Pendapatan Negara Turun Gegara Setoran Pajak Loyo, Surplus APBN Terpangkas Jadi Rp 22,8 Triliun

Sementara itu, setoran negara yang berasal dari kepabeanan dan cukai tercatat sebesar Rp 95,7 triliun.

Editor: Faisal Zamzami
KOMPAS.com/YOHANA ARTHA ULY
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat ditemui di Hotel Fairmont Jakarta, Selasa (5/3/2024). 

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, realisasi pendapatan negara turun secara tahunan (year on year/yoy) hingga pengujung April 2024. Ini selaras dengan setoran pajak yang merosot.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, realisasi pendapatan negara mencapai Rp 924,9 triliun sampai dengan April 2024. Nilai ini setara dengan 33 persen dari target yang telah ditetapkan sebesar Rp 2.802,3 triliun.

"Namun kalau dilihat dari tingkat pendapatan negara yang kita kumpulkan terjadi penurunan (7,6 persen) dibanding tahun lalu," ujar dia, dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Mei 2024, di Jakarta, Senin (27/5/2024).

Jika dilihat lebih rinci, penurunan pendapatan itu utamanya disebabkan oleh setoran pajak yang terkontraksi. Sri Mulyani melaporkan, realisasi penerimaan pajak sebesar Rp 624,2 triliun, turun 9,3 persen secara tahunan.

Dilihat berdasarkan jenisnya, sejumlah setoran pajak dengan kontribusi besar memang turun signifikan. Seperti pajak penghasilan (PPh) badan yang merosot 35,5 persen secara tahunan.

Selain itu, pajak pertambahan nilai (PPN) dalam negeri dengan kontribusi 20,4 persen turun 13,9 persen secara tahunan. Sri Mulyani bilang, penurunan itu terjadi karena adanya peningkatan restitusi pada sektor industri pengolahan, perdagangan, dan pertambangan.

"Terutama yang berasal dari kompensasi lebih bayar tahun-tahun sebelumnya," ujar Sri Mulyani.

Sementara itu, setoran negara yang berasal dari kepabeanan dan cukai tercatat sebesar Rp 95,7 triliun. Nilai ini naik tipis, yakni 1,3 persen dari periode yang sama tahun lalu.

Dilihat berdasarkan komponennya, setoran bea keluar menjadi satu-satunya jenis setoran kepabeanan dan cukai yang meningkat. Tercatat setoran bea keluar sebesar Rp 5,8 triliun, melesat 33 persen secara tahunan.

Lalu, setoran yang berasal dari bea masuk nilainya mencapai Rp 15,7 triliun, turun 0,5 persen secara tahunan. Kemudian, setoran cukai nilainya Rp 74,2 triliun, juga turun 0,5 persen secara tahunan.

Baca juga: Dana Desa Aceh Utara dari APBN Tahun 2024 Capai Rp 630,5 Miliar, Batas Pencairan Tahap I 15 April

Pendapatan Negara Turun, Surplus APBN Terpangkas Jadi Rp 22,8 Triliun

 Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) masih mengalami surplus hingga pertengahan Maret 2024.

Namun demikian, nilai surplus APBN tercatat menurun dari posisi awal tahun.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, APBN mencatatkan surplus sebesar Rp 22,8 triliun hingga 15 Maret 2024. Nilai itu setara dengan 0,10 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional.
 

Angka surplus kas negara itu tercatat lebih rendah dari posisi awal tahun. Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) nilai surplus APBN pada Januari lalu mencapai Rp 31,3 triliun, atau setara 0,14 persen terhadap PDB.

"APBN masih bisa berjalan cukup baik dan solid," kata Sri Mulyani, dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Maret 2024, di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Senin (25/3/2024).

Penurunan surplus itu disebabkan oleh realisasi pendapatan negara yang menurun. Di sisi lain, belanja negara tumbuh pesat.

Tercatat, raelisasi pendapatan negara sebesar Rp 439,2 triliun, setara dengan 17,6 persen dari target APBN. Nilai itu lebih rendah 5,4 persen dari posisi yang sama tahun lalu (year on year/yoy).

Penurunan pendapatan itu utamanya disebabkan oleh adanya fenomena high base effect. Pada tiga tahun terakhir, pendapatan negara mencatatkan pertumbuhan yang signifikan, sehingga terjadi normalisasi pada tahun ini.

"Pertumbuhan penerimaan negara yang sangat tinggi itu tahun 2021 dan 2022, di 2023 juga tetap terjaga, dan kita tahu itu akan mengalami koreksi," tutur Sri Mulyani.

Di sisi lain, realisasi belanja negara telah mencapai Rp 470,3 triliun, atau setara 14,1 persen dari pagu APBN. Nilai itu melesat 18,1 persen dari periode yang sama tahun lalu.

Dengan perkembangan tersebut, APBN pun masih mencatatkan surplus keseimbangan primer sebesar Rp 132,1 triliun. Keseimbangan primer merupakan total pendapatan negara dikurangi pengeluaran negara, di luar pembayaran utang.

"Posisi APBN masih mengalami surplus, Rp 22,8 triliun atau 0,1 persen dari PDB, dengan keseimbangan primer surplus Rp 132,1 triliun," ucap Sri Mulyani.

Baca juga: UIN Ar-Raniry Wisuda 808 Lulusan, 6 Raih Doktor

Baca juga: Gempa M 6,2 Guncang Sinabang Simeulue Aceh, Ini Keterangan BMKG

Baca juga: Kloter Pertama JCH Aceh Tiba di Makkah Rabu, Hotel dan Pemondokan Sekitar 2,2 Km Ke Masjidil Haram

Kompas.com: Setoran Pajak Loyo, Pendapatan Negara Turun

Adapun setoran yang berasal dari penerimaan negara bukan pajak (PNBP) realisaisnya sebesar Rp 203,3 triliun. Nilai ini turun 6,7 persen secara tahunan.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved