TNI AL Klarifikasi Alasan Tak Autopsi Jasad Lettu Eko Damara, Akhiri Hidup karena Utang Hampir Rp1 M

Terkait hal itu, Korps Marinir TNI Angkatan Laut membeberkan alasan tidak mengautopsi jenazah Lettu Eko Damara.

Editor: Faisal Zamzami
Istimewa
Foto almarhum perwira pertama TNI Angkatan Laut (AL) bernama Lettu Laut Kesehatan dr Eko Damara (31) 

SERAMBINEWS.COM - Kematian anggota Perwira TNI asal Sumatera Utara (Sumut), Lettu Laut Eko Damara menyisakan duka bagi keluarga.

Lettu Eko Damara ditemukan tewas saat berdinas di Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan.

Ia diduga nekat mengakhiri hidup dengan menembak kepalanya sendiri.

Pihak keluarga sempat mengungkap kejanggalan kematian Lettu Eko Damara.

Satu di antaranya, soal jenazah Lettu Eko Damara yang tak diautopsi pihak TNI.

Terkait hal itu, Korps Marinir TNI Angkatan Laut membeberkan alasan tidak mengautopsi jenazah Lettu Eko Damara.

Dankormar TNI AL, Mayjen TNI Endi Suparti menyebut lokasi tewasnya Lettu Eko merupakan daerah operasi.

Ia mengatakan tidak ada dokter ahli forensi di daerah operasi tersebut.

"Tidak ada dokter khusus untuk ahli forensik. Kita juga butuh cepat ingin kembalikan almarhum dengan proses secara Islam ke keluarganya," kata Endi dalam konferensi pers di Markos Korps Marinir TNI AL, Jakarta Pusat, Senin (20/5/2024).

Keadaan itulah yang membuat pihak TNI tidak melakukan autopsi terhadap jasad Lettu Eko.

Kendati demikian, Endi memahami kecurigaan keluarga Lettu Eko soal tidak dilakukannya autopsi.

"Kecuali di Jakarta kejadian seperti biasa, silakan jika mencurigakan. Ini saya kira jelas sekali. Seandainya ada yang curiga di staf saya, saya tak akan menunda. Saya akan lakukan langsung," jelasnya.

"Karena semua keterangan yang ada, tim investigasi mengatakan 99,99 persen bunuh diri."

Berdasarkan hasil penyelidikan tim investigasi, terungkap Lettu Eko tewas akibat menebak kepala sendiri.


Namun, saat kejadian tidak ada satu pun saksi yang melihat aksi nekat Lettu Eko tersebut.

"Dari peluru yang ada kalau ketembak musuh atau teman, misalkan lurus keluar dari samping (lurus) depan (lurus) mungkin ditembak,?" ujar Endi.

"Ini dari sisi bawah ke atas, menembaknya bagaimana? Beliau lagi duduk, yang menembak tiarap dulu? Kan enggak mungkin."

"Masa mau hadapan, duduk, lalu yang satu tiarap. Enggak mungkin, enggak logis. Ini dari kacamata militer yang ada di lapangan sudah jelas gamblang kenapa bisa seperti ini," imbuhnya.

Namun, Endi mempersilakan apabila keluarga Lettu Eko ingin jenazah diautopsi.

"Kalau dari keluarga ingin ya silakan ditempus, kami tidak melakukan itu karena kami sudah yakin bahwa itu bunuh diri, kenapa harus diautopsi?" katanya.

"Kalau dari keluarga masih keraguan silakan mungkin dilakukan dengan ketentuan atau jalur yang ada untuk menempuh autopsi ini. Dari data fakta saksi yang ada ini, kami semakin yakin dari 99 persen, kami sampaikan sekarang 100 persen beliau meninggal karena bunuh diri," pungkas Endi.

Baca juga: Sosok Lettu Eko Damara, TNI AL Tewas Luka Tembak, Lulusan Kampus Aceh, Sempat Kirim Pesan ke Abang

Pernyataan senada disampaikan dr Glen, dokter yang bertugas di RSUD Dekai, rumah sakit tempat Lettu Eko dinyatakan meninggal dunia.

Glen membenarkan di rumah sakit tersebut tidak ada dokter spesialis forensik untuk mengautopsi jasad Lettu Eko.

"Kami di RS Dekai memang tidak lakukan autopsi atau lakukan pemeriksaan dalam karena memang tidak ada dokter spesialis forensik untuk autopsi. Jadi yang kami lakukan hanya penanganan luka, supaya tetap seperti semula. Dimandikan, dikafani," jelasnya.

Lettu Eko Tinggalkan Utang Hampir Rp1 Miliar

Berdasarkan pemeriksaan pihak Korps Marinis, Lettu Eko diketahui meninggalkan utang ratusan juta rupiah.

Diduga, utang berjumlah fantastis itulah yang membuat Lettu Eko nekat mengakhiri hidup.

Endi mengungkapkan. Lettu Eko mempunyai utang kepada rekannya di daerah operasi sekitar Rp177 juta.

Selain itu, ada juga utang sebesar Rp641 juta, sehingga total keseluruhan sebesar Rp819 juta.

"Utang-utangnya di daerah operasi ada Rp177 juta. Kemudian ada Rp641 juta, total seluruh hutang Rp819 juta," kata Endi, Senin.

Setelah dilakukan forensi digital, terungkap uang ratusan juta itu diduga digunakan Lettu Eko untuk judi online.

"Untuk pastinya habis kemana, saya tidak bisa pastikan. Tapi dari browsing yang ada, (almarhum) download semua (aplikasi judi online). Kenapa saya sampaikan? Karena beliau tidak beli apapun di daerah operasi," kata dia.

Menurut Endi, Lettu Eko tidak memberikan alasan saat meminjam uang kepada prajurit lain.

Selain itu, Lettu Eko disebutnya juga dikenal tertutup hingga sering mengurung diri di dalam kamar.

"Itu sudah disampaikan. Disampaikan untuk dibaca sendiri," pungkasnya.

 

Baca juga: Terungkap Penyebab Kematian Lettu Eko,Ternyata Bunuh Diri karena Utang Judi Online Hampir Rp1 Miliar

Keluarga Surati Panglima TNI dan Jokowi, Minta Otopsi dan Penyelidikan

SERAMBINEWS.COM - Personel Satuan Tugas Mobile RI-PNG Batalion Infanteri 7 Marinir Letnan Satu (Lettu) Eko Damara (30) meninggal ketika bertugas di Papua.

Korps Marinir TNI Angkatan Laut memberitahukan kepada keluarga bahwa Eko meninggal akibat bunuh diri setelah menembak kepalanya di pos komando taktis yang terletak di daerah konflik, Papua Pegunungan, sebagaimana pemberitaan Kompas.id pada 16 Mei 2024.

Akan tetapi, keluarga menaruh kecurigaan lantaran terdapat dugaan bekas luka lebam dan sulutan api rokok di jenazah Eko.

Keluarga personel Satuan Tugas Mobile RI-PNG Batalion Infanteri 7 Marinir Letnan Satu (Lettu) Eko Damara (30) mengirimkan surat kepada Presiden Joko Widodo untuk meminta dilakukan otopsi dan penyelidikan atas kematian anggota keluarganya tersebut.

Selain Jokowi, keluarga Eko juga menyurati Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Hadi Tjahjanto, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, dan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muhammad Ali.

Mereka mengirimkan surat lantaran kematian Eko yang diklaim bunuh diri oleh Korps Marinir ketika bertugas di Papua penuh kejanggalan.

Adapun Eko merupakan prajurit dari satuan Batalion Kesehatan 1 Marinir yang bermarkas di Jakarta. Ia meninggal ketika bertugas di daerah konflik, Yahukimo, Papua Pegunungan.

Paman Eko, Abdul Sattar Siahaan mengatakan, kejanggalan-kejanggalan yang mereka temukan memunculkan kecurigaan Eko mati dibunuh.

"Kami juga sudah pergi ke Jakarta dan melapor ke Puspom TNI dan POM TNI AL.

Namun, kami diminta melapor dulu ke satuannya di Korps Marinir. Sudah ada dari Marinir menelepon kami dan menyebut akan dilakukan otopsi, tetapi hingga kini belum ada kejelasan," kata Sattar di Medan, Sumatera Utara, Rabu (15/5/2024), dikutip dari Kompas.id.

Sattar menyatakan, keluarga hanya ingin menuntut keadilan. Apalagi, Eko yang masih berstatus lajang merupakan sosok kebanggaan keluarga.

Eko menamatkan pendidikan tingginya dengan lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh, Aceh.

Diberitakan, Eko meninggal ketika bertugas di Papua. Korps Marinir TNI Angkatan Laut memberitahukan kepada keluarga bahwa Eko meninggal akibat bunuh diri setelah menembak kepalanya di pos komando taktis yang terletak di daerah konflik, Papua Pegunungan, sebagaimana pemberitaan Kompas.id pada 16 Mei 2024.

Akan tetapi, keluarga menaruh kecurigaan lantaran terdapat dugaan bekas luka lebam dan sulutan api rokok di jenazah Eko.

"Kami diberitahu kalau Lettu Eko meninggal karena bunuh diri. Kami merasa hal ini sangat janggal karena TNI AL sangat cepat mengambil kesimpulan tanpa autopsi atau penyelidikan hukum," kata kakak kandung Eko, Dedi Pranajaya (39) di Medan, dikutip dari Kompas.id.

Adapun Satuan Tugas Mobile RI-PNG Batalion Infanteri 7 Marinir merupakan unit perbantuan yang bertugas di daerah konflik Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan.

Eko sendiri berasal dari satuan Batalion Kesehatan 1 Marinir yang bermarkas di Jakarta.

Eko seharusnya sudah kembali ke satuan asalnya, namun pada 27 April 2024, keluarga menerima kabat tak enak yang menyebut EKo meninggal karena bunuh diri.

Selanjutnya, pihak keluarga menerima jenazah Eko di Medan pada 29 April 2024.

 

Berbeda dan penuh kejanggalan

Sejak awal, pihak keluarga menaruh kejanggalan atas kematian Eko.

Bahkan, mereka mendapat kabar yang berbeda-beda dari pejabat Korps Baret Ungu.

Kabar yang diterima mereka, Eko disebut bunuh diri dengan menembak kepala di pos komando taktis karena depresi akibat sakit malaria.

Di sisi lain, pihak keluarga juga menerima kabar bahwa Eko meninggal bunuh diri di kamar tidur akibat terlilit utang.

"Atas kecurigaan itu, keluarga memeriksa kondisi jenazah Eko sebelum akhirnya dimakamkan. Saat kami membuka kain kafan, kami menemukan bekas luka tembak dari atas telinga kanan tembus ke kening kiri," ujar Dedi.

Keluarga juga menaruh kecurigaan karena terdapat luka bakar seperti disulut api rokok di punggung Eko.

Di punggungnya juga terdapat luka lebam.

Tak hanya itu, pihak keluarga menemuka luka lebam di mata, bawah ketiak, lutut kanan, hingga kaki kanan.

Sementara itu, Sattar menilai ada kejanggalan karena disebutkan tidak ada orang di sekitar kamar Eko saat kejadian penembakan itu.

"Mereka menyebut, Eko meminta semua rekannya pergi dari pos komando taktis sebelum aksi bunuh diri itu. Ini janggal karena pos itu tempat para perwira. Rasanya tidak mungkin dia bisa meminta semua perwira meninggalkan posnya," ungkapnya.

Ia juga menyesalkan langkah Korps Marinir yang tidak melakukan autopsi dan penyelidikan hukum.

"Sangat janggal jika seorang prajurit TNI ditemukan meninggal di kamarnya dengan luka tembak dan luka lebam, tetapi tidak ada penyelidikan hukum sama sekali," tegas dia.

"Lalu, cepat-cepat disimpulkan Eko mati karena bunuh tanpa dasar penyelidikan apa pun," imbuh dia.

Baca juga: Jamaah Haji Dapat Smart Card di Makkah, Ini Fungsinya

Baca juga: Dealer Honda Arista Banda Aceh Tawarkan Promo Spesial di Toko Buku New Zikra

Baca juga: Pohon Nangka Tumbang dan Timpa Kabel PLN di Kuta Malaka Aceh Besar, Dampak Hujan Deras

Tribunnews.com: Klarifikasi TNI AL soal Alasan Tak Autopsi Jasad Lettu Eko Damara yang Diduga Akhiri Hidup di Papua

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved