Jokowi akan Cawe-Cawe Pilpres, Anies Baswedan: Ada Kekhawatiran Kriminalisasi dan Ketidaknetralan

Anies Baswedan, mengaku menerima ungkapan kekhawatiran tentang kriminalisasi hingga ketidaknetralan penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu).

Editor: Faisal Zamzami
Instagram @aniesbaswedan
Anies Baswedan meyakini sampai sekarang KPK bekerja secara profesional sebagai lembaga terhormat, sanggup menghadapi intervensi politik dari mana pun. 

Dia menilai jika Jokowi selaku Presiden cawe-cawe terlalu jauh maka sama dengan mengkhianati demokrasi.

"Ini kan utamanya soal partisipasi publik dan otoritas partai. Biarkan publik dan partai berdaulat menentukan siapa yang berhak melanjutkan kursi kepemimpinan nasional," kata anggota Komisi VII DPR RI tersebut.

Selain itu, kata dia, Anies diyakini Jokowi sebagai figur bakal capres yang tak bisa diandalkan untuk melanjutkan program-program pemerintahan yang sedang dijalankan.

"Karena itu, untuk mengamankan program yang sudah dijalankan Presiden merasa perlu cawe-cawe mendukung capres selain Anies Baswedan," ujarnya.

Tanggapan Nasdem

Partai Nasional Demokrat (Nasdem) menganggap cawe-cawe yang disebutkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki makna lain, bukan menjaga netralitas Pemilu 2024 mendatang.

"Kami menganggap cawe-cawe-nya ini dalam makna yang lain, tidak seperti cawe-cawe dalam pengertian untuk menjaga netralitas," kata Wakil Sekertaris Jenderal (Wasekjen) Partai Nasdem, Dedy Ramanta, di program Kompas Petang, Kompas TV, Selasa (30/5/2023).

Ia menilai cawe-cawe Jokowi sebagai lambang bahwa Presiden Ketujuh Republik Indonesia itu akan terlibat jauh dalam pemilihan umum (pemilu), terutama Pemilu Presiden (Pilpres) 2024.

Dedy menilai, cawe-cawe atau ikut campur yang dilakukan Jokowi melambangkan dua hal.

Pertama, Jokowi mendukung calon yang satu frekuensi atau sejalan dengannya.

"Sinyal itu diberikan kepada seluruh kekuatan politik dan pimpinan parpol," terangnya.

Kedua, Jokowi mengajak para pendukungnya untuk mendukung calon presiden (capres) yang ia pilih.

 
"Bagi para pendukungnya, atau mungkin juga yang lain, itu sebagai perlambang bahwa, 'oke, kalian harus ikut aku dan aku akan pilih capres yang kira-kira sefrekuensi'," jelasnya.

Ia menambahkan bahwa Nasdem, yang telah 10 tahun menjadi bagian dari pendukung Jokowi, memahami betul karakter mantan Gubernur DKI Jakarta dan mantan Wali Kota Solo itu.

"Pak Jokowi ini kan memang tidak suka berpidato, jadi banyak yang disimbolisasikan atau diperlambangkan dalam semua pikiran Pak Jokowi sebagai presiden," terangnya.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved