Ramadhan 2023
Setan Dibelenggu, Kenapa Masih Ada Maksiat di Bulan Ramadhan?
Sebagaimana dimaklumi dalam agama Islam ada kepercayaan bahwa setan merupakan makhluq gaib penggoda manusia di dunia sebagaimana QS An-Nuur ayat 21.
Oleh: Tgk Alizar Usman, MHum
(Dewan Pembina DPP Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh)
SERAMBINEWS.COM - Sebagaimana dimaklumi dalam agama Islam ada kepercayaan bahwa setan merupakan makhluq gaib penggoda manusia di dunia sebagaimana firman Allah Ta’ala :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ وَمَن يَتَّبِعۡ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِ فَإِنَّهُۥ يَأۡمُرُ بِٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۚ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar”. (Q.S. an-Nuur: 21)
Namun dalam hadits Rasulullah SAW disebutkan khusus pada bulan Ramadhan setan-setan tersebut dibelenggu sebagaimana hadits di bawah ini :
ﺇِﺫَﺍ ﺩَﺧَﻞَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ ﻓُﺘِّﺤَﺖْ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻭَﻏُﻠِّﻘَﺖْ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺟَﻬَﻨَّﻢَ ﻭَﺳُﻠْﺴِﻠَﺖِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ
"Apabila telah masuk bulan Ramadhan, terbukalah pintu-pintu surga dan tertutuplah pintu-pintu neraka dan setan-setan pun terbelenggu" (H.R. Bukhari). - Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Maktabah Syamilah, Juz. III, Hal. 25, No. hadits : 1899
Dalam riwayat lain disebutkan :
(H.R. Muslim) عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
Dalam menafsirkan hadits ini, mari kita ikuti pembahasan berikut ini :
1. Masalah penyebutan “Ramadhan” tanpa didahulukan perkataan “bulan”.
Dalam menyikapi masalah ini, para ulama berbeda pendapat dalam tiga kelompok :
a. Pengikut mazhab Malik, tidak boleh menyebutnya tanpa didahulukan perkataan “bulan”.
Yang boleh diucap “bulan Ramadhan”. Kelompok ini mendakwakan bahwa Ramadhan adalah nama Allah. Karena itu, tidak boleh disebut untuk selain Allah kecuali ada qaidnya.
b. Kebanyakan pengikut mazhab Syafi’i dan Ibn al-Baqilaniy berpendapat, seandainya ada qarinah penggunaannya kepada nama bulan, maka tidak makruh.
Adapun apabila tidak ada qarinahnya, maka makruh. Karena itu, boleh mengatakan “Aku puasa Ramahan” dan “Ramadhan seutama-utama bulan” dan yang sejenisnya. Makruh mengatakan, “Telah tiba Ramadhan” dan sejenisnya.
c. Imam al-Bukhari dan para ulama muhaqqiqiin berpendapat, tidak makruh secara mutlaq, baik ada qarinah maupun tidak ada qarinah.
Imam al-Nawawi mengatakan, pendapat ketiga ini yang benar, sedangkan pendapat pertama dan kedua tidak shahih.
Karena makruh hanya dapat ditetapkan dengan sebab ada larangan syara’, sedangkan larangan tersebut tidak ada.
Demikian juga tidak sah penjelasan mereka bahwa Ramadhan merupakan salah satu nama Allah.
Karena nama Allah sifatnya tauqif, tidak disebut sebagai nama Allah kecuali dengan ada dalil yang shahih.
Seandainyapun diterima Ramadhan merupakan sebuah nama, itupun tidak menunjukkan kepada makruh.
Kemudian al-Nawawi menegaskan, hadits di atas secara sharih menolak dua pendapat ini.
Demikian juga banyak hadits-hadits lain dalam Shahih Muslim ada penyebutan “Ramadhan” bermakna bulan tanpa ada penyebutan “bulan” sebelumnya. - Al-Nawawi, Syarah Muslim, Maktabah Syamilah, Juz. VII, Hal. 187
2. Terjadi perbedaan pendapat para ulama dalam menafsirkan hadits ini, khususnya penggalan hadits “terbukalah pintu-pintu surga dan tertutuplah pintu-pintu neraka dan setan-setan pun terbelenggu”.
Ada ulama yang menafsirnya sesuai dengan makna dhahirnya.
Sementara itu, ada ulama yang mentakwilnya kepada makna majazi. Al-Qurthubi salah seorang ulama kita yang berpendapat lebih rajih kepada makna zhahir.
Karena bagaimanapun makna dhahir adalah makna hakikat sebuah lafazh yang tidak boleh ditakwil kepada makna lain kecuali ada qarinah yang menghalanginya.
Seandainya ada pertanyaan, mengapa kita masih melihat banyak kejahatan dan kemaksiatan terjadi di bulan Ramadhan, padahal jika memang setan-setan telah dibelenggu, tentunya hal itu tidak akan terjadi?
Al-Qurthubi menjawab :
a. Kemaksiatan itu hanyalah berkurang dari orang-orang yang berpuasa apabila pelaksanaan puasanya memperhatikan syarat-syarat puasa dan menjaga adab-adabnya.
b. Atau bisa juga bermakna bahwa yang dibelenggu itu hanyalah sebagian setan, yaitu para pembesar setan bukan seluruhnya, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya pada sebagian riwayat.
c. Ataupun bisa juga maksudnya adalah pengurangan kejahatan-kejahatan di bulan Ramadhan, dan ini sesuai dengan yang dipersaksikan, yaitu terjadinya kemaksiatan di bulan Ramadhan lebih sedikit dari bulan lainnya,
karena dibelenggunya seluruh setan pun tidak dapat memastikan kejahatan dan kemaksiatan hilang sama sekali, sebab terjadi kejahatan dan kemaksiatan itu juga karena banyak sebab selain setan, seperti jiwa yang jelek, kebiasaan yang tidak baik dan godaan atau setan-setan dalam bentuk manusia. - Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Barry, Cet. Maktabah Salafiyah, Juz. IV, Hal. 114
Qadhi ‘Iyadh ketika mengemukakan salah satu tafsir hadits ini, yaitu bermakna hakikat, beliau menyebutkan bahwa hikmah terbukanya pintu-pintu surga dan tertutup pintu-pintu neraka serta setan-setan terbelenggu di bulan Ramadhan adalah sebagai tanda masuk bulan Ramadhan dan ta’dhim kehormatannya.
Sedangkan membelenggu setan-setan supaya para setan tersebut tidak mempunyai kesempatan menyakiti dan menggoda orang-orang beriman. - Al-Nawawi, Syarah Muslim, Maktabah Syamilah, Juz. VII, Hal. 188
Disamping kemungkinan bermakna hakikat, Qadhi ‘Iyadh juga mengemukan hadits ini juga dimungkinkan bermakna majazi, yaitu
a. Isyarah banyak pahala dan ampunan dosa. Sedikit bujukan dan aniaya setan seolah-olah mereka terbelenggu.
Mereka terbelenggu keinginanan dari membujuk sebagian perbuatan dan sebagian manusia. Ada riwayat lain yang mendukung makna ini :
فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ
“dibuka pintu rahmat”
Juga dalam hadits lain disebutkan :
صُفِّدَتْ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ
“dibelenggu keinginan setan”
b. Kemungkinan makna majazi yang lain, “dibuka pintu surga” bermakna Allah Ta’ala membuka bagi hambanya semua ketaatan pada bulan ini yang tidak terjadi pada bulan lain, seperti puasa, qiyam Ramadhan, perbuatan kebaikan dan terhindar dari kebanyakan perbuatan salah.
Ini merupakan sebab bagi masuk surga dan pintu-pintu surga. Demikian juga “menutup pintu neraka dan membelenggu setan-setan” bermakna terhindar dari kesalahan.- Al-Nawawi, Syarah Muslim, Maktabah Syamilah, Juz. VII, Hal. 188
Ibnu Bathal menyebut makna majazinya, “membuka pintu surga” bermakna Allah Ta’ala membuka bagi hambanya untuk beramal yang berujung kepada surga seperti shalat, puasa dan membaca al-Qur’an serta jalan menuju surga pada bulan Ramadhan lebih mudah dan amalan lebih cepat diterima.
Demikian juga pintu neraka tertutup dengan sebab terputus manusia dari perbuatan maksiat dan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang berujung neraka.
Sedikit sekali siksaan Allah kepada hambanya karena perbuatan jahat. Adapun makna “dibelenggu seta-setan”, pada ghalibnya Allah memelihara kaum muslimin atau kebanyakan mereka dari maksiat dan kecenderungan kepada was-was dan tipuan setan. - Ibnu Bathal, Syarah Shahih al-Bukhari, Maktabah Syamilah, Juz. IV, Hal. 20. (*)
*) PENULIS adalah Tgk Alizar Usman MHum | Dewan Pembina DPP Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh.
Artikel ini menjadi tanggung jawab penulis
Idul Adha Jangan Khawatir, Tak Masalah Makan Jeroan Kata dr Zaidul Akbar : Asalkan Diolah Begini |
![]() |
---|
Peluang Hamil Tinggi, Puasa Ramadhan Bikin Sperma dan Sel Telur Makin Bagus, Seksolog: Asalkan |
![]() |
---|
Besok Jumat Terakhir di Ramadhan, Ini Daftar Khatib dan Imam Shalat Jumat di 80 Masjid Aceh Besar |
![]() |
---|
Ini Daftar Khatib dan Imam Shalat Jumat di Banda Aceh Besok 30 Ramadhan 1444 Hijriah |
![]() |
---|
Jumat Terakhir Ramadhan 1444 H, Ini Daftar Khatib dan Imam Shalat Jumat di Banda Aceh 21 April 2023 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.