Banjir Singkil
Berbulan-bulan Singkil Direndam Banjir, Ini Penyebab dan Solusinya
Pemerintah Aceh dan Pemerintah Sumut hendaknya sepakat mengusulkan kepada pemerintah pusat agar pengendalian banjir di Aceh dan Sumatera Utara dijadik
Penulis: Dede Rosadi | Editor: Ansari Hasyim
Penulis Dede Rosadi l Aceh Singkil
SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Banjir yang merendam Singkil, ibu kota Kabupaten Aceh Singkil, sudah berbulan-bulan.
Selama banjir berlangsung tiap hari warga harus bertahan dalam kubangan banjir.
Para korban pun menderita kerugian materi serta alami gangguan kesehatan.
Berdasarkan pantauan, Senin (25/12/2023) ketinggian banjir berangsur surut dibanding sehari sebelumnya.
Terutama di badan jalan provinsi kawasan Ujung Bawang, kendaraan sudah lancar melintas.
Namun permukiman penduduk yang ada di Singkil, seluruhnya masih terendam.
"16 desa atau keseluruhannya dalam Kecamatan Singkil terendam banjir," kata Camat Singkil, Khairuddin.
Terkait banjir yang bertahan hingga berbulan-bulan enam tokoh Aceh Singkil, angkat bicara mengenai penyebab dan solusi yang ditawarkan.
Keenam tokoh tersebut masing-masing Hermanto, Syuhaimi, Azwar Tanjung, Syafrizal Sy, Ridwan dan Yarmen Dinamika.
Baca juga: VIDEO AS Tembaki Kapal Tanker Gabon di Laut Merah yang Berangkat dari Rusia, Malah Tuduh Houthi
Penyebab banjir Singkil
1. Faktor Ekologis
Hutan tropis di seluruh pelosok Aceh Singkil sudah gundul yang disebabkan oleh penebangan kayu sejak 1969 untuk orientasi ekspor.
Illegal logging memperparah kondisi ini meski sudah keluar Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri pada tahun 1983 tentang Larangan Ekspor Kayu Bulat (Log) dan sudah diberlakukan moratorium logging di seluruh Aceh sejak 2008 dan kebijakan ini belum dicabut hingga kini.
Bukan saja di wilayah Singkil, melainkan di hulu Sungai Lae Souraya dan Cinendang pun, yakni di Alas (Kabupaten Aceh Tenggara), hutannya juga sudah gundul.
Hutan yang gundul menyebabkan fungsinya sebagai reservoir ketika hujan turun dengan curah tinggi, sudah gagal atau tak lagi berfungsi sebagaimana mestinya.
Imbasnya, hujan deras di hulu bisa menyebabkan banjir kiriman di hilir, dalam hal ini di wilayah Aceh Singkil.
Program reboisasi atau penanaman kembali hutan yang sudah kritis dan gundul tidak pernah dilakukan dalam 60 tahun terakhir untuk mengimbangi laju deforestasi yang tak terkendali sejak 1969.
2. Faktor Planologi/Tata Ruang
Penambahan bangunan dan perkembangan pembangunan yang tidak sesuai dengan lokasi peruntukannya atau menyimpangi RTRW, baik oleh masyarakat maupun pemerintah juga memberikan andil bagi terjadinya banjir berulang.
Penataan ruang yang bermasalah dan alih fungsi lahan rawa gambut menjadi perkebunan sawit menyebabkan hilangnya daerah resapan air.
3. Faktor Hidrologis, Geologis, dan Klimatologis
Di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Singkil tidak tersedia tandon yang berfungsi sebagai "bak raksasa" yang bisa menyimpan air di musim penghujan dan menyalurkannya ke laut di musim kemarau.
Di sepanjang DAS Singkil juga tidak pernah dibuat kanal yang berfungsi sebagai pengendali banjir, terutama pada musim penghujan.
Biaya pembuatan kanal cukup mahal dan belum pernah dialokasi dana APBN untuk itu.
Air pasang laut (rob) sering datang bersamaan dengan terjadinya banjir kiriman sehingga kawasan pesisir Aceh Singkil kebanjiran.
Turunnya permukaan tanah di wilayah Aceh Singkil sebagai dampak dari gempa Nias pada 28 Maret 2005 juga menyebabkan terjadinya banjir dalam skala masif.
Khusus di Kecamatan Singkil, penyebab utama banjir lama surut adalah karena kanal saluran pembuangan yang terbatas dan tersumbat. Buktinya, pada saat pasang surut pun, banjir di Kota Singkil lama sekali surutnya. Kondisi ini semakin parah karena di muara pun terjadi pendangkalan.
Sejak gempa Nias 28 Maret 2005 daratan Singkil menurun sehingga posisi daratan Singkil kini berada beberapa sentimeter di bawah permukaan laut. Akibatnya, apabila turun hujan maka air hujan yang mempertinggi debit sungai/banjir tertahan atau tidak bisa dengan cepat terkirim ke laut, apalagi jika bertepatan dengan terjadinya pasang rob (15 dan 30 hari bulan), bahkan air laut yang justru masuk ke sungai beserta ikan-ikan lautnya.
Pendangkalan akan terus terjadi dikarenakan daratan Singkil lebih rendah dari laut atau setidak-tidaknya sejajar dengan permukaan laut. Kondisi ini mengakibatkan pasir yang ribuan meter kubik setiap hari saat dibawa oleh arus sungai tidak dapat tersalur langsung ke laut.
Akan tetapi, mengendap di sepanjang sungai sehingga rata-rata di hilir sungai sampai ke muara terus terjadi pendangkalan.
Pendangkalan terjadi terutama di sekitar Sungai Kilangan, Sungai Bengkolan, Banda Sampik hingga ke Kuala Gabi.
Solusi pencegahan dan penanggulangan banjir
1. Membangun prasarana dan sarana infrastruktur pengendali banjir seperti membuat kanal atau saluran air ke laut dan normalisasi daerah aliran sungai (DAS). Namun, Pemkab Aceh Singkil tidak punya dana.
Dana Alokasi Umum (DAU) justru tersedot untuk pokir anggota DPRK Aceh Singkil.
2. Melakukan secara berkala pengerukan DAS Singkil hingga ke muara untuk mengatasi pendangkalan, terutama dengan melibatkan alat berat (ekskavator) apung milik Pemkab Singkil.
3. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh Singkil harus memulai program reboisasi di sepanjang DAS Singkil dan DPRK Aceh Singkil diharapkan mendukung program ini dengan mengalokasikan anggaran yang memadai.
4. Mendesak dirancang grand design pencegahan dan penanggulangan banjir tahunan di wilayah Aceh Singkil.
5. Perlu diundang pakar (ahli) pengendali banjir yang ada di Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala atau dari kampus negeri lainnya untuk urun rembuk mengatasi banjir yang setiap tahun rutin terjadi di Aceh Singkil.
6. Khusus untuk kejadian banjir Oktober-Desember 2023 yang merupakan banjir terlama di Aceh Singkil pada abad 21, perlu dilakukan kajian khusus oleh pakar pengendali banjir untuk mengetahui aneka penyebabnya agar bencana serupa tidak terjadi lagi tahun depan maupun pada tahun-tahun berikutnya.
7. Pemkab Aceh Singkil harus proaktif dan senantiasa hadir sebagai problem solver dalam pencegahan dan penanganan dampak banjir agar korban banjir tak merasa sendirian dan makin merana dalam setiap kali terjadi banjir.
8. Dana corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSLP) dari perusahaan-perusahaan besar yang beroperasi di Aceh Singkil perlu disisihkan untuk membiayai studi atau kajian mengenai upaya pencegahan dan penanggulangan banjir berulang di wilayah Aceh Singkil.
9. Untuk mengatasi pengendalian banjir di kabupaten Aceh Singkil yang termasuk megabencana diharapkan keterlibatan secara mutlak pemerintah pusat karena wilayah sungai dan dampaknya melingkupi lintas kabupaten dan lintas provinsi.
Pemerintah Aceh dan Pemerintah Sumut hendaknya sepakat mengusulkan kepada pemerintah pusat agar pengendalian banjir di Aceh dan Sumatera Utara dijadikan Proyek Strategis Nasional (PSN).
10. Meningkatkan kesadaran diri dan keimanan (kembali ke surau dan ke masjid), shalat berjamaah, dan berzikir agar masyarakat Singkil dan wilayahnya dijauhkan Allah Swt dari berbagai bencana dan marabahaya.(*)
Hujan tak Henti Mengguyur, Genangan Banjir Terus Naik Landa Sejumlah Wilayah di Pusat Kota |
![]() |
---|
Banjir di Jalan Nasional Surut, Kendaraan Menuju dan Keluar Singkil Lancar |
![]() |
---|
BREAKING NEWS - Banjir Rendam Jalan Nasional di Aceh Singkil, Tiang Listrik Timpa Tangki CPO |
![]() |
---|
Banjir Genangi Permukiman Dusun II Ketapang Indah, Aceh Singkil |
![]() |
---|
Tiga Perusahaan Bantu Korban Banjir, Mayoritas Masih Abaikan Surat Pj Bupati Aceh Singkil |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.