Mihrab

Mengendalikan Hawa Nafsu, Jalan Menuju Kebahagiaan Sejati, Wahyu Khafidah: Ini Jihad Terbesar Kita

Karena itu, iman menjadi benteng utama seorang mukmin untuk mengendalikan nafsu sekaligus perisai hakiki agar tidak terjerumus dalam dosa.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Ansari Hasyim
FOR SERAMBINEWS.COM
Dr Wahyu Khafidah, MA 

Mengendalikan Hawa Nafsu, Jalan Menuju Kebahagiaan Sejati, Dr Wahyu Khafidah: Ini Jihad Terbesar Kita

SERAMBINEWS.COM - Dalam kehidupan seorang Muslim, hawa nafsu adalah ujian yang tidak bisa dipisahkan dari diri manusia.

Nafsu merupakan dorongan kuat dalam hati yang dapat mengarahkan kepada kebaikan maupun keburukan.

Karena itu, iman menjadi benteng utama seorang mukmin untuk mengendalikan nafsu sekaligus perisai hakiki agar tidak terjerumus dalam dosa.

Kaprodi PIAUD Universitas Serambi Mekkah, Dr Wahyu Khafidah, menegaskan bahwa nafsu dapat dimaknai sebagai hasrat atau keinginan hati yang kuat, dan bisa mengarahkan ke arah baik maupun buruk.

“Nafsu ini bisa mengarah pada kebaikan, seperti dorongan memenuhi kebutuhan jasmani dan biologis secara benar, atau sebaliknya bisa membawa pada keburukan, seperti sifat bakhil, dengki, sombong, rakus dan melakukan hal yang hina,” ujarnya, Kamis (18/9/2025).

Baca juga: Aliran Sesat Millah Abraham: Ancaman Serius Terhadap Aqidah Islam dan Stabilitas Sosial

Bagi seorang mukmin, kata Dr Wahyu Khafidah, menjaga nafsu baik dan menundukkan nafsu buruk adalah kunci menuju kebahagiaan spiritual.

Dengan begitu, seseorang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT serta menjaga hubungan baik dengan sesama manusia dan alam semesta.

“Maka perlu memperkuat keimanan dan ketakwaan seseorang. Hal ini akan lebih mampu mengarahkan diri pada kebaikan dan menjauhi godaan setan. Menguatkan hubungan dengan Allah dengan melakukan ibadah, selanjutnya menahan diri dari keinginan tercela,” tegasnya.

Karena itu, kata dia, penting untuk menyadari bahwa hawa nafsu dapat menjadi lebih berbahaya dari setan.

Lawanlah keinginan-keinginan buruk yang muncul dari dalam diri, karena menahan diri dari nafsu adalah jalan menuju kebahagiaan sejati.

Dikatakan, ketika nafsu dan bujuk rayu syaitan dapat dikendalikan maka mustahil kasus pelecehan seksual akan terjadi.

Ketika hawa nafsu tidak terkontrol maka akan kehilangan kendali diri, terjerumus kepada keburukan dan dosa, kerusakan moral.

Dalam QS Yusuf ayat 53; Aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 

QS Yusuf ayat 53 berisi pernyataan yang disampaikan oleh istri Al-Aziz kepada Raja Mesir yang menyatakan bahwa ia tidak bisa membebaskan dirinya dari kesalahan karena hawa nafsu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali jiwa yang dirahmati Allah. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved