Berita Aceh Singkil

STAIN Meulaboh Rintis Pengabdian Mualaf di Perbatasan Aceh

Dalam  beberapa kasus, muncul kekerasan pada perempuan di kalangan mualaf oleh keluarga asal, sehingga butuh perhatian serius.

Penulis: Dede Rosadi | Editor: Taufik Hidayat
Foto Kiriman Warga
Ketua Pusat Studi Agama, Masyarakat dan Lintas Budaya (CRSCS) STAIN Meulaboh, Dr Muhajir Al-Fairusy saat bertemu dengan Lembaga Pembinaan Muallaf Center (LPMC) NU Darussalihin Aceh Singkil, Minggu (28/5/2023) 

Laporan Dede Rosadi | Aceh Singkil

SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Meulaboh merintis pengabdian mualaf di Aceh Singkil yang merupakan perbatasan Aceh.

Hal itu terkait dinamika keagamaan di perbatasan Aceh, yang mendorong STAIN Meulaboh terlibat dalam pengabdian berbasis masyarakat mualaf.

Ketua Pusat Studi Agama, Masyarakat dan Lintas Budaya (CRSCS) STAIN Meulaboh, Dr Muhajir Al-Fairusy mengungkapkan dari observasi awal terhadap kehidupan sosial keagamaan masyarakat mualaf di perbatasan Aceh.

Kehadiran akademisi dengan seperangkat pemahaman keagamaan yang moderat menjadi keniscayaan di tengah masyarakat. 

"Kita tahu, perbatasan Aceh sangat dinamis kehidupan sosial keagamaannya, Pemerintah Aceh dan Pemerintah Daerah setempat tentu tak bisa bekerja tunggal dalam membangun kultur kondusif di sana," kata Muhajir dalam keterangan tertulis, yang diterima Serambinews.com, Selasa (30/5/2023).

Oleh arena itu sebutnya kehadiran kelompok akademisi dengan seperangkat nilai moderasi dan data riset sangat diperlukan dalam menjaga ketertiban struktur dan kultur damai.

Menurutnya gelombang kehadiran mualaf dipandang sebagai bagian dari peristiwa sosial keagamaan yang harus mendapat sentuhan akademik, terutama dalam konteks penanaman nilai keagamaan yang moderat.

Kondisi itu penting dalam menjaga dan menetralkan suasana kondusif kehidupan sosial keagamaan masyarakat perbatasan Aceh yang multikultur dan cenderung plural secara kebudayaan. 

Kehadiran STAIN Meulaboh yang mengusung pengabdian tahunan pada mualaf di Aceh Singkil, disambut oleh Lembaga Pembinaan Muallaf Center (LPMC) NU Darussalihin Aceh Singkil.

LPMC NU sendiri merupakan lembaga yang konsen membina keislaman mualaf selama ini di SingkIl. 

Ada dua titik pusat konsentrasi mualaf di Kabupaten Singkil papar pegiat keagamaan di LPMC NU, yaitu Zaini dan Mustafa Naibaho. Masing-masing di Desa Napagaluh, Kecamatan Danau Paris dan di Kecamatan Singkil. 

Menurut Zaini, selama ini pembinaan mualaf memang tergolong sangat terbatas. Tak jarang mualaf kembali ke kepercayaan asal mereka. Bahkan dalam  beberapa kasus muncul kekerasan pada perempuan di kalangan mualaf dari keluarga asal yang butuh perhatian serius.

Kondisi serupa sebut Dr Muhajir dipaparkan oleh salah seorang imam masjid di Napagaluh, Kecamatan Danau Paris. Kenyamanan dan kekondusifan keberadaan mualaf yang baru pindah agama harus menjadi perhatian utama semua pihak. Salah satunya kebutuhan rumah singgah bagi mualaf.

Di Napagaluh sendiri, terdapat lima puluh kepala keluarga mualaf. Rata-rata memeluk Islam dengan alasan sosial, seperti faktor perkawinan atau dorongan untuk diakui sebagai keluarga besar dalam klan Muslim.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved