Konflik Rusia vs Ukraina

Rudal Rusia Nyaris Tewaskan Presiden Ukraina dan PM Yunani, Meledak di Jarak 200 Meter

Dikabarkan, saat kejadian Zelensky dan PM Yunani Kyriakos Mitsotakis mengunjungi sebuah gedung apartemen di Odesa.

Editor: Faisal Zamzami
Selebaran / LAYANAN PERS PRESIDEN UKRAINA / AFP
Foto selebaran yang diambil dan dirilis oleh layanan pers Kepresidenan Ukraina pada 29 Juli 2023 ini menunjukkan Presiden Volodymyr Zelensky (kanan) melihat saat dia memberi penghargaan dan memberi selamat kepada prajurit pada hari Pasukan Operasi Khusus, selama kunjungan ke posisi depan mereka di dekat Bakhmut, Donetsk wilayah. 

SERAMBINEWS.COM - Sebuah rudal yang diluncurkan Rusia dilaporkan mendarat di dekat konvoi Presiden Ukraina Zelensky dan Perdana Menteri (PM) Yunani, Kyriakos Mitsotakis di Odesa, Rabu (6/3/2024).

Lansiran CNN international, ledakan rudal itu dilaporkan menyebabkan lima korban jiwa.

Dikabarkan, saat kejadian Zelensky dan PM Yunani Kyriakos Mitsotakis mengunjungi sebuah gedung apartemen di Odesa.


Tempat itu adalah lokasi serangan drone bunuh diri Rusia yang menewaskan 12 warga Ukraina

Selama kunjungan tersebut, sebuah rudal Rusia mendarat dan meledak sekitar 200 meter dari sang presiden dan perdana menteri.

Sebagai tanggapan serangan ini, Gedung Putih menekankan kebutuhan mendesak untuk mendukung Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia.


Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengkritik gagasan kekuatan global tunggal, dengan menyatakan bahwa hal tersebut merusak fondasi tatanan dunia, seperti yang dilaporkan RIA.

Ia merujuk pada apa yang dia anggap sebagai peran Amerika Serikat dalam mendestabilisasi politik global, dan menyatakan bahwa negara-negara lain mempunyai hak untuk membela kepentingan mereka melalui cara-cara militer.

Baca juga: Serangan Drone Tewaskan 5 Anak di Odesa, Zelenskyy: Militer Rusia Targetkan Anak-anak Ukraina

Ancam Ledakan Nuklir Hipersonik Jika NATO Nekat Kirim Pasukan Ke Ukraina

Presiden Rusia, Vladimir Putin mengancam akan lakukan perang nuklir bila negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) nekat mengirim pasukan untuk membantu Ukraina di medan perang.

“Mereka mulai membicarakan soal kemungkinan pengiriman kontingen militer NATO ke Ukraina, namun kami ingat nasib orang-orang yang pernah mengirim kontingennya ke wilayah negara kami. Imbas dari kemungkinan campur tangan saat ini akan jauh lebih tragis,” kata Putin dalam pidato tahunan di hadapan Majelis Federal.

Dikutip dari NPR, ancaman ini dilontarkan Putin setelah Prancis dan negara – negara di Eropa mengungkap rencana untuk mengirimkan pasukannya guna mempercepat kemenangan Ukraina atas perang dengan Rusia yang telah berlangsung selama 2 warsa.

"Kami akan melakukan apapun agar Rusia tidak bisa memenangi perang ini," kata Macron dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan Elysee, Paris.

Pernyataan Macron sontak memicu kepanikan Rusia, Putin menilai campur tangan negara Barat dalam perang Ukraina hanya akan memperburuk situasi medan perang.


Alasan tersebut yang mendorong Putin untuk nekat Putin meluncurkan senjata nuklir hipersonik generasi baru ke wilayah Eropa, apabila Prancis dan negara NATO benar - benar mengerahkan pasukannya ke Ukraina .

“Kekuatan nuklir strategis berada dalam kondisi kesiapan penuh,” tegas Putin .

“(Negara-negara Barat) harus menyadari bahwa kita juga mempunyai senjata yang dapat mengenai sasaran di wilayah mereka. Semua ini benar-benar mengancam konflik dengan penggunaan senjata nuklir dan penghancuran peradaban. Tidakkah mereka mengerti?!” kata Putin.

Baca juga: Tak Paham Taktik, Ukraina Kehilangan 70 Tank Bradley yang Disumbangkan Barat untuk Melawan Rusia

Keretakan Hubungan NATORusia

Hubungan 30 negara anggota NATO dengan Rusia sejak lama telah mengalami keretakan, namun semenjak Ukraina menanyakan diri ingin bergabung menjadi bagian dari pakta ini Rusia mulai terang – terangan menyerukan perang terbuka.

Bahkan untuk mengakhiri hubungan diplomatik dengan NATO, Rusia nekat mengambil langkah agresif dengan menangguhkan hubungan dengan NATO, menarik kembali staf misinya dari Brussels, dan memerintahkan petugas penghubung NATO yang ditempatkan di Moskow untuk pergi.

Tak sampai disitu Rusia turut melancarkan invasi ke Ukraina, hingga negara pimpinan Volodymyr Zelensky mengalami kehilangan ekonomi senilai 120 miliar dolar AS.

Sebagai bentuk balasan NATO mengumumkan 500 sanksi baru terhadap Rusia, serta pembatasan ekspor pada hampir 100 perusahaan atau individu dengan tujuan untuk menekan ekonomi Rusia sehingga perang di Ukraina bisa dihentikan secepat mungkin.

Sayangnya pasca sanksi tersebut diterapkan, Rusia dilaporkan kebal sanksi. Aktivitas ekspor energi Rusia justru mencetak keuntungan besar hingga tembus mencapai 158 miliar dolar AS, hanya dalam kurun waktu enam bulan tepatnya setelah Moskow menginvasi Kiev pada akhir Februari lalu.

Baca juga: Delapan Partai Raih Suara Terbesar dan Diprediksi Akan Kuasai 9 Kursi DPRA dari Dapil II

Baca juga: Musrenbang Kota Langsa 2025 Dibuka, Harapkan Dukungan Dana Pemerintah Aceh

Baca juga: Atraksi Flyingboard di SMF24 Dikecam Masyarakat, Panitia dan EO Beri Klarifikasi Begini

 

Tribunnews.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved