Konflik Sudan
Situasi Sudan Makin Memburuk Sejumlah Negara Mulai Evakuasi Warganya
Kedutaan Besar AS memperingatkan warga Amerika bahwa mereka tidak dapat membantu konvoi dari Khartoum ke Port Sudan dan perjalanan akan menjadi risiko
SERAMBINEWS.COM - Sekitar 400 orang tewas dan ribuan lainnya terluka sejak pertempuran di Sudan meletus pekan lalu pada Sabtu (15/4/2023).
Pertempuran itu melibatkan pasukan yang setia kepada panglima militer Abdel Fattah al-Burhan dan wakilnya, Mohamed Hamdan Daglo.
Konflik di Sudan, Kemenlu Sebut 1.209 WNI Aman
Mohamed Hamdan Daglo adalah pemimpin Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter yang kuat dan secara umum dikenal sebagai Hemeti.
Pertempuran itu telah menjebak banyak orang di ibu kota Sudan, Khartoum.
Bandara pun telah berulang kali menjadi sasaran dan banyak penduduk tidak dapat meninggalkan rumah mereka atau keluar kota ke daerah yang lebih aman.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan negara-negara asing telah mendesak para pemimpin militer yang bersaing di Sudan untuk menghormati pernyataan gencatan senjata.
Mereka diminta membuka jalan yang aman baik bagi warga sipil yang melarikan diri maupun untuk pasokan bantuan yang sangat dibutuhkan.
Tapi, seruan itu telah diabaikan.
Militer di bawah kendali Abdel Fatteh al-Burhan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) yang dipimpin Mohamed Hamdan Dagalo sejauh ini telah gagal mematuhi gencatan senjata yang disepakati hampir setiap hari sejak permusuhan pecah pada 15 April.
Pertempuran pada Sabtu kemarin melanggar apa yang dimaksudkan sebagai gencatan senjata tiga hari dari Jumat (21/4/2023) untuk memungkinkan warga mencapai keselamatan dan mengunjungi keluarga selama hari raya Idul Fitri.
Kedua belah pihak menuduh satu sama lain tidak menghormati gencatan senjata.
Karena bandara ditutup dan langit tidak aman, ribuan orang asing, termasuk staf kedutaan, pekerja bantuan, dan pelajar di Khartoum maupun di tempat lain di Sudan akhirnya tidak dapat keluar.
Kantor berita Reuters melaporkan, Arab Saudi telah mengevakuasi warga Teluk dari Port Sudan di Laut Merah, berjarak 650 km dari Khartoum.
Sementara, Yordania dilaporkan akan menggunakan rute yang sama untuk warga negaranya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.