Berita Banda Aceh

Teungku Dayah dan Masyarakat Diajak Lawan Politik Uang dalam Pemilu 2024, Eka Januar: Jangan Alergi

“Politik uang merupakan kejahatan politik dan ini menjadi masalah besar. Efeknya bisa jadi jangka panjang dan menghancurkan akhlak generasi bangsa,”

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Ansari Hasyim
FOR SERAMBINEWS.COM
Kajian Aktual Tastafi Banda Aceh, Sabtu (10/2/2024) dengan tema “Memaksimalkan Peran Teungku Dayah dan Masyarakat Umum Melawan Politik Uang dalam Pemilu” 


“Jika anak muda alergi dengan politik, maka negeri ini akan hancur karena dipimpin oleh penjahat politik,” ujar Eka Januar

Menurut Eka, politik ini harus diperbaiki dan politik harus bersih dari money politik.

Karenanya, mengawal money politik bukan hanya tugas penyelenggara pemilu, tapi tugas semua.

Selama ini, yang menjadi sasaran money politik adalah masyarakat yang pendidikanya rendah dan masyarakat miskin.

Bagi masyarakat seperti ini, demokarsi tidak penting, tapi yang penting ada sesuatu bisa dinikmati sekarang.

Penyebab money politik karena 73 persen masyarakat tidak dekat dengan partai politik.

Apalagi mereka hanya tampil menjelang pemilu.

 “Insya Allah money politik bisa dihilangkan dengan kualitas dan pengetahuan masyarakat. Politik uang atau money politik adalah sumber dari segala kejahatan,” tegasnya.

 Narasumber lainnya, Tgk Akmal Abzal SHI yang merupakan alumni Dayah BUDI Lamno Aceh Jaya, menyebutkan orang yang tidak melihat secara objektif dinamika politik dan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, lalu menyembunyikan fakta, maka harus disadarinya agar kebenaran fakta tidak di anulir oleh pilihan politik.

 “Jangan sembunyikan fakta walau pahit sekali pun. Setiap kebenaran mesti disampaikan kendati pahit rasanya,”

“Dalam persoalan pemilu, berikan hak kepada masyarakat untuk empati pada pasangan idolanya,” jelas Tgk Akmal yang merupakan Komisioner Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh periode 2018-2023 ini.

 Menurut pendakwah kondang ini, dulu ada adagium yang menyebut “na peng na inong”, namun seiring waktu narasi itu terdengar pula dimusim pemilu; “na peng na kursi, hana peng hana kursi” (ada uang ada kursi, tidak ada uang tidak ada kursi).

Fakta lapangan memang demikian, ongkos besar digelontorkan caleg untuk mendapatkan kursi dewan.

Faktanya, orang butuh banyak uang untuk mendirikan partai hingga berhasil mengirim wakilnya di parlemen.

Ketika dibuka pendaftaran caleg, tidak mudah bagi partai mendapatkan caleg, maka mereka membiayai orang lain untuk jadi caleg.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved