Breaking News

Pasca Kontak Senjata dengan KKB Papua Keberadaan 5 Prajurit TNI Masih Misterius

Lima anggota yang masih dicari berasal dari anggota Satgas Yonif R 321/GT dan anggota Kopassus.

Editor: Amirullah
(Istimewa)
Para anggota KKB yang diyakini adalah anggota dari Selcius Waker yang membakar sebuah gereja di Kampung Opitawak,Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, Kamis (12/3/2020) 

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Kontak senjata dengan KKB Papua kembali terjadi di Mugi-Mam, Distrik Nduga, Papua Pegunungan pada Sabtu (15/4/2023).

Dlam kontak tembak tersebut sebanyak 5 prajurit TNI dinyatakan hilang.

Lima anggota yang masih dicari berasal dari anggota Satgas Yonif R 321/GT dan anggota Kopassus.

Mereka masih dalam pencarian karena belum terkonfirmasi keberadaannya.

Bagaimana nasib kelima prajurit TNI tersebut?

Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Letjen Bambang Ismawan mengatakan hingga kemarin pihaknya masih melakukan pencarian terhadap kelima anggota tersebut.

"Kemarin mungkin ada berita simpang siur ada 9 orang yang belum terinformasi dengan baik. Tadi siang sudah kembali 4 orang, lengkap dengan senjata," kata Letjen Bambang Ismawan di Monas, Jakarta Pusat, Senin (17/4/2023).

"Jadi tidak benar klaim KKB bahwa mereka menyita 9 pucuk senjata. Hanya sekarang tinggal 5 orang sedang kita lakukan pencarian," tambahnya.


Pihaknya belum bisa memastikan bagaimana kondisi kelima prajurit tersebut lantaran keberadaannya belum diketahui.

"Kita belum bisa memastikan (kondisi 5 anggota). Tetapi kalau lihat kasus sebelumnya yang 4 orang yang sudah kembali itu, kan kemarin dispekulasikan bahwa mungkin yang 4... tapi ternyata tidak," ujarnya.

Letjen Bambang Ismawan menambahkan, empat anggota TNI telah kembali ke pos masing-masing usai kontak tembak dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Nduga, Papua Pegunungan.

Dia memastikan empat anggota yang kembali itu dalam kondisi sehat.

Sementara itu terkait anggota yang meninggal, kata Bambang, hanya satu anggota yakni jenazah Pratu Miftahul Arifin.

Namun, jenazah Pratu Miftahul Arifin belum berhasil dievakuasi karena kendala cuaca dan medan.

"Karena memang pertama di sana cuacanya tidak menentu, kadang-kadang satu hari hanya dua jam cerah abis itu tertutup kabut. Jadi untuk pengambilan jenazah, helikopter kita tidak bisa langsung merapat, karena memang di samping cuaca kan medannya bukan medan datar," katanya.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved