Mihrab
Ajaran Tasawuf Dalam Menghadapi Tahun Politik: Rakyat Harus Bijak Tentukan Pilihannya
"Para calon semestinya menjadikan perpolitikannya sebagai pengamalan tentang Fiqh As-Siyyasah yang menjadi jembatan untuk beribadah kepada Allah,"
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Ansari Hasyim
Ajaran Tasawuf Dalam Menghadapi Tahun Politik: Rakyat Harus Bijak Dalam Tentukan Pilihannya
SERAMBINEWS.COM – Pemilihan Umum (Pemilu) yang akan diselenggarakan pada 14 Februari 2024 akan menjadi momentum penting dan bersejarah bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada hari tersebut rakyat Indonesia akan memilih sendiri tokoh-tokoh yang akan menjadi pemimpinnya untuk lima tahun kedepan baik di ranah eksekutif maupun legislatif.
Adapun di eksekutif, rakyat Indonesia akan memilih langsung presiden dan wakil presiden yang akan kepala negara, sedangkan untuk legislatif rakyat juga memilih langsung perwakilan rakat untuk dudukl di kuris DPR RI, DPD RI, DPRD Provinsi, Kota/Kabupaten.
“Momentum tersebut tentu harus menjadi perhatian khusus bagi kita agar tidak salah dalam memilih calon-calon yang akan menjadi pemimpin kedepannya,"
"Rakyat harus cermat dan bijak dalam menentukan pilihannya dengan tidak hanya tergoda janji manis dan iming-imingan angin surga oleh para calon tersebut,” ujar Pengurus Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh, Tgk Teuku Khumaidi SH, Kamis (2/11/2023).

Di sisi lain, kata dia, bagai para calon yang akan bertarung memperebutkan kursi eksekutif maupun legislatif, semestinya harus menanamkan dalam dirinya beberapa ajaran Tasawuf agar tujuan terjun ke dunia politik senantiasa sesuai dengan perintah Allah SWT.
Menurutnya, diantara ajaran tasawwuf yang perlu menjadi bahan refleksi diri adalah “tidak cinta dunia”.
Para calon eksekutif maupun legislatif sepantasnya mencalonkan diri sebagai pemimpin bukanlah untuk memuaskan nafsu kenikmatan dunia.
“Bukan pula bertujuan untuk memperkaya diri agar bisa berfoya-foya dengan keluarga dan sanak saudaranya,"
"Para calon semestinya menjadikan perpolitikannya sebagai pengamalan tentang Fiqh As-Siyyasah (hukum pemerintahan) yang menjadi jembatan untuk beribadah kepada Allah,” paparnya.
Tasawwuf juga mengajarkan agar bersifat “Zuhud”, yaitu tidak terikat hati seseorang dengan harta, jabatan maupun kesenangan dunia yang ia miliki.
Para calon lazimnya jika terpilih nanti sebagai wakil rakyat agar tidak membangga-banggakan dan cinta mati dengan jabatan baru tersebut.
Alumni Hukum Ekonomi Syariah UIN Ar Raniry Banda Aceh ini melanjutkan, ajaran tasawwuf juga mendidik umat agar bersifat “Qanaah ”, yaitu merasa cukup terhadap pemberian Allah kepada dirinya.
“Sifat ini sangat penting untuk dilekatkan di dalam hati para calon, dimana para calon nantinya harus menerima dengan rela, lapang dada dan penuh rasa syukur terhadap apapun hasil pemilu, baikkah ia keluar sebagai pemenang dan menduduki jabatan maupun terpojok karena menelan pahitnya kekalahan,” ungkap Tgk Khumaidi.
Dikatakannya, para calon yang menang harus haqqul yakin bahwa hasil pemilu tersebut bukanlah semata karena kerja keras para calon dan tim suksesnya, melainkan sudah menjadi takdir dan ketentuan dari Allah.
“Begitu pula calon yang kalah tentu bukanlah semata karena lemahnya kampaye, promosi dan tim sukse, melaikan sudah kehendak Allah untuk tidak meloloskannya,” sambungnya.
Tasawwuf juga menitik beratkan umat agar tidak mempunyai sifat sombong, begitu halnya kepada para calon yang memenangkan pemilu nanti agar tidak merasa di atas angin dengan kursi panas yang sudah ia peroleh.
Sifat sombong yang dimaksud disini bukan hanya membuang wajahnya saat bertemu dengan orang, tetapi juga meliputi kesombongan dalam berbicara dan suka memuji diri,
kesombongan dalam mengambil tindakan tanpa menerima kritik dan saran, dan kesombongan dengan suka memunculkan ego sendiri agar ia dipandang hebat.
Para calon yang menjadi peserta pemilu harus sadar bahwa dengan mendeklarasikan diri untuk maju agar dipilih sebagai pemimpin dan wakil rakyat sama dengan mereka sudah bersaksi kepada Allah bahwa mereka siap untuk memperjuangkan semua aspirasi dan harapan rakyat baik yang kelas atas, menengah, maupun bawah.
Sehingga nanti di hari akhirat seluruh janji-janji yang pernah ia lantunkan dengan indah ke telinga rakyat pada masa kampaye akan diminta pertanggung jawaban oleh Allah SWT.
“Maka kepada para calon peserta pemilu berjanjilah sewajarnya dan jika terpilih nanti seyogianya tunaikanlah semua janji-janji manis itu agar tidak ada rakyat yang kecewa karena merasa dikhianati, sebab semua perbuatan itu akan mendapat ganjaran yang setimpal di hari akhir nanti,” pungkasnya. (ar)
Mau Shalat Jumat di Mana Hari Ini? Simak Daftar Khatib dan Imam Jumat di Aceh Besar 8 Agustus 2025 |
![]() |
---|
Daftar Khatib dan Imam Shalat Jumat di Aceh Barat Pada 8 Agustus 2025 |
![]() |
---|
Dari Batoh hingga Ulee Lheue, Ini Daftar Khatib dan Imam Shalat Jumat di Banda Aceh 8 Agustus 2025 |
![]() |
---|
Khutbah Jumat – Ayah atau Suami Harus Hindari Sifat Dayyuts, Tgk Syahrial Jelaskan Ciri-cirinya |
![]() |
---|
Mau Shalat Jumat di Mana? Simak Daftar Khatib dan Imam Jumat di Masjid Aceh Besar 1 Agustus 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.