Breaking News

Internasional

Produser Film Temui Shamima Begum di Kamp Kurdi Suriah, Menggambarkannya Sebagai Seorang Narsis

Andrew Drury, seorang produser film dokumenter menemui Shamima Begum di kamp pengungsi Kurdi Suriah.

Editor: M Nur Pakar
Screenshot
Mantan Pengantin ISIS Shamima Begum 

SERAMBINEWS.COM, LONDON - Andrew Drury, seorang produser film dokumenter menemui Shamima Begum di kamp pengungsi Kurdi Suriah.

Dia menggambarkannya sebagai seorang narsis yang melihat dirinya sebagai selebriti setelah perhatian media baru-baru ini, lapor The Times, Senin (23/01/2023).

Drury telah melakukan perjalanan ke Suriah beberapa kali untuk berbicara dengan mantan pengantin remaja ISIS itu.

Dia mengaku dibawa oleh Begum saat pertama kali bertemu, dan dia merasa "maaf" untuknya.

Namun, pembuat film tersebut sekarang mengatakan dapat melihat melalui topeng yang dia kenakan untuk kamera.

"Dia melihat dirinya sebagai korban sekarang, tapi dia mengatakan kepada saya dengan sangat jelas, itu pilihannya untuk pergi ke Suriah dan atas keinginannya sendiri," kata Drury kepada The Times.

Baca juga: Seorang Mantan Pengantin ISIS Inggris Terancam Mati di Kamp Kurdi Suriah, Ini Penyebabnya

“Dia sekrang menjadi seorang narsis dengan menjadi seseorang," ujarnya.

"Sekarang dia melihat dirinya sebagai selebriti," tambahnya.

"Dia Menjadi bagian dari ISIS, berarti dia adalah seseorang dan sekarang dia menjadi seseorang lagi,” tambahnya.

Pada September 2022, Drury memberi tahu The Sun, wanita berusia 23 tahun itu memiliki kepribadian manipulatif yang memainkan kartu korban dalam upaya untuk kembali ke Inggris.

"Setelah pertemuan tatap muka yang ekstensif dan banyak pesan teks yang aneh, saya yakin dia memiliki karakter yang getir dan bengkok dengan masalah psikologis yang dalam," katanya.

Drury juga mengatakan Begum memberitahunya, kematian ketiga anaknya tidak lagi membuatnya kesal dan dia telah pindah.

Baca juga: Pengacara Wanita ISIS Asal Inggris Sebut Kliennya Shamima Begum Korban Perdagangan Anak

Begum saat ini mengajukan banding atas keputusan pemerintah Inggris untuk mencabut kewarganegaraan Inggrisnya.

Dia mengklaim menjadi korban perdagangan manusia setelah dia dan dua temannya pergi ke Suriah ketika dia berusia 15 tahun dengan bantuan mata-mata intelijen Kanada.

Empat tahun kemudian, dia ditemukan hamil di sebuah kamp pengungsi Suriah dengan anak ketiganya, dengan dua anak pertamanya meninggal karena penyakit yang berhubungan dengan kekurangan gizi.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved