Berita Aceh Selatan
Raungan Harimau di 'Kota Naga'
Karena lokasi desa, termasuk kandang, berbatasan langsung dengan hutan, maka tak jarang hewan hutan sering datang, terutama harimau.
Penulis: Nurul Hayati | Editor: Muhammad Hadi
Namun Martunis yang dikiranya sudah lebih dulu pulang, tak didapatinya di rumah.

Selang sehari, warga setempat digegerkan dengan temuan mayat dengan bekas cakaran harimau yang menganga.
Pria berambut gondrong itu mengaku peristiwa yang telah merenggut nyawa Martunis tak lantas membuatnya menyimpan dendam kesumat.
Sebaliknya, kejadian itu menjadi titik balik Musir dan warga lain untuk menghidupkan kembali kearifan lokal agar bisa hidup berdampingan dengan satwa liar.
Lalu, mereka membentuk KSM Rimeung Aulia, pada November 2017.
“Jadi apa yang kami lakukan ini lebih tepatnya untuk melindungi warga,” terang Musir.
Baca juga: Tarif Tol Sigli-Banda Aceh Liburan Akhir Tahun, Harga Mulai dari Rp 7.500: Dua Seksi Tanpa Tarif
Rimeung Aulia bermakna harimau kehormatan.
KSM itu menjadi pemantik bagi warga setempat untuk menghidupkan kembali kearifan lokal warisan para leluhur.
“Ada kebiasaan lama yang sempat terkikis, yakni memberikan makan satwa dan tidak menebang kayu,” tutur Sekretaris KSM Rimeung Aulia, Yan Feriyal.
Hal yang sama disampaikan oleh Ketua KSM Rimeung Aulia, Masrita.
Ia membeberkan, bersahabat dengan harimau bisa dilakukan dengan menjaga jarak, sehingga tetap berada di jalur masing-masing.
Kearifan lokal tersebut juga meliputi sejumlah pantangan. Sebut saja, jangan ketuk kayu, membakar asap di gubuk, larangan meletakkan baju basah di pokok kayu, hingga menjaga posisi tidur di gubuk dalam keadaan tidak menopang kaki.
Selain upaya dilakukan warga, di sisi lain Pemkab Aceh Selatan juga sudah mengucurkan dana hibah untuk peralatan, pengadaan mercon, serta memberikan edukasi kepada warga. Hal itu sudah dijalankan sejak tahun 2022.
Baca juga: POTRET Rumah Pengusaha Pelihara Harimau dan Macan Dahan, Pekerjanya Tewas Diterkam
Baik Masrita maupun Yan Feriyal sependapat, bahwa kaum muda tak mengganggap harimau itu sebagai gangguan alias hama yang mesti dibasmi.
Sebaliknya mereka justru menghargai keberadaan harimau di hutan sosial kawasan tersebut demi keseimbangan ekosistem.
Mereka terpecut untuk menghidupkan kembali tata cara lama yang sudah terbukti bisa membawa harmonisasi bagi kelangsungan manusia dan satwa.
Yan dan kawan-kawan seperjuangan masih menyimpan mimpi menghidupkan ekowisata di kawasan itu.
Dengan begitu, manusia tak hanya mendengar sosoknya lewat tutur cerita, tapi bisa melihat langsung wujud harimau Sumatra yang nyaris punah, dengan berkunjung ke Panton Luas.(*)
Baca juga: Haji Uma Kunjungi Sarang Harimau di Aceh Timur, Tindak Lanjut Laporan Warga
Pastikan Api di Bakongan Benar-Benar Padam, Satgas Karhutla Aceh Selatan Lakukan Patroli Berlapis |
![]() |
---|
Polres Aceh Selatan Selidiki Kebakaran Hutan dan Lahan di Bakongan |
![]() |
---|
Helikopter Water Bombing Beroperasi, Padamkan 77 Ha Karhutla di Aceh Selatan, 90 Persen Teratasi |
![]() |
---|
41 Pejabat Dilantik, Bupati Aceh Selatan: ASN Harus Melayani, Bukan Dilayani |
![]() |
---|
Helikopter Water Bombing Mulai Beroperasi Padamkan Karhutla di Bakongan Aceh Selatan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.