Ekspor Aceh pada Maret Capai Rp 817 Miliar, Batu Bara Jadi Tulang Punggung

kelompok komoditas terbesar yang diekspor pada bulan Maret 2024 dari kelompok komoditas bahan Bakar Bakar Mineral yaitu sebesar 24,5 juta USD..

Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Eddy Fitriadi
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
ILUSTRASI bongkar muat batu bara. Ekspor Aceh pada Maret Capai Rp 817 Miliar, Batu Bara Jadi Tulang Punggung. 

Laporan Muhammad Nasir I Banda Aceh 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Nilai ekspor Aceh pada Maret 2024 mencapai angka 51,7 juta USD atau sekitar Rp 817 Miliar. Hasil bumi untuk bahan bakar, batu bara dan kondensat masih jadi penyumbang terbesar ekspor dari Aceh.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, Ahmadriswan Nasution dalam pemaparan data bulanan, Kamis (2/5/2024). Ia memaparkan, meskipun angkanya nyaris mendekati triliunan, namun angka ekspor itu justru turun 10 persen dibandingkan pada Februari.

Katanya, kelompok komoditas terbesar yang diekspor pada bulan Maret 2024 dari kelompok komoditas bahan Bakar Bakar Mineral yaitu sebesar 24,5 juta USD atau sekitar Rp 387 miliar, dengan komoditas berupa Batubara dan Kondensat.

“Ekspor komoditas terbesar asal Provinsi Aceh selama bulan Maret 2024 ditujukan ke negara India yaitu sebesar 25.385.897 USD dengan komoditas utama berupa Batubara. Amerika Serikat berada di peringkat dua tujuan ekspor senilai 13.522.611 USD dengan komoditas utama berupa Kopi, diikuti Belgia senilai 3.192.941 USD dengan komoditas utama berupa Kopi,” jelas Ahmadriswan.

Komoditas asal Aceh diekspor melalui pelabuhan yang terletak di Provinsi Aceh pada Maret 2024 adalah sebesar 25.869.013 USD, sedangkan sisanya diekspor melalui pelabuhan di provinsi lain senilai 25.870.107 USD atau sebesar 50,00 persen. Nilai Ekspor di luar Aceh terbesar dilakukan melalui Provinsi Sumatera Utara sebesar 25.762.942 USD.

Sementara itu, nilai impor Provinsi Aceh pada bulan Maret 2024 adalah senilai 16.474.555 USD atau turun sebesar 51,64 persen dibandingkan Februari. 2024. Impor Provinsi Aceh selama bulan Maret 2024 paling besar berasal dari Amerika Serikat senilai 8.280.337 USD berupa Gas Butana dan Propana, diikuti Vietnam berupa komoditas Beras senilai 3.960.000 USD.

BPS Provinsi Aceh juga merilis angka nilai tukar petani (NTP). NTP diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. Indikator ini merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat pertumbuhan daya beli petani.

NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, semakin kuat pula tingkat daya beli petani.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di beberapa daerah pada April 2024, diketahui NTP Aceh sebesar 114,66 atau mengalami penurunan sebesar 1,48 persen dibandingkan Maret 2024. 

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada April 2024 adalah sebesar 134,28; indeks ini mengalami penurunan sebesar 1,16 persen dibanding periode sebelumnya. Komoditas utama yang menjadi penyumbang kenaikan It adalah gabah, jagung, dan cabai rawit.

Sementara itu, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) adalah sebesar 117,12; atau mengalami kenaikan sebesar 0,33 persen dibanding periode sebelumnya. Komoditas utama yang menjadi penyumbang kenaikan Ib adalah bawang merah, emas perhiasan, dan gula pasir.

Selanjutnya, berdasarkan hasil pemantauan BPS Provinsi Aceh di lima kabupaten/kota yakni Aceh Tengah, Meulaboh, Aceh Tamiang, Banda Aceh, dan Lhokseumawe, pada April 2024 terjadi inflasi sebesar 0,05 persen secara month to month (m-to-m). Beberapa komoditas yang dominan memberikan andil inflasi m-to-m, yaitu: bawang merah, emas perhiasan, Sigaret Kretek mesin (SKM), dan jeruk.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved