Perang Gaza

Pemimpin Dunia Puji Penyelamatan Tawanan di Gaza, Tapi Lupakan Ratusan Warga Palestina yang Tewas

Presiden AS Joe Biden, berbicara bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron, mengatakan bahwa ia menggemakan komentar rekannya tersebut, “Menyambut baik

|
Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/AFP
Noa Argamani, 26, di samping ayahnya di Sheba Tel-HaShomer Medical Centre, di Ramat Gan dekat Tel Aviv, setelah diselamatkan dari Jalur Gaza oleh tentara Israel, pada 8 Juni 2024. 

SERAMBINEWS.COM - Penyelamatan empat tawanan Israel dari Gaza dalam operasi khusus pada hari Sabtu menjadi berita utama di seluruh dunia dan mendapat banyak pujian dari para pemimpin internasional.

Kanselir Jerman Olaf Scholz menggambarkannya sebagai tanda harapan yang penting dan menyerukan Hamas untuk melepaskan tawanan lainnya, sementara Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengatakan sangat melegakan melihat para sandera dikembalikan setelah cobaan berat yang tak terbayangkan dan menghangatkan hati mereka. "Lihat foto-foto mereka berkumpul kembali dengan keluarga mereka".

Presiden AS Joe Biden, berbicara bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron, mengatakan bahwa ia menggemakan komentar rekannya tersebut, “Menyambut baik penyelamatan aman empat sandera yang dikembalikan ke keluarga mereka di Israel”.

Baca juga: Pasukan Israel Bunuh Sandera Warga Negara AS dalam Pembantaian di Nuseirat

“Kami tidak akan berhenti bekerja sampai semua sandera pulang dan gencatan senjata tercapai. Hal ini penting untuk dilakukan,” kata Biden.

Dalam pernyataannya, Komando Pusat AS memuji operasi Israel yang dilaporkan dilakukan dengan keterlibatan sel sandera Amerika di Israel.

“Selamat kepada Pasukan Keamanan Israel dan rakyat Israel atas keberhasilan penyelamatan dan pengembalian empat sandera yang ditangkap pada 7 Oktober kepada keluarga mereka,” bunyi pernyataan itu.

Namun yang tidak disebutkan oleh mereka adalah ratusan warga Palestina yang dibunuh oleh Israel selama operasi tersebut.

Kantor media pemerintah Palestina di Gaza menyebutkan jumlah korban tewas akibat serangan Israel mencapai sedikitnya 236 orang, dan 400 lainnya luka-luka.

Seorang saksi mata mengatakan kepada Middle East Eye bahwa serangan terhadap kamp pengungsi Nuseirat menyebabkan "anak-anak mati dan bagian tubuh berserakan", sementara pejabat kesehatan mengatakan banyaknya korban berisiko membuat rumah sakit Martir Al-Aqsa kewalahan.

Sejumlah negara Arab menyebutkan kematian tersebut, dan Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan jumlah korban tewas dalam operasi tersebut merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap semua ketentuan hukum internasional dan hukum humaniter internasional, serta semua nilai kemanusiaan dan hak asasi manusia.

Kepala kebijakan luar negeri Eropa Josep Borrell juga mengkritik pembunuhan tersebut, bahkan ketika dia menyambut baik pembebasan para sandera.

“Laporan dari Gaza mengenai pembantaian warga sipil lainnya sangat mengerikan. Kami mengutuk keras hal ini. Pertumpahan darah harus segera diakhiri,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Beberapa tokoh non-pemerintah di Barat menyoroti kegagalan untuk mengakui besarnya kerugian yang harus dibayar oleh rakyat Palestina atas operasi Israel, termasuk Assal Rad, direktur penelitian di Dewan Nasional Iran-Amerika, dan Jonathon Shafi, kolumnis yang berbasis di Inggris Novara Media.

Mehdi Hasan, penyiar dan komentator politik terkemuka Inggris-Amerika, juga mengutuk kegagalan untuk mengakui kematian warga Palestina.

Namun, sebagian besar media di Barat tidak menyebutkan kematian warga Palestina selama operasi tersebut, setidaknya pada awalnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved