Perang Gaza

Komite Perlindungan Jurnalis: 31 Jurnalis Tewas dalam Perang Israel-Palestina Sejak 7 Oktober

Saat berpidato di hadapan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Senin, Duta Besar AS Linda Thomas-Greenfield menggarisbawahi pentingnya

Editor: Ansari Hasyim
Foto: Quds News Network
Jurnalis foto Palestina, Roshdi Sarraj, yang meninggal oleh jet tempur Israel. Rumahnya di Gaza dibombardir dari udara oleh militer Israel. Roshdi Sarraj jadi jurnalis Palestina ke-22 yang tewas sejak perang Hamas versus Israel meletus di Gaza 7 Oktober 2023. 

SERAMBINEWS.COM - Setidaknya 31 jurnalis telah kehilangan nyawa sejak konflik terbaru Israel-Gaza dimulai pada 7 Oktober, Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Senin.

Korban tewas para jurnalis tersebut termasuk 26 warga Palestina, empat warga Israel, dan satu warga Lebanon, kata CPJ, seraya menambahkan bahwa pihaknya sedang menyelidiki “banyak laporan yang belum dapat dikonfirmasi” mengenai jurnalis yang hilang dan lainnya yang mungkin terbunuh, ditahan, terluka, atau diancam.

Pada hari Jumat, kelompok advokasi jurnalisme mengatakan ini adalah “periode paling mematikan” bagi jurnalis yang meliput konflik sejak mereka mulai melakukan pelacakan pada tahun 1992.

Duta Besar AS untuk PBB mengutuk pembunuhan terhadap semua warga sipil.

Jurnalis Al-Jazeera mengalami tragedi dengan tewasnya seluruh keluarga karena serangan udara Israel ke Gaza, Rabu (25/10/2023).
Jurnalis Al-Jazeera mengalami tragedi dengan tewasnya seluruh keluarga karena serangan udara Israel ke Gaza, Rabu (25/10/2023). (CNN)

Saat berpidato di hadapan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Senin, Duta Besar AS Linda Thomas-Greenfield menggarisbawahi pentingnya melindungi semua nyawa warga sipil dalam konflik yang meningkat di Timur Tengah, dengan mengatakan terlepas dari kewarganegaraan mereka, “warga sipil tetaplah warga sipil.”

Thomas-Greenfield mengakui kematian lebih dari 60 anggota staf Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB di Gaza sejak awal perang dan menekankan perlunya melindungi tidak hanya nyawa pekerja bantuan, tetapi juga nyawa jurnalis yang tinggal dan bekerja di Gaza.

Baca juga: Netanyahu Tegas Tolak Gencatan Senjata di Gaza, Israel Bakal Tempur Sampai Benar-benar Menang

Duta Besar menggarisbawahi perlunya bantuan kemanusiaan yang cepat dan meningkat, termasuk makanan, bahan bakar, air, obat-obatan, dan layanan penting di Gaza dan menyerukan peningkatan pasokan tersebut. 

Dia juga mencatat perlunya jeda kemanusiaan dalam konflik tersebut, yang dapat memungkinkan perjalanan yang aman bagi warga sipil dan memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan.

Duta Besar juga menyatakan keprihatinan mendalam AS atas “peningkatan signifikan kekerasan terhadap warga sipil Palestina di Tepi Barat.”

Lebih dari 100 warga Palestina telah terbunuh di Tepi Barat, yang dikuasai oleh Otoritas Palestina, sejak serangan 7 Oktober.  Beberapa diantaranya dibunuh oleh pasukan militer Israel dan beberapa lagi dibunuh oleh pemukim bersenjata Israel yang tinggal di wilayah tersebut.

Thomas-Greenfield mendesak semua anggota Dewan Keamanan untuk bekerja sama mencegah meluasnya krisis ini, dan meminta Majelis Umum karena tidak secara eksplisit mengutuk tindakan Hamas.

Ia menyatakan kekecewaannya karena resolusi yang diusulkan AS kepada Dewan Keamanan diblokir, dan menekankan pentingnya kesatuan Dewan Keamanan dalam mengatasi krisis ini.(*) 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved