HUT ke 35 Serambi Indonesia

Bila Terjadi Perdebatan Informasi, Singoh Tapreh Serambi, Terima Kasih Atas Kepercayaan Pembaca

Para pimpinan bercerita bagaimana transformasi Serambi Indonesia selama 35 tahun jadi media sumber rujukan informasi dan penyambung aspirasi Aceh.

|
Penulis: Sara Masroni | Editor: Muhammad Hadi
YouTube Serambinews
Kiri ke kanan - Pemimpin Redaksi Serambi Indonesia Zainal Arifin M Nur, Pemimpin Perusahaan Mohd Din dan News Manajer Bukhari M Ali dalam program Serambi Spotlight bertajuk Metamorfosis Serambi Indonesia, Ulang Tahun ke-35 di Studio Serambinews.com, Selasa (13/2/2024). 

SERAMBINEWS.COM - Pemimpin Redaksi Serambi Indonesia, Zainal Arifin M Nur mengungkapkan, perjalanan panjang media ini dimulai saat para wartawannya masih merasakan bagaimana menulis berita menggunakan mesin ketik.

Kemudian komputer zaman hingga kemudahan teknologi yang saat ini bisa dijangkau dari tangan-tangan melalui gawai canggih.

Hal itu disampaikan Zainal Arifin M Nur dalam program Serambi Spotlight bertajuk Metamorfosis Serambi Indonesia, Ulang Tahun ke-35 didampingi Pemimpin Perusahaan Serambi Indonesia, Mohd Dindan News Manajer Bukhari M Ali di Studio Serambinews.com, Selasa (13/2/2024).

 

Terlebih saat masa konflik, para wartawan Serambi Indonesia merasakan betul bagaimana turun ke lapangan subuh-subuh, sementara di malam hari masih harus ikut razia yang merupakan penugasan liputan dari redaksi.

"Perjalanan waktu itu terasa bahwa memang wartawan betul-betul pekerja yang tanpa mengenal waktu," kenang Zainal.

Baca juga: Pojok Baca Media Tribun Group, Kini Mahasiswa Bisa Akses ePaper Serambi Indonesia di Pustaka UBBG

Baca juga: Ini Permintaan Dua Kepsek Saat Berkunjung ke Kantor Harian Serambi Indonesia

Semuanya berubah saat memasuki era digital, semua terkena hantaman disrupsi dan Serambi Indonesia ikut melalui masa-masa tersebut hingga bertahan sampai saat ini.

Berbagai penyesuaian dilakukan, termasuk redaksi yang membentuk unit online dan konten kreatif untuk mewadahi tuntutan zaman dalam menyalurkan informasi.

Kini peristiwa di belahan dunia mana pun, termasuk perang Rusia-Ukraina dan Palestina-Israel dapat diwartakan media ini dalam hitungan menit saja dengan tetap menjaga validitas fakta dan verifikasi ketat, yang kemampuan itu tidak dimiliki admin media sosial sebagaimana yang menjamur saat ini.

"Ada kemampuan yang tidak dimiliki masyarakat umum, namun dimiliki wartawan misal bagaimana ada etika jurnalistik di sana dan menjadikan informasi itu tetap berimbang," jelas Zainal.

Di usia 35 tahun, Pemred Serambi Indonesia juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pembaca, baik di Aceh maupun nasional hingga luar negeri yang senantiasa memberikan kepercayaan pada media ini.

"Kami berterima kasih kepada pembaca Serambi yang saat ini di print ketika terjadi perdebatan di online itu mereka bilang singoh tapreh bak Serambi (besok kita tunggu di Koran Serambi)," ungkap Zainal.

Baca juga: Serambi Indonesia Kembali Salurkan Telur Tahap ke Enam, Donasi PT Telkom Indonesia

Kemudian media berbasis daringnya Serambinews.com juga hampir sampai ke level itu.

Bila terjadi perdebatan informasi di media sosial, Pemred Zainal mengungkapkan mereka akan mencari rujukan ke media online ini. "Dan kalau pun masih terjadi perdebatan maka masyarakat akan menunggu versi cetak," tambahnya.

Selain itu menurutnya patut disyukuri, meski berada di daerah tepatnya di penghujung barat Indonesia, Serambi tetap menjadi salah satu portal penyumbang pembaca terbesar di jejaring Tribun Network.

"Di grup Tribun se-Indonesia itu pembaca terbesar Serambinews, dari 69 portal, selalu berada di posisi 1, 2 atau 3. Sepanjang tahun lalu kita berada tiga besar berkat dukungan pembaca," ungkap Zainal.

"Itu menunjukkan Aceh yang kita cuma sekadar penduduknya hanya 5 juta ini, dibandingkan dengan grup Tribun yang ada di Jakarta dan daerah-daerah, kita masih bisa bersaing," pungkasnya.

Beralih ke Online

Pemimpin Perusahaan, Mohd Din bercerita bagaimana transformasi Serambi Indonesia selama 35 tahun menjadi media sumber rujukan informasi sekaligus penyambung aspirasi masyarakat Aceh.

Sampai di titik ini menurutnya bukanlah pekerjaan mudah, selain harus mampu beradaptasi secara cepat dengan perkembangan zaman yang begitu deras, juga mesti menjaga kepercayaan pembaca di tengah gempuran media sosial dan persaingan akibat menjamurnya media online.

Terlebih dari sisi bisnis media, bila dahulu berat karena distribusi dan oplah koran, kini beralih ke online dengan target jumlah pembaca secara digital, namun harus tetap menjaga kepercayaan pembaca, keberimbangan berita dan nilai-nilai jurnalistik.

"Kalau dulu defisit informasi, kalau sekarang inflasi informasi. Dan itu sangat berat di bisnis," ungkap Mohd Din.(*)

(Serambinews.com/Sara Masroni)

BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved