Kilas Balik Tsunami Aceh 2004

Kisah Putri Diselematkan Sebuah Jerigen saat Tsunami Aceh 2004: Saya Peluk Erat dan Terombang-ambing

Ia berenang sekuat tenaga dan tiba-tiba meraba sepotong papan sepanjang 30 sentimeter melintas di depannya.

Penulis: Firdha Ustin | Editor: Amirullah
IST
Ilustrasi gelombang tsunami 

Kisah Putri Diselematkan Sebuah Jerigen saat Tsunami Aceh 2004: Saya Peluk Erat dan Terombang-ambing

SERAMBINEWS.COM - Serambinews.com kembali menayangkan arsip berita dari koran Harian Serambi Indonesia, edisi Selasa 4 Januari 2005.

Artikel ini ditayangkan tepat sembilan hari setelah tsunami menghantam kota Serambi Mekkah.

Berikut satu di antara berbagai kisah masyarakat yang selamat dari maut badai tsunami, adalah Putri, ia berhasil selamat berkat memegang jerigen.

Sebuah Jerigen Selamatkan Jiwa Putri

Dalam hempasan gelombang Tsunami, saya memeluk erat-erat sebuah Jerigen hingga dibawa arus gelombang terombang ambing selama satu jam lebih, ujar Putri Magribna (10) mengawali kisahnya.

la dapat meloloskan diri dari cengkeraman maut badai tsunami, Minggu (26/12/2004) silam.

Putri Magribna adalah seorang anak yang selamat dari hantaman badai Tsunami yang melanda Banda Aceh diantara ribuan jiwa anak manusia yang harus merelakan nyawanya tenggelam di bawa arus badai Tsunami paling dahsyat.

Baca juga: Mengenang 19 Tahun Tsunami Aceh, Ini Sosok Wanita Perekam Gelombang Tsunami, Videonya Viral Sedunia

Putri akhirnya terhempas pada sebuah dinding rumah dan diselamatkan oleh seorang gurunya.

Putri adalah anak sepupu Mawardi Ibrahim (Waredpel Harian Serambi Indonesia kala itu).

Putri Magribna yang masih trauma ditemani ibunya Marliani (49), Senin (3/1/2004) mengisahkan, ia tinggal di jalan TWK Raja Keumala 105 Merduati Banda Aceh.

Pada hari kejadian, Putri yang masih duduk di kelas V SD Negeri 38 Taman Siswa Banda Aceh ini sedang berada di rumahnya bersama 30 saudara sepupu saat gempa melanda Banda Aceh, sedangkan ibunya sedang barada di Jakarta untuk kepentingan dinas.

Kira-kira 15 menit kemudian, tiba-tiba ia mendengar suara orang berteriak mengatakan air laut sudah naik.

Kemudian ia melihat petugas irigasi berusaha menutup pintu air tak jauh dari rumahnya, namun pintu air itu bobol dan orang-orang berlarian kesana kemari.

Baca juga: Kenang Bencana Gempa dan Tsunami Aceh 2004, Siswa MTsS HBS Meulaboh Bersihkan Kuburan Massal

Secepat kilat ia meraih tangan kakak sepupunya Yunika Arianda alias Yunun (13) untuk berlari keluar rumah dan menuju sebuah toko di jalan Lampaseh Kota Banda Aceh sekitar 500 meter jarak dari rumahnya.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved