Didukung Indosat, Aceh Kini Konservasi Mangrove Berbasis Digital
“Jadi hari pertama kita menanam mangrove, lalu kita memantau perkembangan mangrove itu dengan teknologi, nanti bisa dipantau kualitas tanam...
Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Eddy Fitriadi
Laporan Muhammad Nasir I Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Untuk mendukung pelestarian alam dan menyesuaikan dengan kondisi terkini, konservasi mangrove di Aceh kini sudah dilakukan berbasis teknologi. Penanaman perdana Project digitalisasi konservasi mangrove dilakukan, Senin (22/4/2024) di Manggrove Park Lampulo, Kompleks Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS), Banda Aceh.
Program digitalisasi konservasi mangrove ini digagas oleh Indosat Ooredoo Hutchison, dengan menggandeng Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh dan Global System for Mobile Communication Association (GSMA). Pada hari yang sama, ketiga lembaga ini sudah melakukan MoU kerja sama di Auditorium FMIPA, USK, Darussalam.
Konservasi Mangrove menjadi fokus Indosat sebagai upaya menjaga kadar air untuk tambak milik petani setempat, serta mencegah abrasi. Sedangkan pemasangan perangkat teknologi di pohon mangrove, guna memudahkan pemantauan, tanpa harus menuju ke lokasi.
Director and Chief Business Officer Indosat Ooredoo Hutchison, M Buldansyah atau yang disapa Dany menyampaikan, sebanyak 15 ribu bibit mangrove akan ditanam di Aceh, sebagai upaya dukungan Indosat menjaga kelestarian alam di tengah perubahan iklim global.
Katanya, dengan penggunaan teknologi dari Indosaat, nanti mereka dapat memonitoring perkembangan mangrove dengan teknologi sensor, melihat kualitas tanah bunga air, sehingga dapat diketahui kualitasnya. Bahkan, jika sewaktu-waktu dari hasil monitoring terlihat kadar air tidak sehat, maka mereka dapat segera melakukan intervensi.
“Jadi hari pertama kita menanam mangrove, lalu kita memantau perkembangan mangrove itu dengan teknologi, nanti bisa dipantau kualitas tanam, kualitas air beserta perkembangannya, sehingga bisa diketahui sehat atau tidak. Jadi kalau ketahuan nanti ada tidak sehat, kita bisa lakukan perbaikan, jadi penanaman ini tidak gagal,” ujarnya.
Dany mengungkapkan, Penggunaan teknologi juga sejalan dengan transformasi Indosat dari perusahaan telekomunikasi (TelCo) ke perusahaan teknologi (TechCo).
Katanya, Aceh menjadi satu-satu di Sumatera untuk program ini dan menjadi titik kedua dilaksanakan, setelah yang pertama dilakukan di Tarakan, Kalimantan Utara.
Digitalisasi konservasi mangrove merupakan bagian dari tanggung jawab sosial Indosat terhadap lingkungan. Lewat program ini, mereka juga mengedukasi pentingnya keberadaan mangrove dalam keberlanjutan ekosistem lingkungan.
Pihaknya menggandeng USK sebagai akademisi supaya dapat melakukan penelitian guna memperkuat peran teknologi dalam pelestarian lingkungan. Menurutnya, belajar dari pengalaman tsunami Aceh, manggrove menjadi program yang tepat, untuk menjaga kualitas air, mencegah abrasi, dan menjadi benteng hijau mitigasi bencana.
Wakil Rektor I USK Banda Aceh, Prof Agussabti menyampaikan, kehadiran teknologi dalam konservasi mangrove juga akan memberikan manfaat dalam dunia penelitian para mahasiswa dan akademisi. Karena, hadirnya teknologi juga membuat penelitian jadi cepat dan tepat.
Menurutnya, langkah Indosat menghadirkan teknologi dalam konservasi, dapat membantu meningkatkan kualitas tambak. Karena program yang sudah dimulai ini dapat dipantau hingga memberikan hasil yang nyata.
Katanya, program itu juga dapat membuka mata masyarakat dan petani tambak, bahwa untuk membuka areal usaha tambak tidak perlu merusak lingkungan atau membabat pohon mangrove.
Prof Agussabti menjelaskan, sebagian besar masyarakat pesisir memang menggantungkan hidup dari tambak tradisional. Namun karena dulu adanya keterbatasan infrastruktur dan informasi yang tidak sampai, maka petani itu pun menebang mangrove untuk membuka usaha tambak.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.