Kupi Beungoh
Dakwah dan Dilema Beragama di Aceh: Menyatu dalam Kebenaran
Penulis memandang perlunya refleksi mendalam terhadap realitas dakwah dan dilema beragama di Aceh, dan tawaran solusi agar bersatu dalam kebenaran.
Oleh: Tgk H Mustafa Thayib SAg SH (Abi Mustafa Prupok)
ACEH, sebuah tanah yang kaya akan sejarah Islam yang kental. Di tengah keindahan alamnya yang memesona, bersemayam pula keberagaman budaya dan kearifan lokal yang memikat.
Namun, di balik gemerlap keindahan itu, terdapat dilema-dilema yang menghantui perjalanan beragama masyarakat Aceh.
Penulis memandang perlunya refleksi mendalam terhadap realitas dakwah dan dilema beragama di Aceh, dan tawaran solusi agar bersatu dalam kebenaran.
*Hakikat Dakwah yang Murni
Dakwah adalah panggilan untuk mengajak kepada Agama Allah dan Rasul-Nya.
Namun, sayangnya, dakwah seringkali disalahartikan sebagai ajakan untuk menjadi pengikut suatu majelis atau organisasi tertentu.
Padahal, inti sejati dari dakwah adalah mengajak manusia kembali kepada fitrahnya sebagai hamba Allah. Bukan hanya jadi pengikutnya semata.
Pentingnya memahami hakikat dakwah yang murni sebagaimana jejak para pendahulu kita di Aceh menjadi titik penting dalam upaya menyelesaikan dilema-dilema beragama yang mendera Aceh.
Bukan hanya sekadar menyebarkan ajaran-ajaran agama islam, melainkan juga menjadikan pribadi kita masing-masing praktisi keagamaan nyata yang mengamalkan ajaran Islam.
*Cinta dan Hormat kepada Guru: Pilar Ilmu dan Kebenaran
Dalam konteks pembelajaran agama, penulis menekankan pentingnya cinta dan hormat kepada guru.
Guru bukan hanya pembawa ilmu, tetapi juga sumber keberkahan dan petunjuk dalam memahami ajaran agama yang benar.
Pepatah "Ta'dhim ke guree meuteumee ijazah, Ta'dhem keu nangbhah meuteumee harta" (Hormat kepada guru dapat ijazah, Hormat kepada orangtua dapat harta) menggambarkan betapa besar nilai hormat kepada guru dalam Islam.
Melalui hubungan yang penuh keikhlasan antara murid dan guru, ilmu dan kebenaran akan terus mengalir dari generasi ke generasi.
Menghormati guru bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai bentuk syukur atas nikmat ilmu yang diberikan.
Disini, kita harus perluas makna gure, gure mereka dan gure kita adalah gure umat.
Jadi, seyogyanya, setiap gure yang kualifikasi mumpuni dia adalah gure umat. Ini penting untuk menghilangkan skat dan gab almamater dan majlis yang terkungkung oleh fanatisme.
*Peran Ulama dalam Dakwah: Kesamaan Misi, Kesamaan Panggilan
Ulama, sebagai pewaris nabi, memiliki misi yang sama, yaitu mentauhidkan Allah dan menyebarkan ajaran Islam.
Oleh karena itu, tidak seharusnya ada perbedaan di antara mereka berdasarkan almamater, majelis zikir, organisasi, atau sikap politik.
Semua ulama memiliki tanggung jawab yang sama untuk membimbing umat menuju jalan yang benar.
Penulis memandang penting mengingat seringkali pemangku agama menjadi panutan yang saling 'berebut' pengaruh, yang kemudian membingungkan jamaah dan menimbulkan dilema.
Dalam situasi seperti ini, ulama harus bersatu dalam misi mulia menyebarkan kebenaran dan menghindari perpecahan yang tidak produktif.
*Tantangan dalam Bidang Budaya dan Identitas Keacehan
Di tengah arus globalisasi dan kemajuan teknologi, Aceh tidak luput dari pengaruh budaya asing yang masuk. Krisis identitas keacehan muncul akibat adopsi budaya yang tidak selaras dengan nilai-nilai Islam dan kearifan lokal.
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat Aceh untuk mempertahankan kebudayaan dan identitas keislamannya tanpa kehilangan nilai-nilai luhur yang dimiliki.
*Bersatu Menuju Perubahan: Meneladani Sejarah Aceh yang Gemilang
Meskipun sulit untuk bersatu dalam berbagai bidang, sejarah Aceh telah membuktikan bahwa persatuan adalah kunci kesuksesan.
Aceh pernah bersatu melawan penjajah dan menyebarkan Islam secara luas. Inspirasi dari sejarah ini harus dijadikan pijakan untuk kembali bersatu dan berdakwah demi perubahan yang lebih baik.
Dengan pemaparan di atas, semoga menjadi bahan refleksi, tetapi juga panggilan untuk bertindak.
Bersama-sama, mari kita bersatu dalam menghadapi dilema-dilema beragama, menjaga kebudayaan dan identitas keacehan, serta menyebarkan ajaran Islam yang murni dan penuh persaudaraan.
Dan yang terakhir, bagi setiap pribadi yang diamanah ilmu oleh Allah, mengubah diri sendiri juga bagian mengubah dunia. (*)
*) Penulis adalah:
- Pimpinan Dayah Al Azhar, Gampong Peurupok, Syamtalira Aron, Aceh Utara
- Dewan Pakar DPP ISAD Aceh
- Ketua Rabithah Alumni Dayah BUDI Lamno
- Ketua KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI DAN UMRAH [KBHU] Al Azhar Aceh Utara
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.