Breaking News

Perang Gaza

Joe Biden Isyaratkan Gencatan Senjata di Gaza jika Semua Sandera Dibebaskan

Dalam penjelasannya di Gedung Putih, juru bicara Dewan Keamanan Nasional PBB John Kirby menepis pertanyaan tentang kemungkinan gencatan senjata dengan

Editor: Ansari Hasyim
GIL COHEN-MAGEN / AFP
Seorang tentara Israel mengarahkan howitzer self-propelled di dekat kota Ashkelon di selatan pada 8 Oktober 2023. Meningkatnya kekerasan antara Israel dan Hamas telah menewaskan hampir 1.000 orang sejak militan Palestina melancarkan serangan mendadak besar-besaran, kata para pejabat pada Minggu, ketika Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memperingatkan akan terjadinya perang yang “panjang dan sulit” di masa depan. 

SERAMBINEWS.COM - Presiden AS Joe Biden mengisyaratkan dukungan gencatan senjata di Gaza jika Hamas membebaskan 222 sandera yang disanderanya dari Israel selatan pada 7 Oktober.

Dalam sebuah acara di Gedung Putih, seorang reporter bertanya kepadanya, “Apakah Amerika Serikat mendukung sandera untuk perjanjian gencatan senjata.”

Biden menjawab, “Kita harus melakukan gencatan senjata,” katanya dan kemudian mengoreksi dirinya sendiri.

“Kita harus membebaskan para sandera dan kemudian kita harus berunding,” kata Biden.

Dia berbicara ketika tentara Israel telah berkumpul di perbatasan Gaza dan bersiap untuk serangan darat mengusir Hamas dari Jalur Gaza.

AS telah menyarankan Israel untuk menunda serangan darat di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan terus memberi tahu Qatar – perantara Hamas – mengenai perundingan tersebut, kata sebuah sumber.

Baca juga: Lagi, Militan Hamas Bebaskan Dua Sandera karena Alasan Kemanusian dan Kesehatan

AS telah menyarankan Israel untuk menunda serangan darat di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan terus memberi tahu Qatar – perantara Hamas – mengenai perundingan tersebut, kata sumber itu.

Upaya untuk membebaskan sandera tidak menemui keberhasilan

Kekhawatiran AS muncul di tengah terbatasnya keberhasilan perantara pihak ketiga seperti Mesir dan Qatar dalam membebaskan sandera.

Hamas Senin malam membebaskan dua tawanan Israel Nurit Cooper (79) dan Yochaved Lifshitz (85) yang telah diculik dari Nahal Oz Kibbutz.

Suami mereka Amiram Cooper, (85) dan Oded Lifshitz (83) masih ditahan.

Kantor Perdana Menteri mengatakan bahwa “IDF dan pasukan keamanan telah bekerja keras dalam beberapa hari terakhir dengan segala cara untuk membebaskan mereka dan mengatasi banyak hambatan yang dihadapi Hamas.”

Kedua wanita tersebut dikembalikan ke Israel melalui penyeberangan Rafah dan diserahkan ke Palang Merah Internasional kepada IDF.

Mereka kemudian pergi ke Ichilov Medical Center untuk mendapatkan perawatan dan berkumpul kembali dengan keluarga mereka, kata PMO.

PMO berterima kasih kepada Mesir dan Palang Merah. Mereka berjanji bahwa Israel akan terus melakukan segala upaya untuk membebaskan para sandera dan menemukan mereka yang hilang sejak serangan 7 Oktober.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved