Breaking News

Daftar 12 Korban Pembunuhan Mbah Slamet, Sepasang Kekasih dari Palembang hingga Warga Yogyakarta

Adapun dua jasad yang telah teridentifikasi yakni Mulyadi asal Palembang Sumatra Selatan dan Paryanto asal Sukabumi, Jawa Barat.

Editor: Faisal Zamzami
Kolase Serambinews/Tribun Jateng/IST
Mbah Slamet dukun pengganda uang di Banjarnegara. - Berikut fakta-fakta Mbah Slamet, dukun pengganda uang yang bunuh 11 orang di Banjarnegara. 

"Yang tadinya fokus kepada orang tuanya beliau (Glydas), akhirnya ditemukan puluhan korban yang ditemukan jasadnya," kata Heri Tanjung.

Dalam temuan jasad korban dukun palsu tersebut, kata Heri, ditemukan ada yang sudah menjadi tulang belulang.

Sementara untuk ayah Glydas, jasadnya ditemukan masih utuh.

"Yang ditemukan jasadnya ada yang sudah menjadi tulang belulang, tetapi alhamdulilah jasad ayah Glydas masih utuh," terangnya.

Diketahui, kasus dukun pengganda uang yakni Tohari (45) alias Mbah Slamet tengah menjadi perhatian publik.

Mbah Slamet merupakan warga di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

Dukun tersebut telah menghabisi 12 nyawa orang dan mengubur jenazah mereka di jalan setapak menuju hutan sekitar rumah pelaku.

Ditemukan juga beberapa jenazah terkubur dalam satu lubang.

Terdapat beberapa jenazah korban yang sulit teridentifikasi, sebab aksi bejat dukun tersebut sudah dilakukan sejak 2020.

Baca juga: Modus Mbah Slamet Dukun Pengganda Uang Bunuh 12 Pasiennya, Korban Dieksekusi saat Ritual Malam Hari

Mbah Slamet Lakukan Ritual Sebelum Eksekusi Korban

Dukun pengganda uang di Banjarnegara, Mbah Slamet alias Tohari selalu melakukan ritual sebelum mengakhiri hidup para korbannya.

Berdasarkan pengakuan, Mbah Slamet mengajak korbannya berangkat melakukan ritual sejak sore hari sekiranya pukul 16.00 WIB di lahan pertanian miliknya di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara.

Sementara ritual penggandaan uang dilakukan pukul 19.30 WIB

Mbah Slamet mengaku takut jika terlalu malam lantaran lokasi kejadian yang sangat sepi.

Diakuinya, tidak ada ritual khusus saat itu.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved