Berita Banda Aceh
Kongres Peradaban Perkuat Seni Budaya Aceh di Era Kecerdasan Artifisial di ISBI Aceh, Ini Dibahas
Menurut Wildan, dunia digital dan kecerdasan buatan ibarat mata pisau yang bisa menjadi alat untuk mendukung kesenian dan kebudayaan,
Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Nur Nihayati
“Prof AD Piorus sedianya akan menyampaikan pokok-pokok pikiran dalam pidato tentang peradaban Aceh di pembukaan Kongres. Beliau telah pula membuat naskah pidato itu. Namun, Tuhan berkehendak lain dan telah memanggilnya belum lama ini,” kata Wildan.
KPA 2024 turut dimeriahkan dengan kemah seniman, pertunjukan, pameran, dan aneka workshop seni.
“Kegiatan KPA ini kolaborasi dengan insan kampus ISBI, seniman, pemerintah daerah, dan berbagai pihak di Aceh dan luar Aceh,” kata Ketua Panitia KPA 2024, Ichsan MSn.
Ichsan, yang merupakan dosen ISBI Aceh itu, menyebukan bahwa kegiatan ini melibatkan sekitar 500 peserta dari berbagai kalangan dan ribuan masyarakat sekitar sebagai penonton pertunjukan yang berlangsung tiga malam berturut-turut, 6-7 Mei.
Ada pula pasar rakyat yang berlangsung selama acara. “KPA menjadi ruang bersama untuk menghidupkan kesenian dan aktivitas masyarakat di Aceh Besar, khususnya Jantho, dan memajukan Aceh,” ujarnya.
Kongres Peradaban Aceh ini merupakan yang kedua kalinya dan merupakan kelanjutan Kongres Peradaban Aceh pada 2015.
KPA diinisiasi oleh sejumlah diaspora Aceh di Jakarta yang berkolaborasi dengan sejumlah tokoh muda di Aceh. KPA 2015 dimulai dengan diskusi terpumpun di Jakarta, lalu prakongres dan kongres di Banda Aceh.
Dr Ahmad Farhan Hamid, salah satu inisiator kongres, mengatakan bahwa KPA 2015 berfokus pada penguatan bahasa-bahasa lokal di Aceh. Salah satu rekomendasinya adalah membuat ejaan bahasa Aceh dan bahasa-bahasa lokal lainnya di Aceh. “Forum KPA 2015 telah menyelesaikan penyusunan tata bahasa Aceh. Kami berharap draf tata bahasa Aceh itu bisa dikukuhkan pada KPA 2024 ini,” ujar Wakil Ketua MPR RI Periode 2009-2014 tersebut.
Farhan menambahkan banyak isu kesenian dan kebudayaan perlu menjadi perhatian. Salah satu tantangannya adalah teknologi dan kecerdasan buatan.
“Kita perlu mempunyai sikap bijak dalam menghadapi kecerdasan artifisial ini. Kita bisa menggunakan teknologi dan kecerdasan buatan itu untuk memperkuat seni dan budaya Aceh,” kata Farhan yang merupakan Ketua Tim Pengarah KPA 2024.
Menurut Farhan, KPA 2024 merupakan hasil kolaborasi pemikiran dan gagasan dari para penggagas awal seperti dirinya, seniman Fikar W Eda, Mustafa Ismail, dan tokoh-tokoh Aceh dari berbagai bidang seperti Prof Wildan, Prof Mohd Harun, Prof Dr Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad, Yarmen Dinamika, Al Munzir, Piet Rusdi, dan Dr Adli Abdullah.
“Mereka duduk di tim pengarah dan telah memberi warna dan muatan penting kongres kali in,” kata Farhan.
Farhan berharap Kongres 2024 ini menghasilkan rekomendasi strategis untuk memperkuat seni dan budaya Aceh. “Kami berharap peserta kongres berhasil memetakan berbagai persoalan seni dan budaya dan melahirkan solusi strategis untuk memajukannya,” pungkas Farhan. (*)
| Wali Nanggroe dan Kapolda Aceh Bahas Kesiagaan Hadapi Potensi Banjir |
|
|---|
| Mualem Ingin Aceh Tidak Lagi Ketergantungan Telur Ayam dari Medan |
|
|---|
| HMP KPI UIN Ar-Raniry Sukses Gelar Communication Camp VIII di Tahura Pocut Meurah Intan |
|
|---|
| Said Saiful Nahkodai DPD PSI Aceh 2025–2030 |
|
|---|
| Selamat, Banda Aceh Terima Penghargaan ADINKES Award 2025, Ini Kategorinya |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.