2022). 

"Sekarang seperti punya sepeda," katanya.

Sementara, pemerintah bersikukuh penurunan harga diesel akan membahayakan reformasi penting untuk kehati-hatian fiskal.

Walau demikian, pemerintah berusaha memenuhi tuntutan pengemudi, walau setengah jalan dengan menaikkan tarif yang dapat mereka kenakan untuk pengangkutan komersial dan transportasi.

Baca juga: Sopir Truk Jordania Bersedia Akhiri Mogok, Jika Tuntutan Harga Bakar Murah Dipenuhi

“Kami mencari ke segala arah untuk meringankan intensitas situasi ekonomi warga,” kata Menteri Dalam Negeri Mazen Farrayeh setelah pasukan memadamkan kerusuhan Desember 2022.

Seperti banyak negara Arab, Jordania dalam dekade terakhir mengalami kerusuhan yang meluas karena mengurangi subsidi pangan dan bahan bakar.

Perekonomiannya yang bergantung pada bantuan sudah terhuyung-huyung dari utang publik $40 miliar dan pengangguran yang tinggi.

Bahkan, bisnis transitnya yang dulu ramai ke tetangga Irak dan Arab Saudi menyusut.

Suku-suku Badui di Maan dan daerah-daerah sekitarnya sangat terpukul oleh berkurangnya lahan penggembalaan untuk ternak.

Sementara kontrol perbatasan yang lebih ketat oleh Arab Saudi telah membendung penyelundupan yang menguntungkan.

Penduduk mengatakan pemerintah berturut-turut telah gagal menciptakan lapangan kerja.

Tetapi para pejabat menentang dengan menyuntikkan jutaan dolar bantuan asing dalam beberapa tahun terakhir untuk memperluas infrastruktur dan meningkatkan jalan raya gurun.

Pemerintah telah berjuang memenuhi tuntutan akan lebih banyak pekerjaan yang telah lama menenangkan suku-suku yang menjadi tulang punggung dukungan bagi dinasti Hashemite yang berkuasa.

Setelah masalah tersebut, Raja Abdullah II yang berpendidikan Barat, yang dorongan modernisasinya menghadapi tekanan kesukuan untuk keuntungan ekonomi yang lebih besar, mengunjungi proyek pertanian dan wisata yang disponsori negara di selatan.

Raja Abdullah II dengan pakaian santai, mengobrol dengan wanita dari desa Badui di wilayah akuifer Disi dekat Arab Saudi.

Di mana pihak berwenang berharap pembangunan dapat membawa pemuda pengangguran yang melempar batu dari jalanan.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved