TERUNGKAP Satu Keluarga Lompat dari Apartemen Ternyata Punya Bisnis Kapal Ikan, Motif Tak Terungkap

Korban sekeluarga yang lompat dari lantai 22 di Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara, ternyata memiliki bisnis kapal ikan.

Editor: Amirullah
Kolase TribunnewsWiki/Istimewa
Dulu kaya, inilah sosok dari Eddy Anwar, ayah dari satu keluarga lompat di apartemen Teluk Intan Penjaringan Jakarta Utara. 

SERAMBINEWS.COM - Terungkap fakta baru satu keluarga lompat dari apartemen di Teluk Intan,Penjaringan, Jakarta Utara.

Korban ternyata memiliki bisnis kapal ikan.

Hal tersebut diungkapkan oleh Kasat Reskrim Polres Jakarta Utara AKBP Hady Siagian.

"Dulu yang bersangkutan punya kapal ikan, saya kurang paham pemilik atau apanya," kata Hady di Polres Jakarta Utara, Senin (18/3/2024).

Namun, usaha kapal ikan ini mengalami kebangkrutan saat pandemi Covid-19 melanda.

Sejak saat itulah kondisi ekonomi korban mulai berantakan.

"Tapi pas Covid usahanya ini bangkrut. Di situlah mulai yang bersangkutan ekonominya kacau," ujar Hady.

Terkait isu korban terlilit pinjaman online (pinjol), polisi belum bisa menjawab lebih jauh.

Pasalnya, ponsel milik korban rusak karena dibawa ketika melompat sehingga polisi kesulitan untuk mencari data dari ponsel tersebut.

"Itu belum bisa saya jawab. Pinjolnya jenis pinjol apa, orang handhone-nya saja enggak bisa dibuka," terangnya.

Hady mengatakan, yang tersisa hanya bagian sim card ponsel milik korban saja.

Namun, pihak kepolisian masih merahasiakan terkait apa saja yang ditemukan di sim card milik korban karena sampai saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan lebih lanjut.

"Karena mungkin ini rahasia penyelidikan. Kalau saya buka di sini nanti para pelaku ini jadi tahu," tutup Hady.

Satu keluarga ini lompat dari lantai 22 Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara.

Dugaan awal adalah mereka bunuh diri.

Namun ternyata, dalam penyelidikan kasus tersebut, dugaan itu tak terbukti.

Kasus yang cukup ekstrem ini melibatkan ayah berinisial (EA), ibu (AEL), anak perempuan (JL), dan anak laki-laki (JWA).

Mereka saling terikat satu sama lain saat lompat dari lantai 22.

Hingga kini polisi sudah memeriksa 12 saksi, namun belum ada petunjuk yang pasti.

Saksi tersebut adalah keluarga korban dan orang-orang yang melihat kejadian itu di tempat kejadian perkara.

Polisi menyebut, keterangan para saksi masih sangat subjektif dan kini masih menjadi bagian penyidikan.

Disebut bukan bunuh diri

Bukan bunuh diri, begini kata pakar soal 4 orang satu keluarga lompat dari lantai 22 apartemen di Teluk Intan Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu, 9 Maret 2024.

Berdasarkan pendalaman dan penyelidikan polisi, satu keluarga lompat dari apartemen itu melakukan bunuh diri.

Keempat korban semuanya tewas, di mana terdiri dari suami dan istri EA (51) dan AIL (52) serta dua anak mereka JIL (15) dan JW (13).

Menurut polisi para korban mengalami luka di bagian kepala belakang hingga patah tangan dan kaki.

Terkait hal itu, Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel mengaku tidak sepakat jika disebut bahwa keempat korban yang sekeluarga melakukan bunuh diri.

"Saya tidak sepakat dengan sebutan itu," kata Reza kepada WartaKotalive.com, Senin (11/3/2024).

Menurut Reza wajib ada alasan khusus jika disebut keempatnya bunuh diri bersama-sama.

"Empat orang yang terjun dari atap apartemen itu baru bisa dikatakan bunuh diri sekeluarga (bersama-sama), hanya jika bisa dipastikan bahwa pada masing-masing orang tersebut ada kehendak dan antarmereka ada kesepakatan (konsensual) untuk melakukan perbuatan sedemikian rupa," papar Reza.

"Namun, ingat, pada kejadian yang menyedihkan dan mengerikan itu ada dua orang anak-anak," tambah Reza.

Menurutnya kedua anak tidak bisa disebut berkehendak dan bersepakat.

"Implikasinya, anggapan bahwa anak-anak berkehendak dan bersepakat, dalam peristiwa semacam ini serta-merta gugur. Dalam situasi apa pun, anak-anak secara universal harus dipandang sebagai manusia yang tidak memberikan persetujuannya bagi aksi bunuh diri," ujar Reza.

Reza menjelaskan hal ini dengan menganalogikan kedudukan anak dalam aktivitas seksual.

Dari sudut pandang hukum, kata Reza, anak-anak yang terlibat dalam aktivitas seksual harus selalu didudukkan sebagai individu yang tidak ingin dan tidak bersepakat melakukan aktivitas seksual.

"Siapa pun orang yang melakukan aktivitas seksual dengan anak-anak secara universal selalu diposisikan sebagai pelaku kejahatan seksual. Anak-anak secara otomatis berstatus korban," kata Reza.

Kembali ke peristiwa terjun bebas di Jakarta Utara, papar Reza, terlepas apakah anak-anak pada peristiwa itu mau atau tidak mau, setuju atau tidak setuju, tetap--sekali lagi--mereka harus diposisikan sebagai orang yang tidak mau dan tidak setuju.

"Aksi terjun bebas tersebut, dengan demikian, mutlak harus disimpulkan sebagai tindakan yang tidak mengandung konsensual," katanya.

Karena tidak konsensual, kata Reza, maka anak-anak itu harus disikapi sebagai manusia yang tidak berkehendak dan tidak bersepakat, melainkan dipaksa untuk melakukan aksi ekstrim tersebut.

"Atas dasar itu, dengan esensi pada keterpaksaan tersebut, anak-anak itu sama sekali tidak bisa dinyatakan melakukan bunuh diri," ujar Reza.

"Karena mereka dipaksa melompat, maka mereka justru korban pembunuhan. Pelaku pembunuhannya adalah pihak yang--harus diasumsikan--telah memaksa anak-anak tersebut untuk melompat sedemikian rupa," katanya.

Memang, menurut Reza, walau kejadian tersebut berubah tidak lagi semata-mata bunuh diri, melainkan menjadi bunuh diri dan pembunuhan, polisi tidak bisa memrosesnya lebih lanjut karena terduga pelaku sudah tewas.

"Indonesia tidak mengenal posthumous trial atau proses pidana terhadap pelaku yang sudah mati," kata Reza.

Namun, kata Reza, dalam pendataan polisi, dan perlu menjadi keinsafan seluruh pihak, tetap peristiwa memilukan itu seharusnya dicatat sebagai kasus pidana.

"Yakni terkait pembunuhan terhadap anak dengan modus memaksa mereka untuk melompat dari gedung tinggi," ujarnya.

(tribunnewswiki.com/kompas.com)

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnewswiki.com

Baca juga: Terungkap Masa Lalu Keluarga Lompat dari Apartemen Jakut, Ternyata Orang Kaya, Berasal dari Solo

Baca juga: Sosok Eddy Anwar, Ayah dari Satu Keluarga Lompat di Apartemen di Jakarta Utara, Dulu Kaya

Sumber: TribunnewsWiki
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved