Internasional

Tawaran Swedia Masuk NATO Temui Jalan Buntu, Turkiye Kutuk Pembakaran Quran di Depan Kedutaannya

Keinginan Swedia untuk menjadi anggoa NATO tampak muai menghadapi jalan buntu.

Editor: M Nur Pakar
AFP
Bendera Swedia diturunkan setengah tiang di gedung Kedutaan Besar Turkiye 

SERAMBINEWS.CO, ANKARA - Keinginan Swedia untuk menjadi anggoa NATO tampak mulai menghadapi jalan buntu.

Hal itu terkait protes oleh pemimpin ekstremis sayap kanan Swedia-Denmark Rasmus Paludan di depan Kedutaan Besar Turki di Stockholm semakin memperkeruh hubungan.

Menyusul demonstrasi Paludan dengan membakar Al Quran.

Sehingga, saat ini, terfokus pada langkah-langkah potensial yang mungkin diambil Ankara untuk menghentikan ekspansi NATO ke negara-negara Nordik.

Kementerian Luar Negeri Turkiye mengutuk keras pembakaran Al-Quran menggambarkannya sebagai tindakan keji.

Turkiye juga mengkritik keputusan pemerintah Swedia untuk mengizinkan protes tersebut, padaha tidak dapat diterima.

Di Swedia, langkah tersebut ditoleransi dalam parameter kebebasan berekspresi.

Baca juga: Amerika Serikat Tegaskan, Sudah Waktunya Bagi Finlandia dan Swedia Bergabung Dengan NATO

Di tengah meningkatnya ketegangan diplomatik antara kedua negara, para ahli percaya Turkiye tidak mungkin memberikan suara mendukung aksesi Swedia ke NATO.

Terutama, sebelum pemilihan domestik yang kritis, baik parlementer maupun presiden pada 14 Mei 2023.

Juga tidak ada jaminan presiden berikutnya akan menikmati mayoritas di parlemen setelah pemilihan.

Sehingga, akan dapat membuat ratifikasi menjadi lebih rumit dan selanjutnya meninggalkan aliansi di perairan yang belum dipetakan setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Devlet Bahceli, ketua partai MHP nasionalis, sekutu utama pemerintah yang berkuasa di Turkiye, berjanji keanggotaan NATO Swedia tidak akan disetujui oleh parlemen.

Menyusul protes tersebut, Ankara menunda rencana kunjungan Menteri Pertahanan Swedia Pal Jonson pada 27 Januari 2023.

Meskipun pertemuan tersebut diperkirakan akan membahas keberatan Turkiye terhadap aksesi Swedia ke aliansi tersebut.

Baca juga: Finlandia Ingin Jadi Anggota NATO, Tidak Mau Jadi Sasaran Agresi Rusia Seperti Ukraina

Juru bicara kepresidenan Turkiye, Ibrahim Kalin mengutuk demonstrasi tersebut dengan menggambarkan sebagai serangan terhadap nilai-nilai sakral dan tindaanbarbarisme modern.

Kalin menegaskan mengizinkan tindakan ini terlepas dari semua peringatan yang mendorong kejahatan rasial dan Islamofobia.

Pada awal Januari 2023, dia juga mengatakan Ankara tidak dalam posisi menyetujui aksesi Swedia ke NATO sampai semua keprihatinannya terpenuhi.

Sebagai bagian dari pergumulan diplomatik yang berlangsung lama, Turkiye awalnya memblokir aksesi NATO Swedia untuk mendorong Stockholm memenuhi beberapa tuntutan politik.

Seperti ekstradisi beberapa orang yang dicari oleh otoritas Turki atas tuduhan terorisme.

Setelah beberapa dekade non-blok militer, Swedia mendaftar untuk bergabung dengan NATO pada Mei 2022.

Kemudian, mengambil langkah-langkah untuk memperkuat undang-undang anti-terorisme untuk mencabut hak veto Turkiye.

Swedia juga telah mendeportasi dua anggota Partai Pekerja Kurdistan, atau PKK, yang dilarang, ke Turkiye.

Baca juga: Turkiye Panggil Duta Besar Swedia, Kutuk Gambar Penghinaan Terhadap Presiden Erdogan

Finlandia dan Swedia menandatangani memorandum trilateral dengan Turkiye tahun lalu dalam upaya mengatasi keberatan Ankara terhadap keanggotaan mereka di NATO.

Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson baru-baru ini mengatakan negaranya bersikeras pengadilan memiliki keputusan akhir atas ekstradisi.

Dimana, telah memenuhi bagiannya dari memorandum, tetapi Turkiye memiliki tuntutan lebih lanjut yang tidak dapat dipenuhi Swedia, termasuk ekstradisi 130 orang.

Di bawah aturan NATO, semua 30 anggota harus setuju dengan suara bulat sebelum negara baru dapat bergabung dengan aliansi.

“Di balik layar, pembicaraan sebenarnya berjalan baik sebelum tahun baru," kata Paul Levin, direktur Institut Studi Turki Universitas Stockholm, kepada Arab News, Minggu (22/01/2023).

Dia mengatakan Swedia telah membuat kemajuan yang signifikan pada semua item dalam memorandum trilateral yang ditandatangani pada Juni 2022.

“Sekarang, bagaimanapun, logika politik musim kampanye di Turkiye, dikombinasikan dengan kelompok sayap kiri dan sayap kanan di Swedia," ujarnya.

Dikatakan, mereka bersaing untuk menghina presiden Turkiye yang mudah dihina, sehingga membuat proses menjadi kacau.

Pekan lalu, rekaman kontroversial dirilis oleh kelompok Kurdi di Swedia menunjukkan patung Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan digantung di Stockholm dan orang-orang memanggilnya "diktator."

Ankara menuduh Stockholm melindungi individu yang berafiliasi dengan PKK dan sekutunya di Suriah utara dan Irak.

Swedia telah berjanji menjauhkan diri dari semua kelompok Kurdi yang dianggap teroris oleh Turkiye untuk mendapatkan dukungan Ankara agar dapat masuk NATO.

“Saya menduga Stockholm akan mencoba untuk berjongkok dan menghindari memperburuk situasi sambil terus melaksanakan memorandum tersebut,” kata Levin.

“Saya mengharapkan tidak ada yang positif dari Turkiye tentang ratifikasi sebelum pemilihan, tetapi jika Erdogan menang, mungkin butuh waktu lebih lama dari itu,” tambahnya.

Selain Turkiye, Hungaria masih belum meratifikasi aplikasi keanggotaan NATO Swedia dan Finlandia.

Menurut Soner Cagaptay, Direktur Program Turkiye di Institut Washington, bersama dengan semua provokasi serupa lainnya di masa lalu, demonstrasi terbaru akan mengubur harapan Swedia masuk NATO sebelum pemilu Turkiye.

“Erdogan telah menginstruksikan tawaran aksesi ini, sementara Turkiye memiliki masalah keamanan yang sah terkait sikap lemah Swedia terhadap PKK dan afiliasinya,” katanya kepada Arab News.

Cagaptay mengatakan setiap konsesi dari Swedia akan membantu Erdogan meningkatkan popularitasnya.

Cagaptay juga percaya Erdogan telah memutuskan untuk memanfaatkan aksesi Swedia dengan sekutu NATO untuk membeli dukungan politik diam-diam selama musim kampanyenya.

“Dia tahu bahwa sekutu NATO akan memoderasi setiap kritik yang mereka miliki terhadapnya selama proses pemilihan ini,” katanya.

“Sampai saat itu, dia akan menggunakan tawaran aksesi ini sebagai semacam pedang Damocles untuk membuat mereka diam terkait kebijakannya selama kampanye pemilihan,” kata direktur tersebut.

“Dibutuhkan dua orang untuk tango," ujarnya.

"Erdogan, yang mencalonkan diri untuk pemilihan kembali, memiliki uluran tangan baik dari sayap kanan dan kiri jauh Swedia, yang sama sekali tidak tertarik dengan aksesi NATO,” kata Cagaptay.

Pekan lalu, Jimmie Akesson, pemimpin sayap kanan lainnya, kali ini dari Demokrat Swedia, mengkritik Erdogan, melabelinya sebagai "diktator".

Beberapa negara Arab termasuk Arab Saudi telah mengecam demonstrasi tersebut.

“Arab Saudi menyerukan untuk menyebarkan nilai-nilai dialog, toleransi, dan hidup berdampingan, serta menolak kebencian dan ekstremisme,” kata Kementerian Luar Negeri Saudi dalam sebuah pernyataan.

Dewan Kerjasama Teluk juga mengutuk protes tersebut.

Perdana Menteri Swedia menggambarkan insiden pembakaran Alquran di Stockholm sebagai "sangat tidak sopan".

Sebagai pembalasan, beberapa kelompok membakar bendera Swedia di depan Konsulat Swedia di Istanbul.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved