Konflik Palestina vs Israel
Pasukan IDF Kepung RS Al-Awda di Gaza Utara, Penembak Jitu Israel Tembaki Staf Medis, 1 Orang Tewas
Tidak hanya itu, penembak jitu Israel juga menargetkan staf medis yang bekerja di RS Al-Awda, dikutip dari Anadolu.
SERAMBINEWS.COM - Rumah sakit Al-Awda di Jalur Gaza Utara dikepung oleh tentara Israel (IDF) dalam beberapa hari terakhir.
Tidak hanya itu, penembak jitu Israel juga menargetkan staf medis yang bekerja di RS Al-Awda, dikutip dari Anadolu.
Salah seorang wanita yang merupakan staf medis di RS Al-Awda meninggal dunia akibat tembakan penembak jitu Israel.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan IDF telah mengubah RS Al-Awda menjadi 'barak militer'.
Selama pengepungan, IDF menahan 240 warga Palestina yang berada di RS Al-Awda.
Di antaranya, 80 staf medis, 40 pasien dan 120 pengungsi di dalam rumah sakit, dikutip dari Anadolu Ajensi.
Juru bicara Kementerian Ashraf Al-Qudra mengatkan IDF telah menangkap 6 staf rumah sakit.
Adapun 2 di antaranya adalah direktur rumah sakit, Ahmed Muhanna dan seorang pasien.
Ahmed Muhanna ditahan IDF pada tanggal 17 Desember 2023.
Sesaat sebelum penangkapannya, Dr. Muhanna mengirim pesan baru ke jaringan kontak Al Awda dan mengatakan tidak tahu sampai kapan berada di pengepungan tersebut.
"Tidak ada yang bisa bergerak di rumah sakit karena penembak jitu Israel. Situasi di rumah sakit sangat buruk," katanya, dikutip dari Peoples Dispatch.
Ia mengatakan pengepungan tersebut membuat mereka tidak mendapatkan air, makanan hingga obat-obatan.
"Kami mempunyai 38 pasien, beberapa di antaranya kekurangan obat. Kami tidak punya oksigen dan hanya ada sedikit bahan bakar untuk generator kecil. Kami memiliki makanan untuk 2 hingga 3 hari paling lama. Situasinya kritis," katanya.
Sementara itu, Asosiasi Kesehatan dan Komunitas Al Awda dan Gerakan Kesehatan Rakyat (PHM) telah meluncurkan kampanye yang menyerukan pembebasan Dr. Ahmed Muhanna.
PHM juga menyerukan diakhirinya serangan Israel terhadap pekerja kesehatan di Palestina, dan memperingatkan bahwa 'penargetan yang disengaja terhadap sistem layanan kesehatan oleh Israel adalah kejahatan perang yang terang-terangan'.
Direktur Rumah Sakit Al-Awda di Jabalya menjadi juru bicara tidak resmi bagi petugas kesehatan di Palestina sejak Israel memulai serangan terbarunya pada tanggal 7 Oktober.
Sejak awal perang Israel di Gaza, Dr. Muhanna terus menjalin kontak dengan regional dan internasional. organisasi, berbagi laporan situasi untuk menggambarkan keadaan rumah sakit yang mengerikan di Jalur Gaza.
Tidak hanya itu, Dr. Muhanna juga merupakan salah satu petugas kesehatan yang menolak meninggalkan rumah sakit setelah menerima perintah evakuasi dari pendudukan Israel pada fase awal perang.
Sebagai informasi, Israel telah membombardir Jalur Gaza dari udara dan darat, melakukan pengepungan, dan melancarkan serangan darat sebagai pembalasan atas serangan pada 7 Oktober 2023.
Hingga saat ini, sebanyak 20.057 warga Palestina telah terbunuh dan lebih dari 53.320 lainnya terluka dalam serangan gencar Israel.
Baca juga: Israel Tarik Brigade Golani dari Gaza karena Mengalami Rugi Besar, Hamas Unggul Lawan Pasukan Elit
Kementerian Kesehatan Gaza: IDF Telah Mengubah RS Al-Awda Jadi Barak Militer
Kementerian Kesehatan Gaza pada hari Selasa mengatakan tentara Israel telah mengubah RS Al-Awda di Jalur Gaza utara menjadi "barak militer".
Juru bicara Kementerian Ashraf Al-Qudra mengatakan IDF telah menahan 240 warga Palestina.
Di antaranya 80 staf medis, 40 pasien dan 120 pengungsi di dalam rumah sakit, dikutip dari Anadolu Ajensi.
Warga Palestina yang terjebak di dalam rumah sakit membutuhkan air, makanan, dan obat-obatan.
Hal tersebut karena IDF mencegah pergerakan antarunit rumah sakit.
Al-Qudra juga mengatakan IDF telah menangkap 6 staf rumah sakit, di antaranya direktur rumah sakit, Ahmed Muhanna, dan seorang pasien.
Sebelumnya, IDF telah mengepung RS Al-Adwa selama 12 hari.
"Pengepungan hebat Zionis selama 12 hari berturut-turut", menurut laporan stasiun penyiaran Aljazair AL24 News pada hari Sabtu.
Ahmed Muhanna sebelumnya mengatakan tidak tahu sampai kapan berada di pengepungan tersebut.
"Kami tidak tahu berapa lama pengepungan akan berlanjut, tapi kami masih bertahan dan dirawat di rumah sakit," katanya, dikutip dari The New Arab.
Ia mengatakan pengepungan tersebut membuat mereka tidak mendapatkan air, makanan, hingga obat-obatan.
"Kami mengalami masalah stabilitas dalam air, makanan, oksigen, dan obat-obatan," katanya.
Baca juga: Tiga Etnis Rohingya di Aceh Timur Jadi Tersangka Penyelundup Manusia
Baca juga: Tokoh Masyarakat di Sampang Ditembak OTK, Pelaku Memakai Helm dan Bermasker, Begini Nasib Korban
Baca juga: Sepanjang 2023, BNN Banda Aceh Gagalkan Dua Kali Pengiriman Ganja Via Ekspedisi
Tribunnews.com: Kepung RS Al-Awda, Penembak Jitu Israel Tembaki Staf Medis, 1 Orang Tewas
AS Akan Tolak dan Cabut Visa Presiden Palestina dan Pejabatnya, Dilarang Hadiri Sidang PBB |
![]() |
---|
Trump Sesumbar Akhiri Perang Gaza dalam Dua Pekan di Tengah Serangan Israel yang Terus Meningkat |
![]() |
---|
Kehancuran Rumah Sakit Nasser Gaza usai Serangan Ganda Israel, 22 Orang Tewas Termasuk 5 Jurnalis |
![]() |
---|
Trump Siapkan Rencana Gaza Pasca-perang, Warga Palestina Khawatir Jadi Korban Relokasi Paksa |
![]() |
---|
Enam Orang Tewas dan Puluhan Terluka Akibat Serangan Israel ke Ibu Kota Yaman, Houthi Janji Balas |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.