Konflik Aceh

Tgk Bantaqiah dalam Kenangan, 24 Tahun Lalu Ditembak Secara Brutal Bersama Puluhan Santrinya

Hari ini tepat 24 tahun Tgk Bantaqiah dalam kenangan, ulama kharismatik itu ditembak secara brutal bersama puluhan santrinya.

Penulis: Sara Masroni | Editor: Taufik Hidayat
Arsip Serambi Indonesia
Hari ini tepat 24 tahun Tgk Bantaqiah dalam kenangan, ulama kharismatik itu ditembak secara brutal bersama puluhan santrinya. 

Tgk Bantaqiah tak berdaya dihabisi aparat, jadi kenangan paling memorable eks Panglima TNI Jenderal (Purn) Andika Perkasa.

Hal itu diceritakannya saat mengenang penugasan masa konflik di Aceh, Andika kebetulan pernah ditugaskan mendatangi langsung tempat Tgk Bantaqiah bersama santrinya.

Waktu itu, Andika bersama tim berjumlah sembilan orang datang ke tempat Tgk Bantaqiah sebagai bagian operasi.

Sebab Tgk Bantaqiah dicurigai melindungi sekaligus membantu menyimpan alat logistik persenjataan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Baca juga: BERITA POPULER - Andika Perkasa Sedih Ingat Tgk Bantaqiah, Persiraja Ambisi Rekrut Zulfiandi

Sebagai anggota yang pernah beroperasi di Aceh dan ditugaskan langsung ke tempat Tgk Bantaqiah, informasi yang didapatnya sangat bertentangan dengan kenyataan yang ada.

Eks Panglima TNI itu menyebutkan, pembantaian Tgk Bantaqiah merupakan kenangan paling memorable sewaktu beroperasi di Aceh.

"Timtim kita tiga kali, tapi menurut saya yang paling memorable ya yang di Aceh ini," ungkap Andika dikutip dari YouTube CNN Indonesia, Selasa (11/7/2023).

Bertugas selama 1 tahun 3 bulan di Aceh, ia bercerita waktu itu yang dinyatakan sebagai daerah operasi hanya Aceh Timur, Aceh Utara dan Pidie.

"Jadi, Aceh Besar saja nggak, Banda Aceh itu nggak, apalagi Aceh Barat, Aceh Tengah, itu nggak mas," ungkap Andika.

Baca juga: Ini Kilas Balik Rincian Harga Emas Sepekan 17-23 Juli 2023, Lengkap dengan Tertinggi dan Terendahnya

Meski demikian, dirinya sempat bertanya-tanya kenapa ditugaskan beroperasi di Aceh Barat (kini Nagan Raya), tempat Tgk Bantaqiah dan para santrinya berada.

"Intelijen saya mengatakan, kok mereka ada di luar daerah operasi, tapi intelijen informasi yang saya dapat kok menunjukkan atau mengantar saya ke daerah yang bukan daerah operasi," ungkap Andika membatin kala itu.

Meski demikian, eks Panglima TNI memutuskan untuk tetap pergi karena perintah operasi.

Waktu itu Andika pergi hanya satu tim yang terdiri dari sembilan orang ke Aceh Barat yang waktu bukan daerah operasi.

Setelah berjalan ke arah gunung dan jalan setapak selama dua hari, tim tersebut kemudian sampai ke sebuah perkampungan di tengah hutan yang berdekatan dengan sungai.

"Informasi saya mengatakan orang itu ada teungku, Tgk Bantaqiah namanya. Rupanya orang ini difabel, terlahir dengan kondisi fisik yang tidak sempurna," kenang Andika.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved