Berita Pidie

Sudah 2 Tahun Bendungan Irigasi Patah di Titeu Pidie belum Diperbaiki, 800 Ha Sawah tak Bisa Digarap

Pasalnya, bendungan irigasi di Gampong Mesjid Tempeudeng, Kecamatan Titeu, Pidie, yang sudah sekitar dua tahun patah akibat banjir hingga kini belum d

Penulis: Muhammad Nazar | Editor: Mursal Ismail
SERAMBINEWS.COM/M NAZAR      
Bendungan irigasi di Gampong Mesjid Teumpeudeng, Kecamatan Titeu, Pidie, Kamis (11/5/2023) 

Pasalnya, bendungan irigasi di Gampong Mesjid Tempeudeng, Kecamatan Titeu, Pidie, yang sudah sekitar dua tahun patah akibat banjir hingga kini belum diperbaiki. 

Lapooran Muhammad Nazar I Pidie

SERAMBINEWS.COM, SIGLI - Petani di Kecamatan Titeu dan Kecamatan Sakti, Pidie, tidak bisa menggarap areal persawahan yang mencapai 800 hektare lebih.

Pasalnya, bendungan irigasi di Gampong Mesjid Tempeudeng, Kecamatan Titeu, Pidie, yang sudah sekitar dua tahun patah akibat banjir hingga kini belum diperbaiki. 

"Patahnya bendungan itu menyebabkan petani di dua kecamatan tidak bisa lagi mengairi air ke sawah," kata Keuchik Pulo Lhoi, Kecamatan Titeu, Samsul Kamal, didampingi warga kepada Serambinews.com, Kamis (11/5/2023).

Ia mengatakan, bendungan air di aliran sungai di Gampong Mesjid Teumpedeng patah akibat diterjang banjir dua tahun lalu.

Samsul Kamal menyebutkan, luas areal persawahan yang tidak bisa disuplai air mencapai 800 hektare lebih di dua kecamatan. 

Menurutnya, Pj Bupati Pidie, Wahyudi Adisiswanto dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang atau PUPR Pidie, Buchari, telah meninjau bendungan patah di Gampong Mesjid Teumpeudeng.

Baca juga: KPK Duga Rafael Alun Rafael Alun Trisambodo Dapat Uang Korupsi Lebih dari Rp 1,3 Miliar

Selain itu, sebut Samsul, anggota DPR-RI, Ruslan M Daud, bersama petugas balai telah terjun langsung ke bendungan patah tersebut, tapi sampai kini belum ada tanda-tanda bendungan patah tersebut dibangun baru. 

Menurutnya, jika pemerintah belum bisa menangani secara permanen, maka ditangani secara darurat dengan pemasangan kawat bronjong sepanjang 250 meter lebih untuk menahan tebing sungai supaya tidak tidak meluas erosi.

"Jika tidak dipasang kawat bronjong pada tebing sungai, maka pemilik kebun tidak menginzinkan karena tanah kebun akan ambruk ke sungai saat air dialirkan," jelasnya. 

Menurutnya, sejak bendungan itu patah petani tidak bisa lagi menggarap sawah untuk menanam tanaman padi. Padahal, saat ini menggarap sawah salah satu rutinitas petani di pedalaman Pidie itu. 

"Jadi sekarang kami tidak bisa berkebun, lantaran diganggu kawanan gajah. Saat ini, kami pun tidak bisa bertani di sawah akibat air tidak ada," pungkasnya.

Camat Titeu, Fakhruddin SSos, kepada Serambinws.com, Kamis (11/5/2023), mengatakan petani sudah sering melaporkan bendungan patah yang menyebabkan tidak bisa mengairi air ke sawah. 

Oleh karena itu, petani merencanakan akan membeli mesin untuk bisa mengairi air ke sawah, meski hasilnya tak maksimal. (*)

Baca juga: Siswi SMK di Cianjur Dilecehkan Sopir Angkot saat Disekap Selama 4 Hari, Pelaku Ditangkap

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved