Lagu Berjudul Sepasang Lembu Tua Awali Dua Dekade Rafly Berkarya, Bicara Mineral dan Seni

Syair tersebut dibuat Rafly Kande tahun 2000 dan diaransemen jadi lagu dalam kegiatan Dunia Melayu di Malaysia. Berkisah sebuah satir manusia yang ter

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Mursal Ismail
For Serambinews.com
Rafly Kande menyanyi dalam pertunjukan bertajuk dua dekade Rafly Kande Berkarya di Kedai Mancing Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (8/9/2023) 

Syair tersebut dibuat Rafly Kande tahun 2000 dan diaransemen jadi lagu dalam kegiatan Dunia Melayu di Malaysia. Berkisah sebuah satir manusia yang terus "meranggas" meski sudah lelah dan kurus.

Laporan Fikar W Eda | Jakarta

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Lagu berjudul Sepasang Lembu Tua awali pertunjukan bertajuk dua dekade Rafly Kande Berkarya di Kedai Mancing Pasar Minggu Jakarta Selatan, Jumat (8/9/2023).

Syair tersebut dibuat Rafly Kande tahun 2000 dan diaransemen jadi lagu dalam kegiatan Dunia Melayu di Malaysia. Berkisah sebuah satir manusia yang terus "meranggas" meski sudah lelah dan kurus.

Rafly yang saat ini menjadi salah satu Anggota DPR RI asal Aceh mengatakan pada awal kemerdekaan, Aceh berkontribusi kepada Indonesia,  selanjutnya setelah kemerdekaan Papua berkontribusi sampai sekarang.

"Saya ingin bicara yang ringan-ringan saja malam ini, tentang sumber daya alam kita," kata Rafly.

Sebelum ia lanjutkan, Rafly kemudian mengajak bernyanyi  "Hasan Husein" salah satu lagu paling terkenal dari Rafly.

"Kisah Hasan Husein itu menarik. Cucu Nabi yang syahid," katanya.

Baca juga: India Berencana Ganti Nama Menjadi Bharat, Motif Politik dan Kontroversi di Tengah Publik

Ia kemudian mengundang Murtala, untuk bicara tentang optimalisasi sumber daya alam. 

"Hari ini di Aceh kering dengan seni.  Saya harap Pak Rafly mendidik anak-anak di Aceh, bukan hanya di sekeliling beliau. Tapi juga generasi baru lainnya," kata Murtala, mantan Kepala Biro Humas Pemerintah Aceh.

Rafly, memuji kreativitas generasi muda Aceh yang terus lahir. Seperti Album Nyawong yang digagas Agam Ilyas. "Itu referensi saya," kata Rafly.

Rizal Kasali, Ketua Umum Ahli Pertambangan Indonesia, diundang Rafly bicara potensi mineral dan batu bara di Aceh.

Rizal mengatakan, potensi mineral dan batu bara sangat besar di Aceh, tapi belum tergarap dengan baik.

Beda dengan Kalimantan dan Sulawesi Utara dan lain-lain. Potensi mineral terbesar adalah  tembaga, emas, biji besi, batu gamping, dolomit, dan batu bara. Sedangkan yang sudah berjalan batu bara dan gamping.

Baca juga: 100 Orang Tertipu di Lhokseumawe, Polisi Bongkar Modus Beli Sepmor Cash, Tapi Ditagih Angsuran

"Umumnya di Aceh masyarakat belum terbiasa dengan tambang, harus ada sosialisasi. Di Aceh banyak tambang ilegal, masyarakat tambang emas dengan menggunakan air raksa. Ini berbahaya," kata Rizal. 

Kemudian syair perahu karya Hamzah Fansuri. Sebuah ingatan kepada manusia untuk membetuli diri, bahwa ke akhirat juga akan menuju. (*)

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved