Konflik Rusia vs Ukraina

Inggris Beri Rudal Jelajah Jarak Jauh ke Ukraina, Siap Lakukan Serangan Balasan ke Rusia

Pemerintah Inggris mengumumkan bahwa mereka memberikan rudal jelajah jarak jauh ke Ukraina untuk membantu mengusir pasukan rusia

Editor: Faisal Zamzami
twitter
RUSIA Sukses Uji Coba Luncurkan Rudal Jelajah Hipersonik Zirkon 

SERAMBINEWS.COM - Pemerintah Inggris mengumumkan pada Kamis (11/5/2023) bahwa mereka memberikan rudal jelajah jarak jauh ke Ukraina untuk membantu mengusir pasukan pendudukan Rusia.

Hal ini dilakukan tepat ketika Kyiv menunda kemungkinan serangan balasan lebih dari 14 bulan setelah invasi skala penuh Kremlin karena menunggu pengiriman lebih banyak senjata Barat.

Dilansir dari Reuters, Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan kepada anggota parlemen di House of Commons bahwa Inggris menyumbangkan rudal Storm Shadow, senjata serang dalam yang dipersenjatai secara konvensional dengan jangkauan lebih dari 250 kilometer (150 mil).

Itu berarti senjata dapat mencapai target jauh di belakang garis depan, termasuk di Krimea yang diduduki Rusia.

Media Inggris melaporkan bahwa Ukraina telah berjanji untuk tidak menggunakan rudal untuk menyerang Rusia sendiri.

Wallace mengatakan rudal-rudal itu saat ini masuk atau berada di negara itu sendiri.

Ben Hodges, mantan Panglima Angkatan Darat AS di Eropa, mencuit ucapan selamat ubtuk Inggris.

"Ini akan memberi Ukraina kemampuan untuk membuat Crimea tidak dapat dipertahankan oleh pasukan Rusia dan akan memaksa Rusia memikirkan kembali di mana harus menempatkan armada Laut Hitamnya," ujarnya.

Baca juga: VIDEO Detik-detik Parlemen Ukraina Bogem Diplomat Rusia di Konferensi Turki

Langkah Inggris memberikan dorongan lain kepada militer Ukraina setelah menerima senjata canggih Barat lainnya termasuk tank dan artileri presisi jarak jauh.

Pengumuman itu muncul tak lama setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan militer negaranya membutuhkan lebih banyak waktu untuk mempersiapkan serangan balasan.

 
Persiapan serangan ditujukan untuk memukul mundur pasukan pendudukan Rusia dan membuka babak baru dalam perang lebih dari 14 bulan setelah invasi skala penuh Kremlin.

Zelenskyy mengatakan dalam sebuah wawancara yang disiarkan Kamis oleh BBC bahwa tidak mungkin melancarkan serangan sekarang karena terlalu banyak nyawa yang akan hilang.

“Dengan (apa yang kami miliki) kami bisa maju dan sukses,” kata Zelenskyy dalam wawancara tersebut, menurut BBC.

“Tapi kami akan kehilangan banyak orang. Saya pikir itu tidak dapat diterima," katanya seperti dikutip.

Wawancara dilaporkan dilakukan di Kyiv dengan penyiar layanan publik yang tergabung dalam Eurovision News, termasuk BBC.

“Jadi kita harus menunggu. Kami masih membutuhkan lebih banyak waktu,” kata Zelenskyy seperti dikutip.

Serangan balik Ukraina terhadap invasi Rusia telah diperkirakan terjadi selama berminggu-minggu.

Ukraina menerima pelatihan Barat serta senjata canggih untuk pasukannya saat bersiap untuk serangan yang diharapkan.

Sementara serangan balasan dimungkinkan karena cuaca di Ukraina membaik, belum ada kabar kapan hal itu akan terjadi.

Baca juga: 3 Atlet dari Ukraina akan Berlaga di SEA Games 2023 Kamboja, Siap Rebut Emas: Bakal Jadi Ancaman

Serangan Balik Ukraina, Rusia Mundur dari Dekat Bakhmut

Komandan pasukan darat Ukraina, Oleksandr Syrskyi, pada Rabu (10/5/2023) mengatakan bahwa tentara Rusia mundur dari beberapa daerah dekat Kota Bakhmut setelah serangan balasan pasukan Kyiv.

Menurut keterangan Syrskyi, pasukan Rusia mundur di beberapa garis depan Donetsk hingga dua kilometer.

"Kami melihat hasil tindakan efektif unit kami," kata Syrskyi, menjelaskan bahwa pasukannya melancarkan serangan balik di beberapa bagian garis kontak di sekitar Bakhmut.

"Di beberapa area depan, musuh tidak dapat menahan serangan para pembela Ukraina dan mundur hingga jarak dua kilometer," tambahnya, dikutip dari kantor berita AFP.

Pasukan Rusia bertempur sejak musim panas lalu untuk merebut Bakhmut.

Grup Wagner, kelompok paramiliter Rusia yang memimpin serangan di kota tersebut, secara terbuka mengeluh kepada Moskwa bahwa mereka kekurangan sumber daya untuk mempertahankan posisinya.

Pendirinya yaitu Yevgeny Prigozhin pekan ini mengancam akan menarik pasukannya dari Bakhmut jika Kementerian Pertahanan Rusia tidak menambah pasokan amunisinya.

"Pasukan pertahanan kami menahan garis depan dan mencegah musuh maju. Pertempuran untuk Bakhmut terus berlanjut," tambah Syrskyi dalam pernyataannya di media sosial.

Bakhmut, yang memiliki populasi sebelum perang sekitar 70.000 orang, hancur lebur setelah pasukan Rusia mencatatkan kemajuan selama beberapa bulan terakhir dengan menduduki sekitar 80 persen kota itu.

Baca juga: Gelapkan Pajak, 2 Eks Pejabat Pemkab Deli Serdang Ditahan Kejaksaan

Baca juga: Geger Penemuan Mayat Perempuan Tanpa Busana di Depok, Tangan Korban Terikat dan Jasad Membusuk

Baca juga: Hasil Drawing Piala Asia 2023: Timnas Indonesia Segrup dengan Jepang, Irak dan Vietnam

 

 

Sudah tayang di Kompas.com: Inggris Beri Rudal Jelajah, Ukraina yang Masih Tunda Serangan Balasan

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved